webnovel

Alicization

Semua wanita Zen beserta Yuna dan Yui saat ini sedang berada disebuah landasan helikopter, dimana mereka akan diantarkan kesuatu fasilitas rahasia dimana Zen dirawat dan diobati saat ini.

Dalam surat Zen, Zen menyerahkan kuasa kepada semua wanitanya beserta putrinya atas keputusan apapun yang membutuhkan persetujuan keluarga, karena saat ini keluarga Zen sudah dinyatakan meninggal dunia.

Akhirnya Seijirou meminta perijinan, dimana Zen akan menjalani pengobatan disebuah fasilitas rahasia dimana disetujui oleh semua wanitanya. Yuna sendiri mengetahui ini dikarenakan almarhum Ayahnya merupakan salah satu peneliti dari projek tersebut.

Akhirnya sebuah helikopter datang menjemput mereka dan membawa mereka kesebuah fasilitas dimana Zen berada yang disebut Ocean Turtle.

Semua wanita Zen akhirnya masuk kesebuah ruangan dimana mereka bisa melihat Zen saat ini sedang terbaring dan sebuah alat menutupi seluruh kepalanya. Bisa dilihat juga seorang perawat cantik berada diruangan tersebut sambil memonitor kondisi Zen saat ini.

"Kapan Papa akan sembuh Mama?" tanya Yui.

"Sabarlah oke, bukankah kamu sudah membaca surat Papamu" kata Asuna yang saat ini menggendong Yui.

Mendengar ini Yui hanya mengangguk sambil melihat dibalik kaca dimana Zen berada.

"Yui akan menadi anak yang baik Papa, jadi cepatlah sembuh" gumam Yui.

Sedangkan disebuah kontrol panel besar terdapat tiga orang sedang mengawasi data tentang sebuah dunia yang mereka ciptakan saat ini.

"Apakah dia sudah berhasil masuk?" tanya seorang wanita berambut pendek kepada seorang yang menjadi pertanggung jawab sekaligus developer dunia tersebut.

"Sudah kupastikan dia memasuki dunia tersebut, saat ini kita hanya bisa menunggu bahwa Zen-kun dapat mengubah dunia tersebut" kata pria itu.

"Kudengar para wanitanya datang hari ini?" tanya wanita itu lagi.

"Ya, Zen menyuruhku untuk tidak menyembunyikan apapun kepada mereka" kata seorang dengan kacamata yang memperkerjakan Zen.

Wanita tersebut sebenarnya masih merasa bersalah karena apa yang diakibatkan oleh mantan pacarnya dahulu. Dia pernah dihubungi oleh Zen, karena Zen menanyakan berbagai hal tentang The Seeds karena beberapa program membutuhkan keahliannya.

"Pria yang sangat beruntung" kata wanita tersebut.

Namun tiba – tiba saja, sebuah anomali aneh muncul dilayar mereka dan menampilkan sebuah pesan yang sangat membuat mereka saat ini terkejut.

[Pastikan kalian menjaga wanitaku dan putriku. ~Zen~]

Melihat sebuah pesan muncul dilayar monitor didepan mereka, mereka saat ini sangat terkejut dengan hal tersebut.

"Bagaimana cara dia mengirimi kita pesan?" tanya wanita itu sangat kaget.

"Akan aku periksa" kata pria berambut kuning dan mulai mengetik sesuatu pada komputernya.

Wanita itu langsung menoleh kearah pria berkacamata yang saat ini adalah seorang yang membawa Zen mengikuti program ini, serta ketua dari projek ini untuk meminta penjelasan.

"Kita harus mengikuti perkataannya" kata pria itu singkat.

.

.

"Bagaiamana Irene, berhasil?" tanya Zen.

[Tentu Kak, saat ini pasti mereka sangat kebingungan] kata Irene.

Setelah Zen bangun dihutan ini, dia mulai memanggil Irene dan ternyata adiknya tersebut bersamanya saat ini masuk kedalam dunia ini, tidak seperti sebelumnya. Zen saat ini langsung berdiri dan mulai merencanakan apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Irene bisakah kau menyembunyikan keberadaanku dari orang yang saat ini membuat indeks tabu pada dunia ini" kata Zen.

[Baiklah] kata Irene.

"Sekarang apa yang harus kulakukan ya, apakah bertemu Eugeo atau leveling terlebih dahulu" gumam Zen.

"Irene, bagaimana dengan kekuatanku didunia ini?" tanya Zen.

[Saat ini bisa dibilang kekuatan Kakak rata – rata dari orang biasa yang berada didunia ini] jawab Irene.

"Baiklah, kalau begitu kita memperkuat diri sendiri terlebih dahulu" kata Zen.

Zen lalu berjalan masuk lebih dalam kedalam hutan sambil mencari beberapa monster yang bisa dia kalahkan. Zen saat ini mencari sebuah batang kayu dengan ujung tajam lalu mencari sebuah monster yang lemah terlebih dahulu.

Setelah itu Zen menemukan seekor kelinci liar dia langsung mendekat sambil mengendap berusaha untuk memburunya. Setelah dekat dia mencoba untuk melemparkan batang kayu yang didapatkannya tadi kearah kelinci tersebut, namun sialnya lemparan dia meleset.

"Hah.. ternyata menjadi pemula sangat menyebalkan" kata Zen setelah melihat dia gagal menangkap mangsa pertamanya.

Lalu dia berjalan menuju batang kayu yang dilemparnya. Namun dia mendengar sebuah suara dari balik semak – semak disampingnya. Zen menatap semak tersebut dan lalu memunculkan seekor serigala.

"Sial!" kata Zen lalu mengambil batang kayu runcingnya dan berlari menjauh dari serigala tersebut.

Serigala itu yang melihat Zen melarikan diri langsung bergegas mengejarnya. Kecepatan serigala itu sangat cepat dan sesaat lagi akan menggapai Zen. Melihat ini Zen akhirnya berbalik dan menombakan batang kayu runcing tersebut.

Kayu itu tepat terkena bagian dada dari serigala tersebut, namun serigala tersebut berhasil mengigit bahu Zen.

"AHHHHHH" teriak Zen kesakitan.

Zen lalu terus menusukan kayu rincing tersebut berkali – kali hingga darah yang dikeluarkan serigala tersebut sangat banyak hingga dia mulai melemas dan melepaskan cengkraman gigitannya dari bahu Zen.

Zen melihat ini langsung menancapkan kayu tersebut tepat pada mata serigala tersebut dan menembus kepalanya dan membuatnya mati.

Zen lalu terduduk disamping serigala tersebut sambil memegang luka gigitan serigala itu dibahunya.

"Ha.. Ha.. Ha.." deru nafas Zen bisa terdengar ditempat itu.

[Mengapa kau tidak menggunakan sword skillmu Kak] kata Irene.

Mendengar ini Zen termenung dengan kebodohannya saat ini. Walaupun dia menggunakan tongkat dia sebenarnya bisa menggunakan memakai sword skillnya untuk memberkuat media yang dia gunakan tadi.

"Betapa bodohnya aku, tau begitu bahuku tidak akan terluka" kata Zen.

Lalu dia mengambil tongkatnya runcingnya yang masih menancap pada kepala serigala tersebut. Zen lalu menatap tongkatnya dan menggambar huruf S pada tongkat tersebut. Lalu terlihatlah sebuah layar imaginer tentang infomasi tongkatnya saat ini.

"Setidaknya masih bisa dipakai" kata Zen setelah melihat ketahanan tongkatnya menurun setengah.

Lalu Zen menuju kearah suara air mengalir mencoba untuk membersihkan lukanya saat ini. Setelah membersihkan lukanya dia mulai memeriksa statusnya didunia ini dengan menggambarkan huruf S ditangannya.

"Akhirnya meningkat, walaupun sedikit" kata Zen.

Lalu Zen beristirahat sejenak dan merencanakan kemana dia sekarang dan apa yang akan dilakukannya selanjutnya.

"Pertama – tama aku harus menjadi kuat untuk bisa melawan pencipta indeks tabu dunia ini." Kata Zen.

Lalu Zen menatap kearah langit dan mulai merenung.

"Bukannya dia cantik? Coba saja dia tidak menjadi pelacur aku pasti mengincarnya juga" kata Zen.

Próximo capítulo