Saat Jasmine bertanya seperti itu kepada Rey tiba-tiba nada bicara Rey jadi sedikit kaku dan gugup. Suasana yang tadinya biasa saja seketika menjadi canggung dan ambigu, sesekali mereka saling melirik kemudian memalingkan kembali wajah mereka masing-masing. Setelah melewati beberapa lorong dan beberapa ruangan, akhirnya mereka sampai di area taman. Benar saja seperti yang dikatakan Jasmine, tempat ini memang cocok untuk menenangkan diri. Sebuah taman buatan yang dipenuhi hamparan bunga yang sedang bermekaran, sungai buatan yang berkelok-kelok mengikuti jalur setiap petak tempat bunga di tanam, beberapa kursi panjang ditempatkan di tengah-tengah taman tersebut lengkap dengan meja di setiap kusrinya, serta cahaya terang alami yang berasal dari cahaya bintang-bintang ruang angkasa menggantikan lampu untuk menerangi taman tersebut.
"Kita sudah sampai tuan.! Tu.. tuan?"
"Ehh maaf aku melamun barusan, benar seperti yang kamu katakan tempat ini memang bagus."
"Iya tuan, kalau begitu kita mau duduk di mana?"
"Di sana saja, ada kursi panjang yang ada mejanya, kursi yang sekelilingnya dipenuhi bunga jasmine."
"Ahh iya tuan."
Mereka berdua pergi ke kursi yang dimaksud oleh Rey. Rey duduk di kursi sambil memandang langit ruang angkasa yang dipenuhi bintang tersebut. Sementara Jasmine membuat secangkir kopi hitam kegemaran Rey dan secangkir teh untuk dirinya. Suasana hati Rey yang tadinya dipenuhi rasa khawatir dan gelisah berangsur-angsur mulai merasa tenang. Ditemani Jasmine yang duduk disampingnya sambil menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok kesukaannya, dia merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya. Rasanya sedikit membosankan bila mereka tidak saling bicara. Untuk itu, Rey berinisiatif sendiri untuk memulai percakapan.
"Jasmine, boleh aku bertanya?"
"Tentu saja tuan."
"Sebelumnya kamu tinggal di mana?"
"Aku.. sebelumnya tinggal di Mars, keluargaku membuka usaha warung Mie Ayam di sana, tetapi usaha kami bangkrut karena kalah saing dengan restoran cepat saji modern di sana. Ayahku meninggal karena frustasi tidak bisa menafkahi kami dengan baik. Ibuku sakit parah setelah ayahku meninggal, tak lama kemudian dia juga pergi menyusul ayahku. Untuk bertahan hidup aku bekerja di tambang emas di sana. Aku tidak punya paman ataupun bibi karena kedua orang tuaku anak tunggal dari kakek dan nenekku , sementara kakek dan nenekku juga sudah tiada. Aku mendengar berita salah satu armada besar mengadakan perekrutan di sana. Lalu aku memberanikan diri untuk mendaftar yang pada akhirnya aku menjadi seorang pelayan."
"Seorang gadis cantik yang lemah lembut sepertimu bekerja di tambang, hidup sebatang kara dan akhirnya menjadi pelayan di sini betapa menyedihkannya hidup Jasmine sebelumnya." Kata Rey di dalam hatinya."
"Tuan? Kenapa anda malah bengong?"
"Ahh tidak, tidak apa-apa."
"Aku mengerti, tuan tidak perlu merasa kasihan kepadaku, sekarang hidupku sudah lebih baik dari sebelumnya."
"Kau tahu Jasmine? Menurutku kamu masih beruntung bisa hidup dan tumbuh besar dibawah asuhan orang tuamu. Sedangkan aku?
"Memangnya kenapa dengan anda tuan?"
"Aku dari bayi hingga usia kelas 2 SMA, tinggal dan dibesarkan di panti asuhan. Aku tidak pernah bertemu bahkan melihat orang tuaku, ketika kecil aku sering iri melihat anak lain yang bahagia bermain bersama orang tuanya. Setelah lulus SMA tidak kuliah karena tidak punya uang, aku dapet uang kalau ada yang menyuruku bekerja itu juga sangat jarang, kadang aku juga merasa sedih dan frustasi karena keadaan hidupku. Sampai akhirnya rasa sedih dan frustasiku hilang dan mendorongku untuk maju membuka lembaran baru setelah aku mengetahui siapa sebenarnya orang tuaku walaupun mereka berdua sudah tiada."
"Emang siapa orang tuamu tuan?"
"Ini.. apa kamu beneran ingin tahu?"
"Jika itu tidak pantas untuk aku ketahui, tuan tidak perlu memberitahuku."
"Ahh tidak, tidak apa-apa kok, tapi aku minta kamu janji merahasiakannya."
"Baik tuan saya janji."
"Orang tuaku.. sebenarnya.. mereka bernama Bayu Aviciena dan Kathrine Thressna."
Jasmine mendadak kaget setelah mengetahui nama orang tua Rey, "Ap.. pa! Maksud tuan Profesor Bayu Aviciena dan Kathrine Thressna, tokoh besar yang membawa perubahan besar pada peradaban dan modernisasi umat manusia?"
"Yahh itulah mereka, kamu cukup tahu saja siapa orang tuaku, bagaimana aku mengetahuinya itu masih menjadi rahasia besarku, sampai waktunya tiba nanti aku akan memberitahumu."
"Itu tidak masalah, aku hanya tidak menyangka ternyata selama ini aku menjadi pelayan dari keturunan tokoh besar umat manusia. Aku merasa sangat bangga bisa melayani anda tuan."
"Haha.. cukup-cukup, kamu tak perlu melebih-lebihkan. Oh iya aku belum tahu, usiamu berapa tahun sekarang?"
"Aku.. sekarang baru berusia 24 tahun."
"24 tahun? Ternyata aku lebih muda satu tahun darimu yah haha."
"Ehh emang tuan sekarang baru berusia 23 tahun?"
"Iya, 24 tahun usia yang sudah cukup bagi seorang gadis menikah. Apa kamu tidak ingin menikah terlebih dahulu?"
"Menikah? Aku belum memikirkan hal seperti itu, lagian siapa yang mau sama orang rendahan sepertiku."
"Begitukah? Bagaimana jika aku mau?"
"Haah??"
"Kenapa?"
"Tidak tuan, tuan tak usah bercanda seperti itu untuk menghiburku."
"Bercanda atau tidak, kamu lihat saja nanti."
*****
Malam pun semakin berlalu. Rey yang sedang berada di taman bersama Jasmine, ternyata sudah diperhatikan seseorang dari dari pojok dikejauhan sejak lama. Orang tersebut ternyata Raisha dan Marshela.
"Kak Rai, sampai kapan kita akan diam di sini memperhatikan mereka? Ini sudah berjam-jam lamanya."
"Diamlah! Aku curiga sedari tadi mereka tidak melakukan apa-apa, cuman berduaan ditaman ngopi sama ngeteh doang, aneh."
"Apanya yang aneh kak? Mereka hanya pelayan sama tuannya."
"Tapi itu tetap saja membuatku...."
"Eh? Membuat apa?"
"Aahhhh tidak, tidak, itu hanya membuatku penasaran kok, haaaa haaa."
"Kak aktingmu dalam berbohong terlalu jelek."
"Heeeyyyy apa maksudmu?"
"Aku tau kakak cemburu kan?"
"Ahh ti.. tidak, mana mungkin aku cemburu sama pelayan."
"Hooo... aku gak bilang kakak cemburu sama pelayan kok, kakak sendiri yang bilang tapi tidak mau ngaku."
"Ahhh sudah-sudah kamu gak usah mengejekku. Ayo kita kembali saja, lama-lama aku jadi kesal."
"Hihihi bucin."
"Apa kamu bilang?"
"Upss tidak ada."
Mereka berdua pun pergi dari tempat tersebut menuju asrama. Raisha yang suasana hatinya dipenuhi rasa cemburu itu, tidak mau melepas pandangannya dari Rey dan Jasmine yang sedang berada di taman, sampai tiba-tiba berhenti berjalan karena melihat Rey berjalan pergi dari taman tersebut.
"Marshela tunggu, berhenti sebentar."
"Ada apa lagi kak? Aku sudah lelah ingin segera beristirahat."
"Tunggu, lihat mereka mau pergi, cepat lihat mereka akan pergi ke mana."
*****
Sementara itu, Rey yang dari tadi diperhatikan pergi dari taman seperti yang dikatakan oleh Raisha. Akan tetapi, baru saja keluar dari area taman tiba-tiba Rey merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya. Rey merasa kepalanya mendadak pusing dan pikirannya menjadi kosong. Dadanya terasa sakit, tulang dan dagingnya terasa seperti sedang dicincang dan ditumbuk-tumbuk, kulitnya terasa seperti digigit jutaan semut. Membuat Rey mengerang kesakitan sampai akhirnya dia pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit tersebut.
Jasmine yang tidak tahu apa yang terjadi kepada Rey menjadi panik dan ketakutan. Dia bingung harus berbuat apa, mau berteriak minta tolong juga pasti tidak akan ada yang mendengar. "Tuan anda kenapa? Bangun tuan, anda jangan menakutiku," kata Jasmine sambil mencoba membangunkan Rey. "Aduh gimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Ah iya aku hubungi kak Raisha saja minta bantuan, siapa tau dia belum tidur." lanjutnya.
******
Mashela yang juga melihat di kejauhan bersama Raisha juga merasa panik. Berbeda dengan Raisha, dia terlihat acuh tak acuh.
"Kak Rai, apakah kita akan diam saja di sini tidak menolong Admiral Rey?"
"Ngapain repot-repot, toh di sana juga ada maidnya."
"Tapi kak maidnya juga nampak kebingungan."
Sebelumnya, Jasmine ingin menghubungi Raisha untuk meminta bantuan. Pada akhirnya mereka pun terhubung lewat video call.
"Kak Rai, tolong tuan, dia tidak mau bangun."
"Kenapa harus aku? Kamu kan maidnya."
"Taa.. tapi kak Rai, Jasmine tidak tau harus gimana? Tadi tuan seperti sangat kesakitan sebelum pingsan."
"Tsk.. yasudah kamu tunggu di sana."
"Terimakasih kak Rai, kami ada di dekat taman."
"Iya iya aku sudah tahu."
"Ehh tahu???"
"...."
Raisha kemudian pergi menuju ke tempat Rey pingsan. Marshela juga mengikutinya, karena khawatir Raisha melakukan hal-hal yang aneh kepada Jasmine.
*****