"Rajin bener, Mbak," imbuh Pak Wayan lagi. Dinda langsung menggaruk rambutnya, kemudian membuka gerbang depan.
Dan alangkah terkejut Dinda, di depan gerbang sudah ada Nathan, yang berdiri tegap memandang ke arah jalanan.
"Sayang?" sapa Dinda. Nathan langsung membalikkan badannya, tersenyum lebar kemudian mendekat ke arah Dinda. "Tumben pagi?" tanya Dinda, tapi Nathan tak menjawab selain tersenyum sangat lebar. "Kamu kenapa, sih?" selidik Dinda. Nathan benar-benar aneh pagi ini.
Setelah beberapa pertanyaan Dinda, dan dijawabi diam oleh Nathan, tiba-tiba Nathan langsung berlutut di depan Dinda. Membuat Dinda spontan mundur.
"Ih, kenapa sih kamu?" tanya Dinda semakin bingung.
"Roman-romannya, Mbak. Kalau cowok berlutut gitu, kalau enggak mau nembak ya mau ngelamar. Ah, Mbak Dinda nggak pernah nonton sinetron, ya?"
"Pak Wayan, ih!" gemas Dinda. Tidak tahu apa, Pak Wayan ini kalau hati Dinda sedang deg-degan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com