webnovel

37. Who Dis?

Jungkook memang belum pernah berbohong. Belum? Ya. Setidaknya Yerin belum pernah dibohongi oleh Jungkook. Perkara Jungkook adalah penipu ulung diluaran sana, sungguh Yerin tidak ingin peduli akan hal itu.

Berada didalam mobil lagi. Jungkook telah menjanjikannya sesuatu setelah dirinya berjanji akan menyelesaikan harinya. Hari kedua di kampusnya yang ternyata hanya diisi dengan perkenalan singkat dan diakhiri dengan sesi permainan konyol yang bahkan dirinya tidak sama sekali berminat.

Setelah pagi-pagi sekali Yerin akhirnya memenuhi panggilan untuk menemui pihak kampusnya guna penyelesaian data di hari pertama yang sempat tertunda karena dirinya yang pingsan dan harus meninggalkan kampus untuk ke rumah sakit. Tentu Yerin tidak sendirian. Duduk bersisihan dengan Jungkook didua kursi dihadapan seorang pria yang jemari kanannya terselip sebuah pena biru sembari menunggu Yerin menandatangani semua data mahasiswa nya. Sistem validasi yang harus Yerin penuhi sebagai mahasiswa baru.

Tidak banyak pertanyaan yang diajukan, hanya beberapa pertanyaan yang sepertinya tidak terlalu berguna. Hanya sekedar validasi identitas dan sedikit banyak pertanyaan yang harus dijawab cepat dengan 'ya' atau 'tidak'. Hingga sampailah pada pertanyaan yang tertuju pada Jungkook. Tentang siapa dirinya dan bagaimana keduanya seperti tidak bisa dipisahkan. Padahal jelas Yerin harusnya memasuki ruangan seorang diri dan tanpa pendamping. Sekalipun ada, sepertinya pria itu sudah mengenali Jungkook karena kemarin dirinya sudah lebih dulu bertemu dengan Jungkook untuk keperluan yang sama dengan Yerin dan diruangan yang sama.

"Sepertinya aku mengenalimu. Bukankah kau juga mahasiswa baru? Oh, Kekasihmu ya?" tanya pria itu dengan kaca mata kotaknya yang sengaja diturunkan.

Wajahnya sedikit menunduk hingga kedua matanya memincing menginterogasi tapi dengan cara yang sama sekali tidak elegan. Alisnya naik turun hingga seperti sedang menggoda Jungkook. Ah sepertinya pria itu adalah tipikal pria yang humoris. Memang terlihat sudah memasuki umur 40an, tapi lihatlah gaya rambutnya yang masih menganut sistem trendi seperti remaja yang baru dewasa.

Trendi dan mengkilap karena pomadenya yang wangi mint itu bisa tercium begitu saja oleh penghidu Jungkook tanpa perlu menghirup dengan sengaja. Benar-benar seorang ayah idaman anak lelaki. Jungkook jadi kepikiran, mungkin jika dirinya menjadi seorang ayah, dia akan seperti itu, tetap ingin terlihat tampan, tanpa peduli umur. Lagi pula, mana boleh seorang ayah kalah tampan dari anaknya.

"Noona." jawab Jungkook singkat tapi cukup memberi kejelasan. Harusnya pria itu sudah tidak menanyakan perihal apapun lagi pada Jungkook. Pun pria itu mengangguk saja, merasa tidak tertarik lagi karena sepertinya Jungkook bukanlah tipe orang yang mudah diajak bercanda. Pria itu membenarkan kaca matanya, beringsut menegakkan punggungnya seraya terbatuk canggung untuk memecah kecanggungannya sendiri.

Senyum yang manis terpancar dari wajah Jungkook. Seperti merasa bangga sendiri mengakukan dirinya sebagai adik dari Kim Yerin. Ada kelegaan tapi juga keraguan. Benarkah harusnya seperti itu? Bersikap menjadi seperti sungguhan dirinya adalah seorang adik yang sedang menemani kakaknya mendaftar universitas. Menggemaskan sekaligus mengundang haru dibenak Yerin. Perihal, ternyata seperti ini merasa dianggap ada.

"Terimakasih. Kami pamit dulu."

Jungkook dan Yerin telah berdiri. Sedikit membungkuk kemudian disambut anggukan oleh pria dibalik meja yang juga sama-sama berdiri.

Singkat saja, akhirnya keduanya telah keluar menuju kelasnya. Kelas Yerin, Jungkook bahkan sampai melewatkan jam kelasnya hanya untuk menemani Yerin di hari pertamanya masuk kelas. Sebenarnya bukan kemauan Yerin untuk terlalu manja masuk ke kelas yang ramai sendirian. Perihal perkataannya yang dia ucapkan didalam mobil. Masih ingat kah? Itu, yang Yerin bilang kalau dirinya akan tetap masuk kelas meskipun dia berbeda studi dengan Jungkook.

Ah sudah lupakan. Nyatanya kelingking kecilnya selalu menolaknya. Menolak terlepas, membiarkannya terus menaut pada kelingking Jungkook yang sepertinya mengerti bahwa hari pertamanya pasti akan membuatnya mungkin akan berakhir seperti pagi kemarin.

Mereka sudah berada di kelas Yerin, dilantai 4 dengan ruangan super besar dan nyaman. Dua pengatur suhu ruangan dengan suhu 17 derajat celcius. Terhitung hanya 10 kursi yang ada didalamnya. Lantai yang putih juga cat tembok dan atapnya. Seperti sengaja didesain dengan efek visual yang membius kenyamaan dari segala aspeknya. Layar proyektoryang tergulung di beberapa bagian sekaligus. Tengah, kanan dan kiri. Maklum saja, kelas VVIP yang membatasi satu kelas berkapasitas maksimal 10 orang. Orang kaya, jangan heran.

Jemari Yerin sempat meremat jemari Jungkook saat dirinya melewati ambang pintu dan menemukan dua orang sudah berada disana. Duduk di kursi yang saling berjauhan, satu dibelakang duduk dengan santainya sembari memainkan ponsel, tanpa peduli lagi ada manusia yang datang. Tipikal pria dengan tingkat tak acuh yang luar biasa tinggi. Sedangkan satu lagi seorang pria dengan pakaian kasual,serba hitam, ah style nya mirip sekali dengan Jungkook. Duduk di kursi paling depan dengan kaki kanan berada diatas kaki lainnya. Menumpu wajah dengan sikunya yang menukik diatas mejanya. Tipikal pria pengejar nilai. Pemburu dosen dan penggila akademik. Sekiranya itulah dulu penilaian Yerin tentang dua pria yang kini sudah memberikan atensi penuhnya pada dua orang yang berhenti didepan pintu.

Pun Jungkook menyadari dengan sangat. Rematan pada jemarinya yang sungguhan membuatnya paham bahwa Yerin telah berada didalam mode yang...mengkhawatirkan.

Sesegera mungkin Jungkook mengelus punggung tangan Yerin dengan ibu jarinya. Memberikan sedikit ketenangan meski tanpa ucapan pun tanpa tatapan. Keduanya saling memahami meskipun hanya melalui sentuhan yang bahkan kelewat sederhana.

"Sepertinya kita harus berkenalan nona." Pria yang semula duduk diujung belakang dengan air muka tak peduli, kini telah berjalan kearah Yerin, mengucap kalimat yang bisa saja membuat Jungkook segera menepis atau malah sigap menghajar seperti dirinya menghajar Jimin malam itu.

Pun pria itu sudah mengulurkan lengannya, menawarkan jabatan tangannya berharap sang gadis mau menerima tawarannya yang sepertinya tidaklah kurang ajar. Hanya meminta berkenalan, tahu nama satu sama lain, lalu untuk selanjutnya, biarlah waktu yang akan menjawab.

Sejemang Jungkook hanya melirik Yerin yang bahkan hanya menatap pria yang mengulurkan tangannya itu dengan air muka datar. Tidak tahu juga apa yang ada didalam kepala Yerin, hanya saja firasatnya mengatakan kalau Yerin tidak nyaman dengan perlakuan pria itu.

"Maaf, tapi sepertinya kekasihku tidak ingin mengetahui anda lebih jauh."

Sengaja. Jungkook sengaja mengatakan itu didepan pria itu. Mengklaimkan bahwa Yerin adalah kekasihnya, tentu hanya untuk membuat pria itu menjauh. Namun bukannya menjauh, pria itu malah langsung menggapai tangan Yerin dan mengucapkan selamat datang. Tipikal pria dengan ambisi yang harus terpenuhi. Tapi disana, Yerin sangat terlihat tak nyaman, namun tidak melakukan apapun. Hanya menatap datar, kemudian menarik lengan agar pria itu tidak menyentuhnya lebih jauh.

"Maaf. Aku sedang tidak ingin mencari masalah. Jadi menjauhlah." Titah Jungkook dengan tatapan yang mulai menajam. Memperingati melalui sorot matanya, meskipun nada bicaranya tetap di intonasi standar.

"Hoseok-ah. Kemarilah. Kau selalu saja seperti itu. Berhentilah mengajak semua gadis berkenalan. Ingatlah, Ara akan membuatmu patah tulang jika kau terus menggoda setiap gadis."

Panjang sekali. Pria yang tadinya hanya diam dan tak ingin terlibat, nyatanya telah berdiri lalu berjalan menghampiri seorang pria yang dia panggil Hoseok tadi.

Dia Min Yoongi. Seperti namanya yang tertera di name tag nya.

Sepertinya keduanya adalah teman dekat. Terlihat keduanya saling tahu bahkan tentang gadis bernama Ara yang sepertinya garang sekali. Terdengar mengerikan saat pria itu mengatakan bahwa pria yang mengajak Yerin berkenalan tadi akan patah tulang jika gadis bernama Ara itu mengetahuinya. Kekasihnya, mungkin.

Pun sekarang giliran pria itu yang mengulur lengannya, mengajak Yerin berkenalan namun ada sedikit kejanggalan disana. Bagaimana cara pria itu memandang dengan sirat kerinduan serta senyum yang terkembang begitu saja padahal sebelumnya rautnya begitu dingin seperti manusia kutub.

"Kuharap masih mengenalku, nona Kim Yerin."

[]

Próximo capítulo