webnovel

32. Sweety noona

Tidak ada hal lain, atau kalimat lain yang mengudara dari bilah bibir Yerin yang terbuka, kecuali beberapa umpatan. "Brengsek kau!"

Jungkook seketika memudarkan senyumnya, tatapannya berubah menjadi mengintimidasi sesaat setelah Yerin mengumpatinya. Sungguh kau Yerin! Kau salah bicara!

Giliran Yerin yang seperti menyesal telah mengumpat, seperti situasinya sekarang malah semakin mencekam untuknya. Ralat; Yerin hanya sedang meniru beberapa dialog di dalam drama action yang baru selesai dia tonyon sebanyak 3 episode itu. Sungguh Yerin tidak sungguhan mengumpati Jungkook. Tapi semuanya sudah terlanjur, bibirnya langsung mengatup dan sekarang dua manik hazelnya sudah diselami oleh manik jelaga Jungkook yang terlalu dalam mengintimidasinya. Sialan!

"Kau mengumpat, noona?" tanya Jungkook dengan suara lembutnya. Lebih seperti terkejut tapi malah terlihat sedang menginterogasi.

"Lalu apa? kau kurang ajar sekali! Kau membuatku seperti ini dan ya...Kau tidak tahu betapa aku menahannya untuk tidak terus-terusan memikirkan semua fantasi gilaku karenam..."

Oh, apakah sekarang Yerin keceplosan?

Jika sekarang Yerin sedang memerah malu dan menunduk lesu karena telah kelepasan bicara, maka Jungkook sekarang sedang bersorak seperti seorang kapten yang berhasil menemukan daratan setelah hanyut ditengah laut tanpa kepastian. Pun sekarang bukan hanya Jungkook yang tersenyum, tapi Yerin juga sedang berusaha mati-matian menahan senyumnya dibawah sana.

Sungguh kebenaran yang terlalu cepat terungkap. Yerin sebenarnya tidak ingin secepat itu mengungkapkan semua hal konyol yang bersarang diisi kepalanya akhir akhir ini. Tepatnya setelah Choi Jungkook itu menerima kecupan darinya didalam mobil. Dan semenjak saat itulah, Yerin tidak pernah bisa melepas pikira nyadari pria bermarga Choi yang berhasil merobohkan logika yang selama ini Yerin agung-agungkan sebagai seni pertahanan hidup.

"Noona? Ah sepertinya aku harus sedikit berhati-hati denganmu. Apakah kemarin kau juga membawaku ke fantasimu saat kau sedang mandi?" Goda Jungkook dengan jurus andalannya, yaitu kerlingan mata dan senyum bunny yang malah terkesan menggemaskan sekaligus menyebalkan untuk Yerin yang sekarang sedang setengah mati menahan malu.

"Berhenti Jungkook! Lepaskan aku! Atau sungguhan kau ingin aku mendominasimu?"

Kalah telak, harusnya sedari awal Jungkook sadar bahwa Kim Yerin tidak sepolos kelihatannya. Dari sorot tegas yang bersembunyi dibalik sorot teduh yang sedang berusaha mengalahkan ketakutan dan traumanya sendiri. Raut dominan dan tak mau kalah juga Jungkook bisa merasakannya hanya dengan beberapa hari bersama dengan gadis itu. Semua itu ada dalam diri Kim Yerin. Seperti Yerin memang sudah ditakdirkan menjadi seorang yang multility, serba bisa dan penguasa. Namun sepertinya semua itu tertutup kabut dan embun selama 6 tahun, membuat Yerin sampai-sampai hampir kehilangan semua itu, dirinya, jati dirinya yang sebenarnya. Yang sesungguhnya adalah gadis yang haus akan kuasa dan pendominasian yang mutlak jika saja peristiwa itu tidak pernah terjadi.

Sedangkan Yerin, dengan mata tegas dan sayu yang melebur, menunjukkan bagaimana cara mendominasi dengan cara menyerang titik paling mudah diserang dari setiap manusia. Nafsu. Pun sekarang sepertinya ia berhasil membuat Jungkook seperti telah ditembak tepat di sasaran, jantungnya dan rasa penasarannya. Terbukti Jungkook meremas baju belakang Yerin dan gadis itu merasakannya. Sedangkan sorot matanya nyalang seperti isi kepalanya mendadak melompong karena terkejut dengan ucapan yang baru saja dia dengar dari mulut manis itu yang sempat ia kecap beberapa kali.

"Lakukan jika kau mau."

Baiklah. Ternyata Yerin salah menebak, bahkan sekarang Yerin merasa bahwa dirinya dan Jungkook adalah cermin. Dia bisa melihat dirinya sendiri pada diri Jungkook pun sebaliknya. Tentang perangai polos dengan isi kepala yang tidak bisa dikatakan polos. Mengingat betapa sekarang keduanya seperti sedang sama-sama menunjukkan sisi mereka yang sebelumnya rapat tak terjamah oleh masing-masing.

"Kau...Yakin tidak menyesal setelah ini?"

Tidak mau kalah. Seperti prediksi Jungkook tentang sosok Kim Yerin. Terbukti dalam sekali tebak dan sekali pemancingan. Lucu sekali ketika dua orang yang lihai menggoda dan haus akan pendominasian tetapi masih takut untuk melakukannya, sedang berusaha saling menghardik dengan ucapan. Memancing tapi takut terpancing kail sang lawan. Haruskah kita tertawai saja kedua tokoh dengan gengsi selangit akan sebuah kekalahan?

Nyatanya Jungkook hanya menyeringai saja, lupakan senyum bunny manis yang beberapa saat lalu masih terlihat. Tidak ada lagi yang seperti itu sekarang, melainkan hanya sebelah sudut bibir yang tertarik keatas membentuk bulan sabit musim terakhir. Smirk dengan aura pendominasian yang mungkin malah akan membuat Yerin menyesal telah menantang seorang pria muda seperti Choi Jungkook.

"Dan mungkin kau yang akan menyesal, Yerin noona." ucapnya mantap sebelum akhirnya membawa tubuh Yerin kedalam dekapan. Menarik tubuh mungil Yerin yang terbungkus piyama dengan cepat lalu merengkuh erat.

Dada Yerin menubruk Jungkook, sungguh ini sangat jauh dari prediksi Yerin yang mengira Jungkook akan menciumnya atau malah sungguhan ingin menguasainya. Tapi tidak ia elak bahwa dekapan seperti ini adalah yang paling nyaman, seperti mendapatkan perlindungan serta kehangatan dari setiap degup jantung yang memalu bersahutan saling menderu. Yerin menyukainya. Kim Yerin selalu menyukai Jungkook. Entah sejak kapan kalimat itu ada dan rasa itu menggebu, yang Yerin tahu hanyalah; dirinya yang selalu menyukai apapun itu terkait Jungkook, terutama dekapan hangat seperti ini.

"Sayang noona. Sayang sekali."

Jungkook mengusak dalam-dalam kedalam perpotongan leher Yerin. Menghirup dengan rakus aroma vanilla yang sangat dia sukai. Sungguh kebetulan yang terlalu indah, dimana semua yang ada pada Yerin adalah semua hal yang Jungkook sukai, kecuali fakta bahwa keduanya adalah kakak dan adik.

[]

Próximo capítulo