Pada sebuah jembatan yang saat ini dipenuhi dengan lampu - lampu yang meneranginya, beberapa kendaraan masih berlalu lalang ditempat ini, walaupun hari yang sudah semakin larut.
Tetapi sebuah mobil berwarna merah, sedang terparkir rapi dipinggir jalan dari jembatan itu, dimana orang yang mengendarainya saat ini sedang memandang pemandangan indah dari jembatan tempatnya sedang termenung saat ini.
Dengan sekaleng bir yang sedang dinikmatinya, dia merasa kesal karena melihat adegan menjijikan dari sahabatnya, saat dirinya menghadiri acara pertunangan dari sahabatnya tadi.
"Kapankah aku menemui seseorang yang akan menjadi pendampingku?" gumamnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari saku jaket yang dikenakannya.
Tentu saja pemandangan seorang wanita cantik yang sedang sendirian ditempat ini, tidak luput dari beberapa mata yang menatapnya dengan tatapan seperti menemukan sebuah mangsa. Beberapa pria mencoba mendekatinya, karena menganggap wanita tersebut sedang mabuk dan bisa mereka ajak untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
"Hai canti-" namun sebelum mereka merayunya, sebuah pukulan telak langsung mengenai seorang pria yang mencoba mendekatinya tadi.
Mereka tidak tahu, bahwa wanita tersebut masih sepenuhnya sadar dan bisa mengalahkan mereka dengan mudah, dikarenakan dirinya menguasai beberapa seni bela diri dan mulai mengalahkan semua pria yang bersama pria mesum yang mencoba merayunya tadi.
"Dasar sampah" gumam wanita tersebut.
Namun dia tidak menyadari, terdapat seorang pria saat ini sedang menatapnya dengan senyum yang terukir diwajahnya, karena pria tersebut seakan menemukan sesuatu saat melihat dirinya ditempat ini.
Zen, itulah nama pria tersebut yang saat ini sedang mencari lokasi untuk menjadi tempat kediamannya didunia ini. Namun saat dia sedang terbang melewati sebuah jembatan, dia tidak sengaja melihat seoang wanita yang sedang mengalahkan beberapa orang yang mencoba mendekatinya.
"Bukankah dia..." gumam Zen setelah melihat wajah yang akrab dan mulai mendarat ditempat itu.
Memang tidak dipungkiri, entah mengapa semua wanita yang berada didunia ini bisa terbilang cantik. Namun untuk setiap karakter yang menjadi kareker dalam dunia ini bisa dibilang sangat cantik, jadi Zen sempat terpukau melihat wanita yang dikenalnya tersebut.
"Kamu akan maju, atau pergi dari sini sebelum aku mengalahkanmu sama seperti para temanmu ini" kata wanita tersebut kepada Zen yang saat ini masih menatapnya.
"Ah... aku bukan bagian dari mere-" namun perkataan Zen terpotong setelah wanita tersebut mulai menyerangnya, karena menganggap Zen merupakan salah satu dari beberapa pria yang mencoba merayunya.
Tentu saja, dengan kemampuan yang dimiliki Zen, serangan wanita didepannya tidak terpengaruh sedikitpun kepadanya. Bahkan Zen saat ini menghindar dari serangannya sambil berusaha menjelaskan bahwa wanita yang menyerangnya tersebut salah paham kepadanya.
"Tunggu.. sudah kubilang aku tidak bersama dengan mereka" kata Zen yang saat ini mulai menangkap pukulan dari wanita yang menyerangnya.
"Cih... bahkan sekarang pria yang sangat tampan hanya mencoba menggodaku. Apakah tidak ada pria yang tulus menjadikan aku pendamping mereka" kata wanita tersebut setelah melihat sosok dari Zen saat ini.
"Sudah kubilang, aku bukan salah satu dari mereka" kata Zen sambil mencoba melepaskan genggaman tangannya yang menahan serangan wanita didepannya tadi.
"Lalu apa yang membuatmu menatapku dengan tatapan anehmu sebelumnya" kata wanita tersebut, yang akhirnya sudah mulai menenangkan dirinya dan berusaha menanyakan alasan dari pria didepannya karena menatapnya tadi.
"Aku hanya memperhatikan kalian saja. Lagipula aku baru pertama kali melihat seorang wanita cantik berhasil mengalahkan beberapa pria" kata Zen berbohong, bahkan dia sering menyaksikan adegan tersebut karena para wanitanya sering melakukannya.
Tentu saja perkataan Zen membuat wanita yang berada didepannya mulai salah tingkah, karena dia jarang sekali dipuji secara langsung oleh seorang pria, terlebih lagi pria yang memujinya saat ini bisa dibilang sangat tampan.
Namun dia sebisa mungkin tidak terbawa dengan sikapnya tersebut, dan mencoba untuk tetap tenang saat ini dan mulai kembali membalas perkataan Zen yang saat ini sedang menatapnya sambil tersenyum ramah.
"Uhum.... kalau begitu maafkan aku atas kesalah pahaman yang terjadi sebelumnya" kata wanita tersebut.
Namun tiba – tiba saja, seseorang yang sudah dikalahkan oleh wanita didepan Zen tadi, salah satu dari mereka mulai bangkit dan mencoba menyerang wanita yang mengalahkan mereka menggunakan sebuah botol bir yang dia pegang.
Tentu saja Zen yang melihat tindakan pria yang marah tersebut, langsung merangkul tubuh wanita didepannya dan menangkap botol bir yang menjadi senjata pria tersebut, untuk memukul wanita yang sudah didalam dekapannya.
"Dasar sampah" kata Zen.
Zen lalu melepaskan dekapannya dari wanita yang saat ini sedang dipeluknya dan menggiringnya menuju kearah belakangnya. Lalu dia mulai meraih tangan pria yang mencoba menyerangnya dan membanting tubuhnya kearah trotoar yang mereka pijak pada jembatan ini.
Dengan menggunakan sedikit kekuatannya, Zen berhasil membuat pria tersebut tak sadarkan diri, lalu membiarkannya tergeletak ditempat tersebut.
"Jika saja tidak didunia ini, mungkin aku akan langsung melemparkanmu dari jembatan ini" kata Zen, yang saat ini sebisa mungkin menahan sifat kejamnya.
"Apakah kamu tidak apa – apa nona?" tanya Zen kepada wanita yang dia coba tolong tadi.
Namun bukannya menjawab, wanita tersebut masih saja membayangkan adegan dimana dia diselamatkan oleh pria tampan yang berada didepannya, seakan seperti adegan - adegan yang sering dia baca dan tonton.
"Nona?" kata Zen kembali.
"Hiratsuka Shizuka" kata wanita tersebut.
"A...Apa?" kata Zen bingung setelah wanita tersebut menyebutkan namanya.
"Namaku Hiratsuka Shizuka, siapa namamu?" tanyanya kembali.
Dan begitulah pertemuan mereka pertama kali, sebelum mereka bertemu kembali diruangan ini. Dimana wanita yang bernama Hiratsuka Shizuka, sedang menatap seorang pria yang sebelumnya dia anggap mencoba menggodanya, saat dirinya mencoba melupakan adegan menjijikan saat pulang dari pertunangan sahabatnya.
"Kamu?" kata Shizuka terkejut setelah melihat pria yang menolongnya sebelumnya, ternyata merupakan murid baru dari sekolah ini.
Memang Shizuka tidak sempat melihat profil dari Zen sebelumnya, karena dia ingin untuk mengenalnya secara langsung. Namun yang dia tidak ketahui, ternyata pria yang menjadi murid baru dikelasnya, merupakan seseorang yang dikenalnya.
"Yo.. Shizuka" kata Zen.
Tentu saja, Zen mulai memanggilnya dengan nama depannya, dikarenakan mereka sempat mengobrol dengan ringan pada jembatan dimana Shizuka melawan para preman yang mencoba mendekatinya.
Obrolan mereka cukup untuk membuat mereka semakin dekat, walaupun Shizuka melupakan untuk menanyakan kontak dari Zen, sebelum mereka berpisah. Namun sebelum mereka berpisah, akhirnya mereka memutuskan untuk memanggil satu sama lainnya dengan nama mereka masing - masing, karena Zen berkata dia tidak terbiasa dipanggil dengan nama keluarganya.
"Z-Zen... apa yang kamu lakukan disini?" tanya Shizuka.
"B-Bersekolah mungkin?" kata Zen bingung karena sudah sepatutnya jika seseorang menggunakan seragam sekolah dan datang kesebuah sekolah, pasti dia bertujuan untuk bersekolah.
"Aku tahu, tetapi kamu tidak pernah bilang kalau kamu masih pelajar" kata Shizuka kembali.
Sebenarnya Shizuka sudah mencurigai perawakan Zen sebelumnya karena begitu muda, namun karena dia mencoba untuk mengenal lebih dekat pria yang mencoba menolongnya, akhirnya dia tidak memperdulikan hal tersebut.
"Kamu juga tidak mengatakan bahwa kamu seorang guru Shizuka"