webnovel

Rencana Sang Ratu

Emmelyn tidak punya pilihan selain menuruti kata-kata Mars. Ia membuka mulutnya dan menerima suapan daging dari garpu yang dipegang sang pangeran.

Mars mengangguk-angguk puas. Ia memotong kembali daging di piring Emmelyn dan menyuapinya. Setelah gadis itu menghabiskan daging di piringnya, ia lalu memberikan buah iris.

Emmelyn makan dengan lahap. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia sudah lama tidak merasakan makanan enak, sehingga ia tidak melewatkan kesempatan untuk menikmati semua makanan yang tersaji di depannya.

***

Ratu Elara tampak berbinar-binar ketika ia mendengar laporan dari mata-mata yang dikirimnya ke kastil Pangeran Putra Mahkota.

"Jadi... mereka bercinta dengan dahsyat ya? Wahhh... pasti aku akan segera menimang cucu," desah sang ratu dengan wajah gembira.

"Benar, Yang Mulia. Suara mereka terdengar ke seluruh penjuru kastil," kata sang informan dengan wajah memerah. Ia juga mendengar semuanya dengan jelas saat datang ke sana untuk mengintai. Ia mendeham. "Pagi ini Yang Mulia Pangeran juga menyuapi kekasihnya makan."

"Astaga... benarkah? Ah... romantis sekali. Aku sangat senang mendengarnya. Ia pasti sangat menyukai gadis itu. Ahhh... aku tidak sabar ingin mendengar cerita tentang bagaimana mereka bertemu dan jatuh cinta." Ratu Elara menekan dadanya dengan tangan. Wajahnya tampak sangat bahagia.

Sang informan hendak menyampaikan sesuatu, tetapi kemudian ia teringat wajah galak Pangeran Mars. Rasanya kalau ia menyampaikan semuanya, tentang bagaimana Emmelyn menyamar ke kastil putra mahkota untuk membunuhnya... ratu akan menjadi sangat marah.

Hmm... rasanya, demi menjaga keutuhan kepalanya, ia harus tahu pasti bahwa informasi yang akan disampaikannya kepada Ratu Elara tidak akan membuat Pangeran Mars marah kepadanya. Sang informan mendeham.

"Kudengar mereka bertemu sebulan yang lalu, Yang Mulia. Lady Emmelyn sudah tinggal di kastil pangeran selama sebulan."

"Ahhh.. jadi namanya Emmelyn, ya?" Ratu Elara mengangguk-angguk. Wajahnya tampak puas sekali. "Nama yang bagus. Apa kau tahu dari mana asal Lady Emmelyn itu?"

Sang informan menggeleng cepat-cepat. "Hamba akan mencari tahu lagi. Saya mohon paduka bersabar."

"Hmm.. baiklah," kata Ratu Elara. Ia menyikut suaminya yang sedari tadi diam saja tanpa mengucapkan apa-apa. "Yang Mulia Paduka Raja, kurasa kita harus mengadakan acara makan malam khusus untuk menyambut calon menantu kita."

Raja mengangguk. "Aku akan memercayakan semuanya kepadamu."

"Ha. Bagus. Aku akan memanggil Mars ke istana nanti siang dan membicarakan tentang acara makan malam menyambut Emmelyn ke istana ini."

Setelah menyuruh sang informan pulang ke kastil putra mahkota, Ratu Elara segera memanggil beberapa dayangnya dan mengajak mereka bicara tentang persiapan makan malam khusus.

"Hmmm... aku harus memikirkan alasan agar aku dapat mengundang gadis itu kemari," gumam ratu sambil menepuk-nepukkan jarinya ke meja. "Anakku bilang ia belum mau memperkenalkannya kepada kami.

"Yang Mulia.. sebentar lagi ulang tahun putra mahkota. Kenapa Anda tidak menjadikannya alasan untuk mengadakan pesta dan mengundang Lady Emmelyn kemari?" tanya seorang dayang yang memiliki ekspresi cerdas.

"Ahh.. kau benar juga." Wajah ratu kembali berseri-seri.

"Seperti biasa, jika ada acara-acara istana, kita tetap harus memberikan pengawalan agar tidak ada gadis yang akan menyentuh yang mulia Pangeran Mars," sang pelayan setia menambahkan.

"Hmm... benar juga. Kalau begitu kita harus segera membuat persiapannya," kata Ratu dengan gembira. "Ahh.. aku tidak sabar ingin bertemu dengan calon menantuku!"

***

"Hatsyim!!" Emmelyn bersin berkali-kali. Untunglah semua makanannya sudah habis ditelan, sehingga ia tidak menyemburkan makanan kepada Mars yang duduk di sampingnya ketika ia bersin.

"Kau kenapa?" tanya Mars keheranan.

"Aku tidak tahu," jawab Emmelyn. Ia menyeka bibirnya dengan serbet, tetapi karena ia tidak bisa menggunakan tangan kiri, masih ada sedikit sisa makanan di sudut bibir kanannya yang tidak terusap dengan baik.

Mars menggeleng-geleng sambil mengambil serbet dari tangan Emmelyn dan mengusap sudut bibir kanan gadis itu.

"Kau ini makannya seperti anak kecil," komentar sang pangeran. Ia lalu bangkit berdiri dan meletakkan serbet di meja. "Aku harus kembali melatih pasukanku. Kami akan mengadakan latihan perang-perangan di Southberry beberapa hari lagi. Aku taruhan dengan sepupuku bahwa pasukanku akan menang."

Emmelyn memutar matanya. [Semoga kau kalah.]

"Jangan lupa menuliskan semua makanan yang kau sukai dan berikan daftarnya kepada juru masak. Pokoknya kau harus makan dengan baik."

[Cih. Tentu saja kau ingin menggemukkanku untuk pekerjaan melahirkan anak-anakmu. Dasar brengsek.]

Mars berdiri sejenak menatap Emmelyn, hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada ucapan yang keluar dari bibirnya. Sikapnya itu membuat Emmelyn keheranan.

[Si brengsek ini mau apa, sih? Kenapa melihatku seperti itu? Bukankah dia baru saja makan? Kenapa wajahnya terlihat lapar? Orang aneh.]

Mars tampak ragu-ragu, tetapi kemudian ia menetapkan hati dan membungkuk, lalu mencium bibir Emmelyn.

Wajahnya memerah dan bibirnya tak dapat menyembunyikan senyum saat ia pamit kepada gadis itu. "Aku pergi dulu."

Ia lalu bergegas keluar dari ruang makan, keluar kastil dan naik kuda menemui pasukannya di halaman depan.

Emmelyn menyentuh bibirnya yang barusan dicium Mars dan mengerutkan keningnya.

Karena ciuman itu sangat singkat, hanya berupa sentuhan sedikit saja, Emmelyn merasa tidak perlu mengusap bibirnya keras-keras untuk menghapus bekas bibir Mars dari bibirnya.

Próximo capítulo