webnovel

Pembatalan Pemecatan Sang Suami

"Tentang masalahku? Kenapa? Posisiku di perusahaan tidak terlalu tinggi." Erza merasa sangat aneh. Kenapa ada rapat yang akan membahas dirinya?

"Apa maksudmu? Ini tentang rencana pemecatanmu karena kamu tidak pernah bekerja belakangan ini." Alina benar-benar kecewa saat melihat wajah cuek Erza. Tapi, dia tidak tahu kenapa, dia tidak bisa marah. Alina juga sedikit bingung apa yang terjadi.

"Apakah mereka akan memecatku?" tanya Erza mulai khawatir.

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk mencegah kamu dipecat dari perusahaan ini." Aline berkata dengan senyum tulus.

"Terima kasih, Alina. Kamu benar-benar yang terbaik." Erza sangat bersyukur. Meskipun dia yakin tidak akan dikeluarkan, sikap Alina tetap membuat hati Erza hangat.

"Ya sudah, ayo pergi." Alina menyeret Erza ke ruang rapat.

Ketika Erza dan Alina tiba di ruang rapat, sudah ada banyak orang yang duduk di sana. Dia bisa melihat semua orang menatapnya dengan tatapan sombong. Untuk ini, Erza tidak terlalu peduli. Di sisi lain, ketika Lana melihat Erza dan Alina berjalan bersama, mata Lana dipenuhi dengan amarah. Tetapi karena ada banyak orang di sekitarnya, dia tidak mengatakan apa-apa.

"Hari ini, ada dua hal yang harus dibahas." Nada dingin Lana terdengar. Semua orang di ruangan itu terlihat serius, dan saat ini mereka tidak berani berbicara omong kosong.

"Hal pertama adalah karena Pak Juri baru saja meninggal dunia dalam kecelakaan beberapa hari yang lalu, dan pihak keluarga akhirnya menarik saham mereka dari perusahaan kita. Lalu, aku juga akan membahas tentang posisi di perusahaan kosong, sehingga akan ada beberapa orang yang dipromosikan untuk mengisi posisi itu." Lana baru saja selesai berbicara.

Banyak orang di ruangan ini memiliki ekspresi gembira di wajah mereka. Mereka bekerja keras di perusahaan ini, dan akhirnya senang saat mendengar tentang promosi. Bagi mereka, bisa mendapatkan promosi adalah yang terhebat. Meninggalnya Pak Juri membuat beberapa posisi eksekutif di perusahaan ini kosong.

"Posisi pertama adalah wakil presdir perusahaan." Lana berkata lagi. Semua orang kaget. Hanya memikirkan bahwa salah satu dari mereka akan menduduki posisi itu saja membuat mereka merasa sangat bersemangat.

"Semuanya, bagaimana kalau Erza yang mengisi posisi itu?" Kata-kata Lana selanjutnya membuat semua orang kecewa. Orang-orang ini tidak bisa memercayainya perkataan Lana. Dia akan membiarkan Erza menjadi wakil presdir? Apakah dia bercanda? Bukankah Erza seharusnya dipecat?

"Bu Lana, saya pikir Erza ini agak terlalu muda. Dia juga tidak terlalu berpengalaman dalam manajemen perusahaan, dan saya dengar dia jarang masuk kantor." Saat ini, Sanca buka suara. Sanca memandang Erza dengan kesal. Jika Lana benar-benar membiarkan Erza duduk di posisi wakil presdir, maka Sanca tidak akan memiliki ruang untuk melawan.

Beberapa orang yang ada di sana turut menimpali.

"Ya, Bu Lana, itu benar. Bagaimanapun juga, Erza masih terlalu muda."

"Ya, bagaimana dia bisa menjadi manajer umum?"

"Bu Lana, saya rasa tidak ada masalah jika Erza dipromosikan sebagai wakil presdir." Tiba-tiba suara Doni terdengar. Erza yang setengah sadar, sedikit terkejut saat mendengar kata-kata Doni.

"Apa alasanmu? Tolong katakan." Lana mengangguk.

"Di zaman ini, anak muda memegang kendali. Apa yang salah dengan usia Erza yang masih muda? Bukankah Bu Lana juga masih muda? Bukankah perusahaan yang dipimpin Bu Lana sangat bagus sekarang?" Begitu Doni berkata, semua orang diam. Meskipun mereka mengatakan mereka tidak yakin, mereka tidak berani berbicara lagi.

"Lagipula, menurutku orang yang sudah tua cenderung konservatif dalam pemikiran mereka. Lebih baik orang muda. Mereka berani mengambil tindakan dan punya banyak ide. Menurutku Erza adalah kandidat wakil presdir yang sangat cocok." Jantung Doni berdegup kencang setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Erza, bagaimana menurutmu?" Lana memandang Erza.

"Bu Lana, saya tidak tahu banyak tentang manajemen perusahaan." Erza tersenyum kikuk. Semua orang tercengang lag. Mereka memandang Erza, dan bahkan bertanya dalam hati apakah Erza bodoh karena tidak menerima tawaran itu.

"Lalu menurutmu siapa yang tepat?" Lana hanya mengangguk, tanpa ekspresi apapun di wajahnya. Erza memandang Lana, bertanya-tanya apa lagi yang akan dilakukan istrinya ini.

"Saya pikir Pak Doni lebih cocok. Dia lebih berpengalaman dan kualifikasinya sangat sesuai." Erza tidak tahu orang lain selain Doni, jadi dia menjawab asal. Meskipun Doni tidak dapat membuat perusahaan menjadi lebih baik, dia tidak akan pernah merugikan perusahaan. Setelah mendengarkan kata-kata Erza, Doni memandang Erza dengan penuh rasa terima kasih.

"Bagaimana dengan pendapat kalian semua?" Lana memandang orang-orang di ruangan itu.

Semua orang di ruangan itu memberikan pendapat mereka.

"Bu Lana, kami juga menganggap Pak Doni lebih pantas."

"Ya, Pak Doni lebih tepat."

Bisa dibilang ketika Pak Juri masih memiliki pengaruh di perusahaan yang dipimpin Lana itu, dia memiliki banyak pengikut. Saat masih hidup, Pak Juri memilih Doni sebagai tangan kanannya, jadi setelah dia meninggal, banyak orang mulai mengikuti Doni. Itu sebabnya ketika mereka mendengar Doni akan dipromosikan menjadi wakil presdir, mereka sangat mendukung keputusan itu.

Sedangkan untuk Alina, dia ingin menentangnya karena dia tidak memiliki kesan yang baik tentang Doni. Dia tahu bahwa Doni dan Pak Juri itu sama. Tetapi, karena lebih banyak orang yang mendukung Doni, jadi Alina tidak berbicara. Namun, Alina sangat penasaran kenapa Erza juga mendukung Doni.

"Kalau begitu, Pak Doni bisa mengambil posisi wakil presdir mulai besok." Lana sudah memutuskan.

"Terima kasih, Bu Lana." Doni sangat bahagia di dalam hatinya. Di saat yang sama, dia sangat bersyukur karena Erza telah merekomendasikannya.

"Mari kita bicarakan hal kedua." Saat berbicara, Lana juga menatap Erza. Melihat pemandangan ini, banyak orang yang memasang tampang sombong lagi.

"Ini tentang Erza, wakil manajer Departemen Perencanaan. Baru-baru ini, banyak orang melapor padaku bahwa Erza sering kali tidak masuk kerja. Apakah benar seperti itu, Erza?" tanya Lana.

"Ya, benar." Erza juga sedikit gugup sekarang.

"Lalu apa yang kamu lakukan?" Lana menghujani Erza pertanyaan bertubi-tubi.

"Tentu saja saya keluar untuk studi banding. Lagipula, saya di Departemen Perencanaan, jadi saya harus pergi ke beberapa perusahaan lain untuk menggali informasi yang menguntungkan bagi perusahaan kita." Kemampuan Erza untuk berbohong adalah yang terbaik. Ketika berbohong, mata Erza tidak pernah berkedip yang membuatnya tampak meyakinkan.

Tetapi ketika orang lain mendengar kata-kata Erza, mereka tidak bisa menahannya. Tak diduga, Erza sangat tidak tahu malu, dan dia benar-benar bisa membuat alasan seperti itu.

"Bu Lana, saya pikir Erza ini penuh dengan kebohongan. Lihatlah dia sekarang. Bajunya bau alkohol. Saya rasa perusahaan tidak membutuhkan orang seperti itu." Sanca tidak bisa mengendalikan dirinya sama sekali.

"Ya, Bu Lana, saya belum pernah melihatnya bekerja dengan benar. Saya juga mendukung pemecatan Erza." Selanjutnya, tanggapan dari semua orang di ruang rapat itu terdengar satu demi satu. Erza terdiam. Tapi untuk ini, Erza tidak terlalu peduli.

"Bu Lana, saya merasa Erza tidak berbohong. Mengenai minum hari ini, itu juga karena Erza memberitahuku dia memiliki beberapa rencana." Saat ini, Doni pasang badan. Meskipun Doni telah mendapat posisi wakil presdir dia tahu bahwa semua ini berkat campur tangan Erza. Jadi, dia berniat untuk membantu Erza.

Ketika Doni berkata, banyak orang yang diam. Bagaimanapun, Doni akan dipromosikan menjadi wakil presdir besok. Di dalam hati, mereka semua bertanya-tanya mengapa Doni selalu mendukung Erza.

"Jika memang seperti itu, aku rasa ini hanya karena kesalahpahaman. Erza, jika kamu harus pergi meninggalkan kantor untuk urusan pekerjaan lain kali, ingatlah untuk berpamitan pada semuanya." Lana tersenyum tipis.

"Baik, Bu Lana." Erza menunduk penuh hormat.

"Baiklah. Mulai sekarang, semua orang harus bekerja sama untuk membangun perusahaan ini agar lebih baik." Setelah selesai berbicara, Lana langsung meninggalkan ruang rapat. Namun, banyak orang menatap mata Erza dengan penuh iri dan dengki. Mereka awalnya mengira Erza akan dipecat dari perusahaan hari ini.

Próximo capítulo