webnovel

Memindahkan

Saat ini Zen dan semua wanitanya sudah berada dimeja makan untuk makan malam bersama ditempat ini. Suasana ditempat ini begitu hangat tidak seperti sebelumnya saat Zen bersama Rinko dan Lisbeth menenangkan beberapa saudara perempuan mereka yang sedikit sedih.

Pemberitahuan tentang penundaan perjalanan mereka saat ini, membuat mereka mereka sedikit murung, namun mereka juga tidak bisa menyalahkan siapapun, karena mereka tahu betapa beratnya suadara mereka membuat benda tersebut.

"Lalu, bisakah kamu membantu mereka berdua menyempurnakannya Zen? Bukannya kamu sedang tidak sibuk saat ini?" tanya Asuna.

Zen saat ini sedang menyuapkan daging yang dia potong dari piringnya menuju mulutnya saat mendengar perkataan Asuna tersebut. Zen mengunyah sejenak manakannya itu, baru menjawab pertanyaan Asuna sebelumnya.

"Maafkan aku, tetapi aku mempunyai urusan didunia Yue, sehingga mungkin aku akan berangkat setelah memindahkan beberapa orang dari Underworld menuju Alaska saat ini" kata Zen.

"Benarkah Zen, bukannya kita hanya akan melaporkan tindakan kita pada Adventure Guild pada kota Fuhren saja?" tanya Yue.

"Memang benar, tetapi karena rencana membawa kalian tertunda, maka aku harus mempercepat rencanaku yang lain, yaitu membuat diriku semakin terkenal atau semakin ditakuti saat ini" kata Zen.

"Bukannya mengalahkan 60.000 monster sudah cukup membuatmu terkenal Zen?" kata Shea kemudian.

Memang cerita Zen mengalahkan 60.000 monster tidak membuat kaget beberapa orang disini, karena Yue dan Shea sudah memberitahukannya. Bahkan Yue dan Shea sempat merekam bagaimana mereka mengalahkan monster – monster tersebut menggunakan ponsel yang diberikan kepada mereka saat itu, dan menunjukan pertarungan mereka kepada saudara perempuan mereka yang lain, saat mereka tiba di Alaska.

"Memang, tetapi aku ingin kita dikenal sebagai penegak keadilan dan penyelamat, untuk membuat beberapa pihak seperti gereja untuk mengeluarkan sifat asli mereka yang sebenarnya" kata Zen.

"Gereja? Apa mahsutmu Zen? Apakah kamu akan merusak keimanan beberapa orang didunia sana?" Tanya Suguha.

"Benarkah? Bukankah itu hal yang tercela Zen, bukankah kita harus menghormati pilihan keimanan orang lain, dan tidak menghancurkannya?" balas Aki setelah mendengar perkataan Suguha tersebut.

"Aku akan menghormati jika keimanan yang diajarkan pada mereka adalah benar bukan propaganda yang akan menyebabkan peperangan didunia itu, tidak akan berakhir." Kata Zen.

"Apa mahsutmu Zen?" tanya Sinon kemudian.

Zen lalu menjelaskan semua kebusukan yang terdapat didalam dunia itu, yang menyebabkan saat ini berbagai pihak saling mendiskriminasi satu sama lainnya dan dewa mereka hanya membuat kehidupan didunia itu hanya menjadi wadah mereka bermain.

"Tapi bukankah iblis itu memang jahat, jadi wajar saja pihak gereja memusuhinya?" kata Silica setelah mendengar penjelasan Zen tersebut.

"Namun bagaimana jika ras dari saudara perempuan kalian yaitu Shea, dianggap menjijikan disana, terlebih lagi ras mereka menjadi sasaran budak yang alami disana" kata Zen.

"Benarkah demikian Shea?" tanya Aki yang menatap Shea yang mulai menunduk.

"Ya, bahkan beberapa ras yang sama seperti diriku, diperjual belikan seperti barang disana" kata Shea.

"Apakah semua tempat seperti itu Zen?" tanya Asuna kemudian.

"Walaupun semua tempat tidak seperti itu, tetapi perbudakan sangat wajar disana, terlebih lagi sebuah kerajaan bernama Hoelscher. Disanalah demi human sudah pasti akan diperlakukan sebagai budak. Bahkan kerajaan itu menganut ras manusia lebih tinggi daripada ras lainnya" kata Zen.

Mendengar itu, semua orang disana mulai sedikit emosi dengan apa yang mereka dengar tersebut, namun tidak dengan Yui yang terus menyantap makananya, karena dia sedari tadi tidak mengerti apa yang dibicarakan semua orang tuanya.

"Kamu akan menghancurkannya bukan?" kata Rinko kemudian.

"Yap, maka dari itu, aku harus sebisa mungkin menghilangkan propaganda dari dewa palsu yang berada disana dan menciptakan bidakku sendiri" kata Zen.

Akhirnya perbincangan mereka mulai berubah, setelah Yui tiba – tiba saja menanyakan berbagai hal, seakan dia sangat bersemangat untuk pergi kesana. Semua yang berada disana mulai tersenyum dan menjelaskan apa yang ditanyakan oleh Yui tersebut.

Akhirnya malam itu diakhiri dengan mereka kembali kekamar mereka masing – masing kecuali Zen dan Asuna yang memulai malam panas mereka dikamar Zen saat ini.

.

.

Keesokan harinya, Zen sudah berada disebuah ruangan yang terdapat 3 buah tubuh yang sudah selesai diciptakan dan sedang berbaring disini. Tubuh yang berhasil dibuat Zen saat ini masih polos, tanpa kelamin, rambut dan bentuk wajah mereka yang sama satu sama lainnya.

Memang keistimewaan tubuh yang berhasil dibuat Zen dan Rinko, yaitu akan menyesuaikan rupa dan bentuk dari jiwa yang dimasukan kedalamnya. Namun kekurangannya saat ini, proses untuk menyesuaikannya membutuhkan waktu yang lama.

Tidak seperti Zen membuat tubuh Yui, yang hanya memakan waktu beberapa jam saja untuk Yui bisa beradaptasi dengan tubuh barunya itu, dikarenakan Zen sendiri yang menciptakannya. Sedangkan tubuh didepannya, merupakan tubuh hasil rancangan Rinko yang disempurnakan oleh Zen.

"Baiklah aku akan masuk" kata Zen.

"Yap, dan pastikan menglogoutkan Fluctlight mereka sesuai aba – abaku Zen" kata Rinko saat ini.

"Baiklah" jawab Zen dan mulai berbaring dimesin Soul Translator dan mulai memasuki dunia Underworld.

Alice, Rina dan Quenella sudah bersiap untuk menjadi orang pertama yang akan dibawa oleh Zen menuju kedunianya. Pemilihan Quenella sempat menjadi perdebatan sebelumnya, namun karena Zen membutuhkan seseorang yang bisa menjadi bahan uji coba untuk memastikan prosesnya tidak mendapati kesalahan apapun.

Maka pilihan tersebut jatuh kepada Quenella yang saat ini dirasa tepat, walaupun Selka yang sebenarnya menjadi kandidat awal untuk pergi ke dunia Zen sempat merasa kecewa.

"Aku akan merindukanmu Kak" kata Selka yang memeluk Kakaknya Alice.

"Tenanglah Selka, kata Zen aku bisa kembali kapanpun saat aku mau, jadi jangan terlalu bersedih oke" kata Alice.

Disisi lain, Tize dan Renya saat ini sedikit iri dengan ketiga orang tersebut, karena dirinya akan menuju dunia seniornya Zen terlebih dahulu. Namun mereka tetap senang, karena jika berhasil maka mereka juga tidak akan lama lagi menyusul seniornya kesana.

Akhirnya avatar Zen muncul didepan mereka saat ini. Sambil tersenyum manis, Zen akhirnya menyapa semua orang yang berada disana yang sedang menunggunya.

"Apakah kalian bertiga sudah siap?" tanya Zen dan dibalas anggukan oleh Alice, Rina dan Quenella.

Zen lalu menhubungi seseorang yang langsung memunculkan sebuah portal yang akan membawa mereka menuju ke World End Altar saat ini. Mereka mulai memasuki portal itu satu persatu saat ini.

Diseberang portal itu, Cardinal sudah menunggu mereka ditempat ini, sambil melakukan beberapa tugas yang diberikan oleh Zen sebelumnya.

"Bagaiaman keadaan sekitar Cardinal?" tanya Zen saat dia sudah melewati portal yang dilewati oleh Cardinal.

"Aku sudah membuat penghalang ditempat ini, sehingga tidak ada seorangpun yang tahu apa yang kita perbuat saat ini, kecuali orang – orang yang berada ditempat ini." jawab Cardinal sambil menghilangkan portal yang dia buat.

"Baiklah mari masuk kalau begitu." Kata Zen.

Akhirnya mereka semua memasuki altar yang terdapat sebuah konsole dari dalamnya saat ini. Zen mulai mengetikan sesuatu dan akhirnya konsole itu terhubung dengan Rinko yang berada di Alaska.

"Baiklah Zen, keluarkan seseorang yang menjadi penguji sistem kita saat ini" kata Rinko dari seberang.

"Kamu sudah siap Quenella?" tanya Zen dan hanya dibalas anggukan dengan senyum dari Quenella.

"Sampai jumpa Quenella-san" kata beberapa wanita yang berada disana.

Walaupun masa lalu Quenella sangat buruk, tetapi setelah mereka tinggal bersamanya sampai sekarang, mereka mulai dekat dengannya dan sudah menganggapnya seperti saudara.

"Baiklah sampai jumpa" balas Quenella dan langsung berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang setelah Zen mengeluarkan datanya dari dunia ini.

"Bagaimana Rinko?" tanya Zen, namun dia tidak segera mendapatkan jawaban. Akhirnya setelah beberapa lama kemudian.

"Berhasil Zen"

Próximo capítulo