webnovel

6. Jatuh

[Baby mau kelual]

Sepasang kelereng biru bulat menatap tegas ke arah sosok jangkung yang duduk di atas tumpukan jerami. Kepala kecil mendongak, menatap sepasang netra emas pria yang tidak menggunakan sehelaipun pakaian. Telanjang bulat. Leo sudah terlalu terbiasa melihat organ vital pria ini yang terpapar dunia tanpa tahu malu untuk menutupinya.

Pagi ini, Leo belajar dari hari kemarin. Bagaimanapun, si Idiot tidak bisa membedakan makanan beracun atau bahkan daging yang bisa dimakan—oh, jangankan itu. Bukankah makhluk sialan ini bahkan menyuruhnya memakan daging mentah?!

Karena itu, pagi ini, dengan mata yang terbuka lebar, bayi kecil menatap tegas sosok yang sejak kemarin tidak tidur dan hanya mengawasinya sambil menyeringai konyol ... Leo merinding. Ia takut, sungguh. Bila bukan karena tubuh bayi, ia tidak mau sekasur dengan makhluk primitif ini!

[Kenapa?] Cosmos benar-benar bingung. Bukankah bayi umumnya selalu berada di dalam sarang? Hanya diam dan menunggu orang tua membawakan makanan? Jangan bilang ... bayinya ingin melarikan diri? Cosmos panik, buru-buru meraih bayi kecil dan menaruhnya di atas pangkuan. Wajah tampan itu dalam seketika, memasang ekspresi serius. [Baby masih kecil, belum waktunya keluar, lebih baik di dalam sarang saja, okay?]

Perhatian Penyihir kecil ini agak terganggu. Antara harus fokus dengan burung raksasa yang menyentuhnya atau kata-kata 'Sarang' yang jelas tidak tepat. Sungguh, bukankah ini pelecehan?! Leo ingin marah, tetapi melihat ekspresi serius dari wajah tampan sang Naga, batita kecil hanya bisa menelan semua umpatan yang ingin ia kirimkan.

Oh, lupakan. Mari ajari Papa primitifnya pelan-pelan.

Menarik napas lalu menghembuskannya. Bila bukan karena lidah pendek, Leo yakin ia akan lebih banyak memuntahkan kata-kata. Sangat menjengkelkan untuk mengucapkan kata-kata bahasa Naga dengan lidah pendek. Bahasa Naga berbeda, lidahnya tidak terlalu fasih hingga terkadang, apa yang ingin diungkapkan, akan memiliki makna yang berbeda.

Menepuk lengan yang menahan punggungnya, Leo mencoba membujuk Naga bongsor ini. [Papa tidak tahu makanan Baby, Baby mau memilih makanan cendili.]

Leo menahan merinding ketika menyebut dirinya sendiri bayi. Sungguh, Pria tua sepertinya bertingkah seperti bayi, benar-benar ...

Tidak sesuai umur.

Menahan diri untuk tidak muntah atas aksinya sendiri, Leo tetap memasang ekspresi polos. Bagaimanapun, manipulasi pikiran lawan adalah sebuah kebutuhan bertahan hidup. Harga diri memang sangat penting, tetapi di saat sekarang, nyawa lebih penting. Leo berulang kali menghipnotis dirinya.

Ia masih kecil. Ia adalah bayi kecil yang lucu. Ia adalah anak yang baik.

Berulang kali, hingga membuat si kelabu pusing sendiri.

Sang Naga perak mendengar ucapan batita itu dan teringat adegan si kecil mengamuk. Tidak mau memakan apapun. Mengatakan bahwa batita kecil ini tidak bisa memakannya ...

Bila dipikir-pikir, bukankah si kecil belum memakan apapun sejak kemarin? Tidakkah bayi kecil ini sekarang sangat kelaparan? Cosmos sering merlihat bayi-bayi hewan yang mati karena kelaparan di dalam sangkar.

Akankah bayinya menjadi salah satu seperti mereka?

[Baby tahu apa yang bisa dimakan?] sepasang kelereng emas menatap ragu anaknya. Ia tidak mau babynya kelaparan, tetapi di sisi lain, membiarkan makhluk kecil nan lemah ini keluar dari sarang, hanya membuatnya khawatir. Bagaimana tidak? Di luar sangat berbahaya! Terlebih banyak sekali hewan-hewan pencuri telur dan pemakan bayi!

[Tahu] Leo berkedip. Sepasang kelereng biru menatap fokus ke Ayahnya. Pandangan polos yang berkilau seribu watt dan bersinar penuh harap langsung menerjang jantung sang Naga.

Naga Perak gemetar. Tidak berani meredupkan kilau dari sepasang permata yang begitu indah dan murni. Sungguh, sanggupkah ia berkata tidak?

[Papa, Baby boleh kelual kan? Baby ... Baby lapal ... ] Leo cemberut. Bibir kecil terkatup rapat dengan alis yang mengkerut. Wajah kecil yang bulat menunduk, menepuk-nepuk perut gemuk seolah mencoba meyakinkan bahwa ia sangat kelaparan.

Jlep! Cosmos tidak tahan lagi.

Bayi kecilnya sangat kelaparan! Apa yang ia ragukan?!

[Oke!] sosok manusia langsung berubah menjadi seekor Naga Perak yang besar dan kuat. Ia tidak berani menunda kembali. Bayi kecilnya kelaparan! Ia harus menemukan makanan yang cocok untuk bayi kecilnya yang imut! Ekor panjang langsung melilit tubuh sang bayi, membawanya tepat ke leher sang Naga. Leo berkedip, sebelum refleks mencoba menyeimbangkan tubuh diatas sisik perak yang berkilau. Tangan gemuk langsung mencengkram salah satu tanduk yang mencuat sebagai pegangan. [Pegang yang erat, Baby]

Tidakkah kau merasakan aku sudah memegang tandukmu dengan kuat? Sisikmu terlalu licin, benar-benar membuatku jantungan! Tidak bisakah kau memanipulasi sisikmu agar cocok menjadi tempat bayi kecil sepertiku untuk duduk?!

Namun Leo tidak mungkin menyuarakan protesnya. Ia hanya bisa menyeringai, menjawab dengan suara kekanakan yang lucu. [Cudah, Papa!]

Mendengar aba-aba bayinya, sepasang sayap besar terbuka, lalu mengepak dan membawa kedua tubuh meluncur keluar dari dalam gua. Namun terpaan angin yang besar dan menghantam, membuat batita kecil tidak siap sama sekali. Penyihir kecil sudah berpegangan sangat erat hingga tangannya sakit, tetapi terpaan angin yang menampar tubuh, mendorong terus menerus hingga akhirnya, sisik yang licin hanya menjadi sebuah katalis.

Pegangan Leo terlepas.

Lalu ...

Gravitasi menariknya.

Leo kaku—jantungnya terasa mencelos. Bayi kecil yang jatuh bebas diatas ketinggian ribuan kaki itu tidak berteriak sama sekali. Sepasang kelereng biru membola sempurna—mendapati sosok Naga bersayap perak yang tidak menyadari kejatuhan anaknya. Ekspresi wajah si kecil syock berat, sebelum akhirnya berubah warna.

TIDAKKAH SEHARUSNYA KAU MENGGUNAKAN KEKUATAN ANGIN UNTUK MENAHANKU?!

Leo sangat marah. Wajahnya memerah—benar-benar ingin melemparkan kutukan kepada Naga bodoh yang membuatnya jatuh! Sungguh, Leo tidak pernah mengira bahwa Kesatria level 9 ini, tidak akan melingkupinya dengan pelindung agar ia tidak terbang terbawa angin! Kemana otaknya pergi?! Apakah ia benar-benar dianggap anak, atau sebenarnya mainan yang bisa dibuang?!

Mengutuk dan mengutuk, Leo bersiap mengeluarkan pelindung dari dalam ruangnya. Hanya terjatuh, itu bukan masalah. Namun mendadak, ia merasa dilingkupi sebuah bayangan dan di detik berikutnya, bayi kecil itu jatuh ke dalam cengkraman sebuah cakar raksasa yang memiliki kuku perak melengkung.

Si kecil kaku. Penyihir tua bertubuh bayi ini mendadak merasa seperti mangsa yang baru saja ditangkap oleh seekor Elang ...

Sungguh, ungkapan itu benar-benar membuat Leo merasa semakin frustasi.

Tepat ketika mereka akhirnya turun ke darat dan sang Naga menaruh bayi kecilnya dengan hati-hati ke atas rerumputan hijau, sepasang tangan yang pucat dan kokoh terulur. Meraih bayi kecilnya dan menatapnya bolak-balik.

[Baby, Baby tidak apa-apa? Tidak terluka?] sederet pertanyaan terlontar. Sepasang netra emas bolak-balik memutar tubuh kecil yang berada di tangan. Hidung mancung itu bahkan mengendus-ngedus untuk menemukan aroma darah.

Alis bayi kecil itu terpaut.

Sungguh ...

BISAKAH NAGA IDIOT INI MEMPERLAKUKANNYA DENGAN NORMAL?!

[Tidak apa-apa Baby ... tidak apa-apa, Papa di sini ... ]

Semua kutukan dan auman kemarahan yang siap Leo lontarkan, mendadak menghilang di kerongkongan. Sosok besar itu mendadak bergerak memeluknya. Sangat lembut dan berhat-hati, seolah takut tanpa sengaja menyakitinya. Penyihir tua ini bisa mendengar suara debar jantung yang sangat kuat dan tidak beratur terus berdentum memekakan telinga. Terlebih dengan nada membujuk dan bisikan yang bergetar ...

Apa-apan ... reaksi ini?

Leo menyadari bahwa Naga ini benar-benar khawatir. Sosok konyol ini ... tidak melakukannya dengan sengaja. Kekhawatirannya bukanlah sebuah kepura-puraan. Hal ini mau tidak mau membuat Leo merasa asing. Alis kecil itu mengernyit, merasakan gelitik aneh yang seolah membelai hati. Mereka baru bertemu kemarin, tetapi Naga ini benar-benar menganggapnya anak ...

Leo menghela napas. Tangan kecil menepuk-nepuk lembut pundak lebar sang Ayah—mencoba menenangkan sosok yang tidak henti gemetar dan menggumamkan kata [Tidak apa-apa] seperti kaset rusak.

Untuk seekor Naga yang tidak berpengalaman mengurus orang lain, Leo memilih mengalah. Yah ... biarkan permainan ini berlanjut. Menjadi seorang 'Anak Kecil' juga bukan sesuatu yang buruk kan?

Yah ... cerita ini akan diupdate setiap seminggu sekali, setiap hari senin~

Btw, terima kasih sudah menambahkan cerita ini ke colection kalian! Terima kasih sudah membaca cerita ini!

AoiTheCielocreators' thoughts
Próximo capítulo