webnovel

Melawan Ranah Inti Emas II

Melihat kalau para tetua itu tidak ada yang percaya dengan omongannya, Vivadhi Ranata pun dengan ketus menjawab, "Ya sudah kalau kalian tidak percaya, kami pergi!"

Lalu tanpa pikir panjang, sang lelaki pun segera berbalik badan dan beranjak meninggalkan tempat tersebut.

Namun para tetua itu malah mengira kalau Vivadhi Ranata ingin segera kabur dari mereka dan dengan segera bergerak maju mencoba menghalangi sang lelaki dan kelima orang wanita yang bersamanya.

"Hmph mau coba kabur kkamu, jangan harap!" dengus salah seorang tetua yang tidak di gubris oleh sang lelaki yang sudah berbali badan dan berjalan dengan santainya.

"Adhi, serahkan saja tiga cecunguk ini kepada kami!" Kata Faladhina Kiseki kepada sang lelaki sambil mengambil posisi di depan si pria karismatik yang telah menghunus guan dao yang tersilang di punggungnya.

Faladhina Kiseki sendiri menghunus Guan Dao miliknya dan mengacungkan senjata yang dipegang di tangannya tersebut kepada lawannya.

Sementara itu, Myradhia Chikane juga telah menghunus kedua katana miliknya di tangan kiri dan kanan.

Lalu dengan mengacungkan ujung katana yang dipegangnya di tangan kanan, sang gadis menunjuk ke arah si botak yang dari tadi asyik memelototi para gadis dengan tatapan penuh hasrat kebinatangan.

"Hmph, sudah tua bangka baru mencapai Ranah Inti Emas Tahap Awal? Hei, binatang vulgar, maju kesini!" dengan kata - kata yang sangat pedas keluar dari bibirnya yang manis, Myradhia Chikane yang biasanya memiliki pembawaan yang dingin dan elegan menantang si botak berbaju putih loreng - loreng terlihat sudah naik pitam di hadapan dirinya.

"Kurang ajar sekali mulutmu itu, gadis muda! Sepertinya paman ini harus menghukum dan mengajarimu yah!" Kata si Botak yang saking marahnya, kepalanya sudah penuh dengan urat - urat besar seperti orang yang terkena varises.

"Hati - hatilah kalian berdua, mereka bukan orang sembarangan, mereka adalah para Tetua dari Sekte Golok Naga dan Sekte Harimau Putih!" Seru Saladhina Olivia sambil menunjuk lawan yang dipilih oleh Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane.

Sang gadis sendiri setelah berseru demikian, berdiri di hadapan Pak Tua berjubah hitam yang dengan tenang dan kalem menghadapi acungan senjata dari si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya.

"Kalian berdua jangan melawannya, walau pun kalian berdua berada di Ranah yang sama, tapi orang itu adalah Tetua yang berasal dari Sekte Merpati Hitam. Sini, biar aku saja yang maju menghadapinya." Seru Saladhina Olivia sambil mencegah si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang sudah bersiap dengan senjata masing - masing di tangan mereka.

Sementara pasangan gadis kembar tersebut dengan patuh menuruti kata - kata Saladhina Olivia dan mundur ke belakang untuk digantikan oleh sang gadis peramal, Pak Tua yang berasal dari Sekte Merpati Hitam tiba - tiba saja menyadari makna yang tersirat di balik kata - kata Saladhina Olivia.

Pak Tua berjubah hitam tersebut pun memicingkan matanya dan dengan penuh rasa awas bertanya kepada sang gadis, "Oh, mereka berdua memiliki tingkat kultivasi yang sama dengan saya? Sama - sama Ranah Inti Emas Tahap Awal?"

"Ya dan Tidak. Kultivasi kami memakai sistem yang berbeda dengan milik kalian. Atau lebih tepatnya, daripada berkultivasi seperti para kultivator biasa, kami lebih condong ke arah berevolusi untuk menjadi spesies yang lebih tinggi tingkatannya. Hm, mengerti tidak, Pak Tua?" Alih - alih dijawab oleh Saladhina Olivia, Vivadhi Ranata lah yang menjawab pertanyaan Pak Tua dari Sekte Merpati Hitam tersebut.

"Oh, ini menarik.... Anak - anak muda seperti kalian bisa berevolusi dan menjadi sekuat kami yang sudah berkultivasi lebih dari seratus tahun. He he he he, saya jadi semakin ingin menangkap dan meneliti kalian semua!" Kata Pak Tua Berjubah Hitam tersebut sambil menyambar ke arah Saladhina Olivia.

Gerakan Pak Tua dari Sekte Merpati Hitam tersebut sangatlah cepat dan penuh akan tipu muslihat, jika saja Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang tidak memiliki jurus - jurus bela diri apa pun yang menghadapi Pak Tua tersebut, maka akan dapat dipastikan mereka berdua akan termakan oleh tipu muslihat dari jurus - jurus yang dilancarkan oleh Pak Tua tersebut di setiap gerakannya dan akan mampu dikalahkan dalam waktu sekejap mata saja.

Namun bagi Saladhina Olivia yang mewarisi Ilmu Warisan Garis Perguruan Penyihir Kuno (Ancient Witch Legacy), gerakan - gerakan Pak Tua dari Sekte Merpati Hitam tersebut hanya terlihat seperti permainan bocah ingusan saja di mata sang gadis.

Apalagi ditambah dengan tingkat evolusi sang gadis yang berada di Tahap Elite Tingkat Empat, yang setara dengan Ranah Nascent Soul Tahap Awal atau tiga tingkatan di atas ranah kultivasi dari Pak Tua yang menjadi lawannya.

Dengan ketinggian ilmunya, segala macam tipu muslihat dan jurus - jurus dari Pak Tua Sekte Merpati Hitam tersebut dengan mudah semuanya dimentahkan oleh Saladhina Olivia.

Bahkan, hanya dengan beberapa pukulan dari tangannya yang tidak memegang senjata apa pun dan tekanan jiwa dari Nascent Soul milik sang gadis saja, maka dengan mudah Pak Tua dari Sekte Merpati Hitam tersebut pun dapat dibuat jatuh tak berdaya oleh Salahina Olivia, dilumpuhkan dalam waktu yang sangat singkat.

Pak Tua dari Sekte Merpati Hitam tersebut pun dilemparkan seperti benda tangkapan saja oleh Saladhina Olivia ke arah Vivadhi Ranata.

Sang lelaki dengan gerakan yang sudah sangat terlatih selama mereka menjelajah sambil berburu seharian di Padang Harta kemarin dengan tangkas langsung memotong leher Pak Tua yang sudah tak berdaya tersebut hingga kepalanya putus dengan cakaran tangannya yang telah dibalut dengan Ajian Ilmu Seni Kekayaan Pixiu.

Pak Tua tersebut pun berubah menjadi Energi Murni yang langsung diserap oleh sang lelaki dengan sebongkah Batu Roh / Spirit Stone di tangannya.

Sementara Vivadhi Ranata telah selesai mengubah salah satu tetua yang menjadi lawan mereka menjadi santapan untuk Ajian Ilmu Seni Kekayaan Pixiu miliknya, Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane masih asyik bertarung dengan lawan mereka masing - masing.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane yang hanya berada satu tingkat saja di atas kedua lawan mereka pun dengan mudah mempermainkan dan mengubah lawan mereka menjadi samsak latihan untuk mengasah naluri seni beladiri kedua orang gadis tersebut....

.

.

.

.

[Catatan Penulis]

Maaf ya para Pembaca, telat banget nih updatenya. Koneksi Internet lagi bermasalah disini.....

(=_=")

Próximo capítulo