webnovel

Memulai Rencana Selanjutnya

Zen melihat serangan pria tersebut langsung tersenyum. Sedangkan pria yang mereka lawan sedari tadi, mulai teriak kesakitan karena serangan dari Bercouli itu. Bisa dilihat aura hitamnya mulai menghilang sedikit demi sedikit, hingga akhirnya dia mati ditempat itu.

"Serangan yang bagus Pak tua" kata Zen.

"Hahaha.. itu jurus andalanku. Tebasan yang menebas masa lalu" kata Bercouli

Mendengar ini Zen hanya tersenyum. Namun dari pihak Dark Territory akhirnya memutuskan untuk mundur terlebih dahulu, setelah melihat ketua pasukan ini sudah mati terbunuh. Zen saat ini memperhatikan sekitar dan melihat semua pasukan dari Dark Teritorry mulai pergi dari tempat ini.

Lalu Zen mulai memberikan sebuah pesan kepada seseorang dan menyuruhnya menyudahi kegiatannya, lalu menyuruhnya ketempat Zen berada, karena ada tugas yang akan diberikan kepadanya.

Lalu tiba – tiba saja sebuah portal muncul disebelah Zen saat ini. Lalu dari baliknya munculah seorang wanita dengan tongkat berjalan keluar dari sana.

"Bagaimana Cardinal?" tanya Zen.

"Persiapan sudah selesai kulakukan" kata Cardinal.

Lalu seorang wanita yang memakai jubah diseluruh tubuhnya, datang kearah mereka setelah selesai membantai beberapa monster dari pihak Dark Territory, dan mendapatkan panggilan dari Tuannya. Dia berjalan santai hingga akhirnya tiba didepan Zen dan menunduk sedikit.

"Aku sudah menyelesaikannya Zen-sama" kata wanita tersebut.

"Baiklah, aku ingin kamu pergi ke Dark Teritorry dan menginvasi kedalam tempat yang mempunyai konsole didalamnya" kata Zen.

"Baiklah Zen-sama" balas Quenella yang lagsung melesat menghilang dari tempat itu.

Beberapa ksatria bingung dengan perkataan Zen tersebut. Bercouli sendiri saat ini menatap Zen dengan tatapan ingin tahu siapa sebenarnya pria didepannya ini.

"Cardinal, kembali ketempatmu. Aku akan menjalankan rencana selanjutnya" kata Zen.

"Baiklah" kata Cardinal lalu kembali membuka sebuah portal dan masuk kedalamnya.

"Irene, normalkan FLA tempat ini dan sejajarkan dunia ini dengan dunia nyata. Aku akan keluar dari sini" kata Zen.

[Baiklah Kak] jawab Irene.

Lalu Zen, akhirnya mulai menghilang dari tempat itu dan meninggalkan beberapa orang yang berada disana, yang masih bingung dengan situasi yang mereka lihat sebelumnya.

.

.

Soul Translator dari Zen akhirnya terbuka dan memunculkan kepala Zen yang selama ini ditutupi oleh mesin. Zen mulai membuka matanya dan menyesuaikan dirinya, lalu melihat sekitar. Saat ini dia bisa melihat seorang perawat sedang menatapnya tajam.

"Halo Aki-san, lama tidak berjumpa" kata Zen.

"Apa yang akan kamu lakukan Zen?" tanya perawat tersebut.

"Mencuri semua ini" kata Zen kepada perawat tersebut sambil mencoba bangkit dan duduk ditempat itu.

"Apakah ini semua perbuatanmu Zen?" tanya perawat itu lagi.

"Perbuatan yang mana Aki-san?" tanya Zen.

"Penyerangan ini" jawab Aki.

"Penyerangan ini, bukanlah perbuatanku Aki-san. Namun mereka menjadi kambing hitamku atas apa yang mereka lakukan ditempat ini" kata Zen dan mulai beranjak dari tempatnya saat ini.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Aki.

"Sudah kubilang, aku akan mencuri semua yang ada disini" kata Zen.

Mendengar itu, Aki mengambil senjata yang berada dibawah troli yang membawa berbagai macam alat, guna perawatan Zen saat ini. Zen yang melihat ini hanya tersenyum kepada Aki setelah melihat perawat itu menodongkannya senjata.

"Berarti kita adalah musuh Zen" kata perawat tersebut.

"Tetapi aku tidak menganggapmu begitu" kata Zen sambil melepaskan berbagai peralatan medis dalam tubuhnya.

Aki masih tetap menodongkan senjatanya kearah Zen, yang sebenarnya sangat tidak ingin dia lakukan kepada Zen. Namun karena dia merupakan salah satu orang yang dididik dari akademi kemiliteran, penghianatan adalah sesuatu yang tabu baginya saat ini.

"Apakah kamu pernah memasuki dunia Underworld Aki-san?" tanya Zen setelah melihat Aki masih menodongkan senjatanya kearah Zen.

Aki sendiri tidak menjawab dan memberikan gesture apapun, setelah mendengar pertanyaan Zen tersebut. Dia masih saja menatap Zen dengan tajam dan menodongkannya sejatanya.

"Orang – orang disana bukan NPC Aki-san, mereka mempunyai jiwa. Aku tidak bisa membuat mereka menjadi bahan percobaan, apalagi bahan untuk berperang seperti rencana dari tempat penelitian ini" kata Zen.

Lalu Zen mulai perlahan berjalan kesebuah pintu darurat tersembunyi, yang berada dibelakang ruangan tersebut, yang mana tidak terhubung dengan pintu utama yang mempunyai penjaga diluarnya dan terhubung pada sebuah jalan rahasia. Walaupun Zen sudah menyuruh Irene mengunci tempat ini, untuk menghindari para penjaga itu memasuki ruangan Zen berada.

"Pilihan ada ditanganmu Aki-san, menembakku sekarang atau membiarkanku melakukan rencanaku selanjutnya" kata Zen dan akhirnya keluar dari tempat tersebut melalui pintu darurat.

Aki sendiri akhirnya mulai menurunkan senjatanya dan menghela nafasnya dan melihat Zen sudah pergi dari tempat ini. Aki sebenarnya tahu apa yang dikatakan Zen sebelumnya. Jiwa atau Fluctlight didalam dunia underword, merupakan hasil konversi dari jiwa bayi yang baru lahir dan ditempatkan didalam dunia tersebut.

Mendengar rencana dari Rath tentang membuat AI bagi sarana kemiliteran menggunakan jiwa tersebut, membuatnya merasa tidak setuju dengan rencana tersebut. Karena dia beranggapan bahwa jiwa yang dikembangkan oleh Rath adalah jiwa asli dari orang yang sebenarnya.

Mengubah jiwa tersebut, yang sebelumnya merupakan orang yang damai dan diubah menjadi seorang dengan tujuan berperang adalah melanggar norma baginya, yang saat ini berprofesi sebagai perawat yang bertugas merawat seorang pasien.

"Apa yang harus kulakukan sekarang" kata Aki.

.

.

Dipihak penyerang, mereka saat ini kebingungan. Karena kapten mereka dan Vassago yang menemaninya, ternyata sudah keluar dari tempat tersebut. Pria yang selama ini menjadi operator dan pengawas tempat itu, mulai turun dan menanyakan apa rencana selanjutnya dari kaptennya.

Namun saat dia tiba, dia terkejut yang melihat kaptennya dan orang yang memasuki kedalam dunia underword mati dengan cara yang mengenaskan, dan masih terbaring diatas Soul Translator dengan ekspresi yang mengerikan.

Pria itu terduduk dengan ekspresi tidak percaya setelah melihat kejadian tersebut, lalu dia memanggil beberapa bawahannya dan menyuruh mereka membungkus mayat dari kedua orang tersebut.

Akhirnya mereka mulai merencanakan pelarian mereka dengan meningkatkan beban pada mesin utama pada tempat ini, dan akan menyebabkannya meledak untuk mengalihkan perhaian mereka, dan sekaligus menghancurkan tempat ini dengan memasang bom ditempat tersebut.

Mendengar goncangan tersebut, Higa dan Sijirou mencari cara agar ledakan tersebut tidak berdampak pada hancurnya tempat ini. Dengan tergesa – gesa, Seijirou memperintahkan pasukannya untuk bersiap untuk menyerang.

Terjadi kepanikan dimana – mana, namun seorang pria berjalan santai menuju kesuatu ruangan setelah selesai melakukan sesuatu.

[Kak, mereka mulai teralihkan] kata Irene.

"Tutup katub penghubung tempat ini dan mesin utama, namun jangan biarkan mereka mengetahuinya" kata Zen

[Baiklah Kak] jawab Irene.

Lalu Zen sudah berada disebuah tempat dengan pintu yang sangat besar menghalanginya saat ini. Dia mulai membuka dan melihat banyak sekali Lightcube sebagai tempat penyimpanan Fluctlight berada disini.

"Baiklah, mari kita mencurinya"

Próximo capítulo