"I'm so into you
I can barely breathe
And all I wanna do
Is to fall in deep
But close ain't close enough
'Til we cross the line, yeah, yeah"
- Ariana Grande - Into You -
☜☆☞
Yoona tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang setengah kesal dan malu, ia merasa ditipu oleh nenek Lee dan sepertinya nenek sengaja melakukan semua ini agar ia bisa berdua dengan Jimin.
*flashback on
"iya nek ada apa?" jawab Yoona saat sambungan teleponnya tersambung
"Yoona maafkan nenek hari ini nenek ingin istirahat. nenek jadi tidak enak dengan Jimin jika membatalkan janji makan malam. bisakah kau memasak makan malam ditempat Jimin? seingat nenek unit Jimin bersebelahan dengan nenek" ucap nenek Lee dengan suaranya yang ia buat sangat lemas
Yoona hanya membola "Apa?! nenek tapi aku..."
"nenek mohon Yoona wakilkan nenek untuk meminta maaf pada Jimin. dan sayang bukan kalian berdua sudah berbelanja tapi tidak digunakan? sekali ini saja ya?" nenek Lee berusaha membujuk Yoona dengan suara yang memelas mungkin.
Yoona melirik kearah Jimin yang menunggunya disebelah pintu penumpang sambil berusaha membuka sebuah cokelat sereal untuk mengganjal perutnya. Yoona sedikit merasa kasihan karena Jimin berusaha tidak membebani Yoona bahkan disaat ia begitu lapar pun Jimin diam-diam membeli snack itu tanpa terlihat oleh Yoona.
Yoona kembali mendesah "baiklah nek akan aku sampaikan pada Jimin"
"wah kalau begitu terima kasih Yoona jika selesai makan malam cepat pulang ya" nenek Lee menutup teleponnya dengan senyum merekah ia pun beranjak ke dapur untuk membuat makan malamnya sendiri.
Yoona kembali menatap layar ponselnya yang gelap, "benar jika berjanji harus ditepati jangan jadi pengecut Yoona" batinnya
Yoona membalikan badannya menghadap Jimin yang sudah selesai memakan snacknya, "nenek tidak bisa ikut makan malam, hari ini aku akan memasak ditempatmu apa boleh?"
Jimin mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha mencerna kalimat Yoona barusan dan tanpa sadar ia menunjuk dirinya guna memperjelas maksud Yoona, "tempatku? maksudmu apartemenku?"
Yoona mengangguk ragu, "aku merasa bersalah karena membuatmu kelaparan disaat aku berusaha mengikari janji maaf"
Jimin menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum, "tidak apa-apa aku berusaha mengerti keadaanmu. jika kau merasa tidak nyaman lebih baik tidak usah, aku akan pesan antar saja"
Yoona semakin tidak enak saat Mendengar Jimin berusaha mengerti dirinya dan ia baru menyadari bahwa selama ini Jimin menunjukkan sisinya yang lain pengertian dan hangat. itu membuat Yoona semakin merasa egois dengan pikirannya.
"tidak, ayo kubuatkan makan malam anggap saja sebagai rasa terima kasihku karena sudah membantu" Yoona pun untuk pertama kalinya tersenyum kepada Jimin.
*flashback off
Yoona kembali menfokuskan dirinya melihat jalanan didepannya ia berusaha menepis dugaan-dugaan yang terjadi karena nenek Lee dan mensugestikan dirinya 'bahwa ini sudah terlanjur terjadi jadi hadapi saja'. kalimat itu terus berputar dikepalanya seperti kaset yang sudah rusak.
disatu sisi Jimin tidak dapat menahan rasa gembiranya saat untuk pertama kalinya Yoona kembali tersenyum padanya dan untuk pertama kalinya ia merasa berhutang budi dengan nenek Lee berkatnya ia dapat melihat kesempatan antar dirinya dan Yoona. kesempatan untuk memulai kembali apa yang telah ia rusak.
mobil Yoona terparkir rapi di basement apartemen dan keduanya keluar dengan membawa tas belanjaan. tanpa disangka meskipun cidera Jimin lebih banyak membawa barang belanjaan daripada Yoona, hanya dengan satu tangan ia membawa 3 kantong belanja dengan santai sedangkan Yoona hanya membawa satu kantong belanja.
saat mereka berdua memasuki tempat Jimin, Yoona segera bergegas menuju dapur dan diikuti Jimin dibelakangnya. Jimin menaruh belanjaannya di atas meja pantry dan membuka laci dibawahnya guna mengambil apron yang berada didalam yang terlipat rapi karena jarang digunakan. kemudian ia memberikannya pada Yoona dan dipakai olehnya dengan ucapan terima kasih.
Jimin berdiri diam ditempatnya menatap Yoona yang tengah sibuk mengeluarkan dan memasukkan barang belanjaan kedalam kulkas dan menata bahan-bahan yang akan dimasak.
"ehm Yoona aku pergi membersihkan diriku dulu ya dan mengganti pakaian" ucap Jimin dengan kikuk yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Yoona yang sedang membelakanginya.
kemudian Jimin beranjak pergi dari dapur dan masuk kedalam kamar, barulah Yoona menghembuskan nafasnya lega. sedari tadi Yoona menahan nafas dan rasa gugupnya saat sedang berdua dengan Jimin, entah kenapa rasanya atmosfer dalam ruangan terasa panas. Yoona mencoba menenangkan dirinya dengan mengibas-kibaskan tangannya kedepan wajah dan kembali menepuk-nepuk dadanya yang mulai berdebar tidak karuan.
"tenanglah otak jangan berpikir yang macam-macam" gumamnya dan berusaha menfokuskan dirinya kedalam memasak.
45 menit sudah Yoona berkutat dengan masakannya dia sedang membuat sup daging sapi yang sudah ia selesaikan dan ini masakan terakhir yang ia buat untuk makan malam. Yoona sedang berusaha mencari sebuah tempat untuk menyediakan supnya, ia membuka semua lemari diatasnya untuk mencari sebuah mangkuk yang cukup untuk sup dan ia menemukannya diatas tepat dikepalanya.
tanganya berusaha menjangkau mangkuk tersebut hingga membuat Yoona berjinjit untuk mengambilnya namun usahanya nihil bahkan ia sampai melompat kecil untuk mengambilnya.
"ah kenapa susah sekali" Yoona mencoba lagi namun tiba-tiba tubuhnya menjadi kaku saat ia merasa sebuah tangan terulur mengambil mangkuk tersebut. Yoona benar-benar terdiam saat tubuhnya terhimpit dengan tubuh tegap Jimin, walau hanya sepersekian detik Yoona bisa mencium aroma sabun yang menguar ditubuh Jimin. dengan gerakan lambat Yoona membalikan tubuhnya menghadap Jimin dan saat itulah ia hampir mengutuk dirinya kala mendapati Jimin dengan rambut silvernya yang setengah basah serta pakaian casual kaos polos hitam serta celana olahraga putih.
manik mata Yoona tidak bisa beralih dari pesona Jimin dan ia mendapati bahwa Jimin sangat seksi kali ini. pikiran Yoona mulai berfantasi kemana-mana dengan segala kemungkinan yang ada tanpa bisa dicegah. hei, wajar bukan jika ia mulai berpikir yang tidak-tidak secara ia hanya berdua dengan Jimin bagaimana bisa ia mencoba untuk tetap sadar dalam keadaan dan posisi seperti ini.
namun Tuhan berkehendak lain suara Jimin membuyarkan fantasi gila Yoona yang sudah pergi jauh, "apa mangkuk yang ini?"
dengan kesadaran yang mulai muncul Yoona mengambil mangkuk dari tangan Jimin, "terima kasih" gumamnya dan mengisi mangkuk itu dengan sup sambil menunduk menahan rasa malu.
Jimin kembali duduk dimeja makan menunggu Yoona menyelesaikan masakannya dan memulai menyatap makan malam mereka berdua. Yoona menaruh mangkuk supnya dan mulai mengisi mangkuk kecil Jimin dengan nasi dan lauk pauk yang tersedia serta supnya. barulah Yoona mengisi miliknya dan duduk berhadapan dengan Jimin.
suasana makan malam hari ini sangat hening hanya ada suara dentingan sendok dan sumpit. Yoona menyatap makanannya dengan lamban, ia merasa tidak dapat menelan apapun karena marasa malu dengan kejadian mangkuk tadi. ia berusaha untuk tidak melihat Jimin didepannya takut jika pikiran kotornya kembali menyerang otaknya.
Jimin menyelesaikan makan malamnya dengan tenang, "terima kasih atas makan malamnya aku menikmati sekali Yoona"
Yoona hanya mengangguk kemudian ia beranjak dari tempatnya dan mengambil piring kotornya serta Jimin untuk segera ia cuci. saat Yoona akan mencuci Jimin menghentikannya.
"tidak usah biar aku saja"
"tapi kau cidera" ucap Yoona
"tidak apa besok ada orang yang akan membereskan apartemenku"
Yoona pun melepas sarung tangan karetnya dan mulai berjalan menuju mantel dan tas tangannya yang ia taruh disofa ruang tengah, "kalau begitu aku kembali ya" Yoona pun mulai berjalan menuju pintu keluar.
entah apa yang terjadi Jimin membalikan badan Yoona menghadap padanya dengan punggung Yoona yang menempel pada pintu dan mulai mencium Yoona singkat tapi cukup membuat Yoona terkejut dengan tindakannya.
Jimin menatap Yoona dalam, "maafkan aku. aku hanya...aku hanya semakin menyukaimu Yoona. kau boleh memukulku atas tindakan yang kulakukan tadi"
Yoona hanya menatap lurus apa yang ia lihat didepannya sesuai tingginya dan yang ia lihat hanya dada bidang Jimin. Yoona berusaha mencerna situasi apa yang terjadi bahkan ia terlalu sibuk mengatur detak jantungnya yang tidak karuan. tangan kirinya bergerak memutar knop pintu dibelakangnya dengan gerakan lamban dan terbuka.
dengan manik mata yang masih menatap lurus didepannya Yoona berkata, "selamat malam Jimin" lalu ia mundur keluar dan berbalik menutup pintu Jimin dibelakangnya.