"Cepat makan, aku akan pergi setelah ini."
"Kalau begitu aku tak akan pernah memakannya supaya kau tidak pergi."
"Jangan jadi menyebalkan dengan keras kepala mu itu, bisa saja aku akan lebih membenci mu."
"Kau yang sekarang membenci ku, tak akan jadi masalah jika perhatian masih kau tunjukkan, kan? Lagi pula kau tak akan bisa memungkiri jika aku memang sepenting itu di hidup mu."
Pria jangkun itu pun terdiam, tubuhnya di biarkan begitu saja bergerak untuk mendekat pada sosok wanita yang nampak sangat rapuh di ranjang pembaringannya.
Menahan ego diri, lantas membiarkan wanita itu menangis sejadi-jadinya. Tak sedikit pun meninggalkan bekas memori yang terlanjur melekat, lengan sang pria pun mengusap lembut surai lembab milik wanita itu.
Tak sanggup beranjak untuk pergi meninggalkan, kesedihan yang sangat di alami oleh sang wanita yang merupakan satu-satunya kawan dekat. Bahkan harus mengorbankan rasa rindu yang menyelimut terhadap sosok lain yang amat di cintainya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com