Dua insan manusia, terlihat sangat bersenang-senang. Tapi mereka tidak tahu, bahwa ada hal yang akan mereka hadapi, ke depannya. Sesuatu hal, yang mungkin akan menguji cinta mereka.
***
Ara teringat akan kalimat, yang dituliskan oleh Dewa, di secarik kertas yang Ara baca, kemarin di rumah sakit. Ia memang tidak bisa, untuk tidak khawatir tentang Dewa. Tapi, Ara juga tidak mudah, untuk menerima baik-baik, perasaan Dewa lagi.
Bukankah ada pepatah yang mengatakan, nila setitik, rusak susu sebelangga. Itulah pepatah yang sesuai, untuk digambarkan ke Dewa.
"Aku sudah menemukan seseorang yang hati dan jiwanya, aku butuhkan, Wa. Seseorang yang tanpa perlu aku berusaha mengingat, aku akan tetap bisa mengingatnya. Walau aku tak tahu, apakah ada maksud lain, dari pengecualian ini." Lirih Ara..
***
"Kenapa, lu bisa kayak gini, Wa?" tanya Dito, saat dirinya telah berada di depan Dewa, yang tengah terbaring dengan luka yang sudah terlihat membaik.
"Gue berantem," jawab Dewa.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com