webnovel

Balas Dendam

Serangan pihak iblis sudah berakhir, tetapi beberapa masalah belum terselesaikan saat ini, terutama seorang manusia naga sedang menatap seorang pria dengan intens untuk mencari jawaban atas apa yang dia lakukan tadi.

Memang Zen sudah menjelaskan hal yang dilakukannya kepada Tio, tetapi penjelasan tersebut membuat Tio semakin ingin tahu dengan apa yang dilakukan Zen, terutama dia dapat membuat seekor naga, berubah menjadi seorang Manusia naga.

"Bisakah Master mengajariku skill mata itu?" tanya Tio penuh harap.

"Maafkan aku Tio, bukannya aku tidak ingin memberikannya kepadamu, tetapi aku yang tidak bisa melakukannya" kata Zen.

"Hah... padahal aku ingin mengembangkan Klan nagaku, jika aku mempunyai kemampuan itu" kata Tio yang sedikit kecewa saat ini.

"Bukankah kita bisa mengembangkannya?" kata Zen kemudian dengan tatapan penuh arti.

"Hah? Bagaimana?" tanya Tio kembali.

"Bukankah kamu calon Istriku?" tanya Zen kepada Tio yang saat ini akhirnya paham dengan mahsut Masternya tersebut.

"B-Benarkah? B-Baiklah aku akan menunggunya. Aku tidak sabar menjadi seperti Asuna saat ini" kata Tio yang sudah mulai bersemangat namun dia tidak sadar sudah menyebutkan sebuah rahasia karena kegembiraanya tersebut.

"Seperti Asuna?" tanya Zen bingung dengan perkataan Tio tersebut.

"Ah... m-mahsutku, karena.... karena... karena dia sudah berhubungan sex denganmu... ya.. ya.. ya seperti itu" kata Tio panik, karena dia tidak sengaja menyebutkan keadaan Asuna kepada Zen.

"Tetapi, apakah Asuna mengalami sakit yang parah? Aku baru ingat, semenjak dia dikatakan sakit, dia tidak pernah kembali dan menjadi pasukan penyerangan bersama kalian" tanya Zen.

Zen saat ini hampir tidak pernah bertemu lagi dengan Asuna setelah dinyatakan sakit, tetapi semua wanitanya akan selalu mengatakan dia baik – baik saja, saat dia bertanya kepada mereka. Tanda yang bisa dirasakan Zen pada pundaknya, hanya bisa merasakan keberadaannya dan saat kondisi terdesak atau keadaan kurang baik.

Namun, keadaan Asuna baik – baik saja dalam merasakan tandanya oleh Zen. Tetapi yang Zen tidak tahu, tanda tersebut tidak bisa mendeteksi apa yang sedang dialami oleh Asuna saat ini. Memang saat Zen bertanya dengan keadaan Asuna, para wanita yang lainnya akan mengatakan dia kembali ke Alaska karena beberapa urusan dan sebagainya, untuk mengalihkannya bertanya tentang keadaannya saat ini.

"Ah... itu.. dia tidak sedang sakit berat Master, tetapi aku sarankan Master bisa mengunjunginya setelah masalah ini selesai" kata Tio.

"Hm... benar juga kalau begitu aku akan kembali setelah semua kejadian ditempat ini selesai" kata Zen. Tio sendiri hanya menganggukan kepalanya, menandakan dia menyetujui perkataan Zen, karena dia takut akan terus dicerca pertanyaan tentang Asuna kembali.

"Zen!" teriak seseorang mencoba mendekat kearah mereka. Saat ini kondisi wanita yang mendekati mereka penuh dengan bercak darah pada sekujur tubuhnya. Bahkan palu yang dibawanyapun, sudah tertutup cairan berwarna merah yang sudah mengeras.

"Apakah kamu baik – baik saja?" kata Zen dan mengeluarkan sebuah sapu tangan dan mencoba mengelap wajah dari Shea yang banyak bercak darah.

"Mm-Mm" angguk Shea.

Namun saat Shea menikmati perlakuan Zen tersebut, pandangannya mengarah kepada seorang wanita yang berdiri dengan postur yang sangat elegan saat ini, dan sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Zen, siapakah dia?" tanya Shea setelah Zen sudah selesai membersihkan bekas darah dari wajahnya.

"Ah... namanya White" balas Zen.

.

.

"APA?!" teriak beberapa wanita bersamaan.

"Kamu bisa mengubah sebuah naga menjadi manusia?" kata Yue yang tidak kalah terkejut setelah mengetahui jati diri dari wanita yang saat ini dia temui.

"Sudah kubilang, aku tidak sengaja" kata Zen.

Saat ini, Zen sudah berkumpul kembali dengan semua wanitanya yang sedang beristirahat dari peperangan yang mereka alami sebelumnya. Namun mereka mulai terkejut setelah mendengar perkataan Tio, yang mengatakan bahwa wanita yang bersamanya merupakan seekor naga sebelumnya.

"Apakah kamu yakin dia akan mengikuti kita Zen? Bukankah dia merupakan tunggangan dari musuh yang kita lawan sebelumnya?" tanya Alice kemudian.

"Tenanglah, dia mempunyai tanda budak" kata Zen.

Memang saat Zen tidak sengaja melemparkan skillnya dan mengubah naga putih tersebut, akhirnya dia sepenuhnya berubah dan mendapatkan tanda budak seperti Noint sebelumnya.

Akhirnya mereka semua mulai termenung dengan apa yang sedang terjadi saat ini, karena informasi yang baru mereka dapatkan sangat menghebohkan saat ini. Pertama mereka mengetahui Zen bisa memperbudak seorang utusan dewa.

Dan sekarang, dia mengubah seekor naga menjadi manusia, yang mereka tidak bisa bayangkan saat ini. Walaupun sebenarnya Zen juga tidak bisa membayangkannya akan menjadi seperti ini.

"Apakah skillku itu memiliki efek samping Irene?" tanya Zen, memastikan tindakannya sebelumnya.

[Tidak, namun jika Kakak akan memikat wanita yang Kakak sukai, jangan pernah menggunakan skill tersebut, karena mereka akan berubah menjadi pelayan Kakak, bukan orang yang mencintai Kakak] kata Irene.

Zen akhirnya paham dengan apa yang dijelaskan Irene tadi dan mulai mencoba beristirahat dan bercengkrama dengan para wanitanya. Namun dia mulai mengingat sesuatu saat ini.

"Maafkan aku, aku mempunyai urusan sebentar" katanya kepada wanitanya yang masih beristirahat dan akhirnya mulai beranjak dari sana.

Sebuah lorong yang gelap, saat ini seseorang sedang berjalan dengan perlahan pada tempat ini. Semakin dalam dia masuk, semakin terdengar suara orang berteriak histeris dengan apa yang dia alami sebelumnya.

Pria tersebut yang merupakan Zen akhirnya mulai mendekati asal suara tersebut. Langkah Kakinya membuat suara itu berhenti dan mencoba mendekatinya, namun sayangnya setelah dia mendekat, Zen mengeluarkan sebuah Orb bercahaya dan memunculkan rupanya.

Suara yang mendekatinya, tiba – tiba berhenti dan mundur secara perlahan melihat sosok dari Zen yang tersenyum jahat saat ini.

"Yo.. Hiyama. Apakah kamu sudah lupa dengan apa yang kukatakan sebelumnya?" kata Zen.

Hiyama yang mendengar perkataan Zen tersebut, mulai terduduk pada tempatnya dan tubuhnya mulai gemetar ketakutan yang sangat ekstrim.

"Z-Zen" katanya.

"Baiklah, karena sudah lama aku tidak melakukannya, bagaimana kita pemanasan terlebih dahulu" kata Zen.

"T-Tunggu Zen... Tunggu... m-maafkan aku.. a-aku berjanji tidak akan melakukan h-hal itu lagi" kata Hiyama yang saat ini menyesali semua kelakuannya sebelumnya, jika dia tahu akan berujung seperti ini.

"Maafkan aku, tetapi aku tidak melihat bahwa kamu bisa berubah" kata Zen yang sudah mengelarkan sebuah plat besi seperti paku dan meraih kaki Hiyama dan memasukan plat besi tersebut pada sela kukunya.

"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"

Próximo capítulo