webnovel

Kesedihan Suguha

Sementara itu, didunia diluar game, seorang wanita berambut pendek sedang berlatih dengan tekun. Wanita itu mencoba menjadi yang terbaik untuk menggantikan Kakaknya yang meninggalkan olahraga ini.

Wanita tidak lain adalah Suguha. Suguha dengan tekun mengayunkan pedang kendonya berkali - kali hingga dia merasa bahwa latihannya sudah cukup dan waktunya dia kembali kerumahnya.

Setelah Suguha selesai latihan dan mengistirahatkan dirinya, Suguha merasa sangat gelisah akan sesuatu yang dia tidak ketahui penyebabnya. Bahkan ada sebuah kejadian yang menurutnya aneh, karena seorang pria yang dekat dengannya saat ini, tidak membalas pesan dan memberitahukan kabarnya sedari pagi.

Suguha terus menghubungi Zen, namun tidak seperti biasanya, Zen tidak membalas pesannya, memberitahukan kabarnya, bahkan mencoba menggodanya.

Suguha lalu membersihkan dirinya dan merapikan peralatannya dan segera pulang menuju kerumahnya. Sebelum pulang kerumahnya, Suguha ingin mampir ke sebuah mini market untuk membeli sebuah minuman dingin.

Namun saat hendak Suguha mengambil sebuah minuman dingin pada sebuah pendingin, suara pemberitaan mengalihkan perhatainnya. Tanpa pikir panjang Suguha langsung berlari pulang kerumahnya.

Namun naasnya, setelah Suguha tiba dirumahnya, beberapa petugas kedokteran serta sebuah ambulan sudah berada didepan rumahnya. Suguha ingin memasuki rumahnya, namun tiba - tiba beberapa petugas sedang menandu seorang pria menggunakan perlengkapan game sedang dibawa keluar.

Orang itu tidak lain adalah Kakaknya yaitu Kirigaya Kazuto. Air matanya langsung terjatuh dari matanya, Suguha yang melihat ibunya mendampingi Kakaknya keluar langsung dipeluknya sambil menangis histeris.

Tidak berlangsung lama, Suguha mengingat sesuatu. Suguha mengambil smartphonenya dan mencoba memanggil seorang yang dia coba hubungi sedari tadi tetapi tidak dijawabnya.

"Ayolah, jawablah Zen-san" kata Suguha sambil mencoba menelfon dan mengirimi pesan pada Zen berkali - kali.

Namun Suguha mengingat sesuatu, Zen datang ke Jepang untuk mencoba sebuah game baru saat mereka bertemu pertama kali dan game itu sekarang menjadi perbincangan dimana - mana.

"Ibu, aku harus mengcek sesuatu, nanti aku akan menyusul ibu kerumah sakit" kata Suguha sambil melepaskan pelukannya dari Ibunya.

"Baiklah, tolong berhati - hati" kata Ibunya yang bersiap untuk naik ke ambulan yang membawa anaknya.

Tak menunggu lama, Suguha langsung berlari menuju apartemen Zen dengan masih membawa peralatan kendonya.

"Semoga dia tidak memasuki game itu, semoga dia tidak memasuki game itu, semoga dia tidak memasuki game itu,..." Kata Suguha berulang - ulang sambil berlari kearah apartemen Zen.

Sambil belarian, Suguha terus berdoa agar Zen tidak memasuki game tersebut. Setelah terus berlari, akhirnya Suguha tiba disebuah apartemen yang dikenalnya tersebut.

"Zen-san, ini aku Suguha" kata Suguha sambil terus menggedor pintu apartemen Zen, namun tidak ada jawaban dari balik pintu tersebut.

"Zen-san tolong buka" katanya. Namun sekarang Suguha mencoba untuk membuka pintu tersebut.

Pintu apartemen Zen untungnya tidak terkunci, Suguha tanpa pikir panjang langsung membukanya dan mencoba masuk kedalam apartemen ini.

Zen sendiri sengaja untuk tidak mengunci pintu apartemennya, agar orang mudah untuk mengevakuasi tubuhnya.

"Zen-san" Kata Suguha yang mulai memasuki kamar tersebut. Kamar Zen saat ini masih gelap, karena tirai kamar Zen masih tertutup. Suguha lalu langsung beranjak ke tempat tidur Zen.

Setelah tiba di tempat tidur Zen, Suguha langsung jatuh berlutut dan mulai menangis kembali. Saat ini Suguha melihat seorang pria yang saat ini dekat dengannya terbaring dengan menggunakan peralatan yang sama persis dengan apa yang digunakan Kakaknya.

"Mengapa?, mengapa kalian berdua meninggalkanku?" kata Suguha dengan diiringi tangisannya

Setelah beberapa lama, Suguha mulai tenang dan mencoba menginformasikan keadaan Zen kepada pihak yang terkait.

Dengan masih mengeluarkan air mata, Suguha mulai mengumpulkan barang - barang Zen dan mulai menyimpannya.

Dan akhirnya beberapa petugas yang bertanggung jawab datang mengevakuasi Zen dari apartemennya tersebut menuju rumah sakit yang sama seperti rumah sakit Kakak Suguha.

.

.

Di Dunia SAO

Saat pelindung transparan yang mengelilingi tempat itu menghilang, Zen mengambil arah yang berbeda yang diambil oleh Kirito.

Zen langsung keluar dari kota itu tanpa menghiraukan apapun. Berlari dengan cepat, Zen mulai membantai monster - monster yang ditemuinya saat melakukan perjalanan ke tempat tujuannya.

Setelah Zen sampai ditempat dia akan meningkatkan levelnya, Zen mulai membantai satu - persatu monster yang ada ditempat itu. Setelah Zen membantai monster, akhirnya Zen menyadari ada sesuatu yang aneh.

"Irene" panggil Zen

[Iya Kak] Jawab Irene

"Mengapa sekarang susah mengumpulkan EXP, apakah sistem tentang memperoleh EXP diubah?" tanya Zen karena dia menyadari EXPnya tidak terkumpul secepat saat dia melakukan beta tester.

[Benar sekali Kak, saat ini sistem yang menaungi Sword Art Online sudah mengubah beberapa ketentuan, seperti salah satunya tentang EXP, yang Kakak sebutkan tadi.]

"Apakah lokasi untuk beberapa lokasi monster dan dungeon juga diubah?" Tanya Zen

[Untuk lokasi, hanya lokasi boss lantai pertama yang diubah, dan lainnya masih sama seperti saat beta tester. Dan untuk beberapa monster ada beberapa perubahan, seperti senjata mereka yang beberapa diganti, termasuk boss lantai pertama.] kawab Irene.

"Lalu, bagaimana dengan sistem yang kamu coba ubah, apakah sudah berhasil Irene?" tanya Zen kemudian.

[Ya, semua sistem seperti agar Kakak terlihat seperti teleportasi saat mati sudah Irene ubah] jawabnya.

"Namun Irene, bagaimana jika aku mati ditempat seperti anti kristal?" tanya Zen

[Tenang Kak, pada tempat seperti itu, Kakak akan otomatis mengeluarkan sebuah skill blink dan menjauhi monster tersebut. Namun pada saat selesai blink, pastikan Kakak menggunakan HP potion untuk menghindari kecurigaan. Dan Irene pastikan, bahwa sistem game ini tidak akan bisa mendeteksi anomali ini dari karakter Kakak.] Jelas Irene.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas kerja kerasmu Irene." Kata Zen setelah mendengar penjelasan dari Irene.

[Tidak perlu berterima kasih Kak, Irene akan selalu berada disisi Kakak apapun yang terjadi] jawab Irene.

"Baiklah. Namun Irene, kalau begitu seharusnya kamu bisa menghack sistem agar pemain lain tidak bisa mati kan?" kata Zen.

[Irene bisa, namun Sang Pencipta melarangnya] jawabnya

"Jadi, karena Sang Pencipta ya" gumam Zen, lalu dia mengingat bahwa Sang Pencipta mengirimnya, untuk menghilangkan kebosannanya.

[Benar Kak. Kata Sang Pencipta, jika Kakak meminta untuk menghack sistem game ini dan menyelamatkan player lain tolong jangan dikabulkan.] kata Irene selanjutnya.

"Baiklah" Lalu Zen mulai berdiri dari tempat itu. Sambil memegang pedangnya, Zen lalu menuju tempat selanjutnya untuk meningkatkan levelnya.

"Mari kita menjadi kuat"

Próximo capítulo