Dian merasa lebih bersalah ketika dia mendengar ucapan pria itu. Mengapa dia merasa kalau Baim sudah tahu?
Dian berpura-pura tenang, "Kecuali mereka berdua yang akan mempermalukanku, tidak ada orang lain yang kemari bersamaku."
Baim mendengus dingin, dan suara sengau itu bisa menembus pikiran Dian. Hanya saja Baim tidak mendesak Dian, yang membuat Dian merasa sedikit lebih nyaman.
Kalau tidak, dia benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada Baim. Meski keduanya menikah atas dasar kesepakatan, toh pernikahan itu sah. Dia memang sedikit bersikap tidak baik ketika datang pada kencan buta.
"Sudah hampir waktunya, aku akan kembali."
Baim tiba-tiba berbicara, dan Dian tercengang sesaat, lalu mengangguk, "Oh, kalau begitu kau sebaiknya kembali. Aku hanya perlu naik taksi dan pulang nanti."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com