Pradita menarik napas dalam-dalam sambil memegang dadanya yang berdebar-debar tak karuan. Entah untuk yang ke berapa kalinya ia dan Bara berciuman. Ya ampun, bahkan di tempat seperti ini pun Bara masih sempat-sempatnya mencium bibirnya.
Pradita sungguh tak kuasa menahan gejolak di dalam dirinya. Sungguh, ia sangat menikmati ciuman Bara, sikapnya yang begitu memiliki membuat Pradita merasa dihargai dan diinginkan.
Ya, cowok itu pasti sangat mencintainya. Pradita jadi merasa bersalah karena tadi siang ia malah bersikap bodoh dengan mengecewakan Bara. Mau bagaimana lagi, Pradita sendiri berada di situasi yang salah.
Namun, seperti kata Bara tadi, ia tidak mungkin bisa dipisahkan dengan Danu karena mereka adalah sahabat dan belum lagi mereka itu sekelas. Sudah beberapa kali Pradita duduk sebangku dengan Danu tanpa Bara ketahui.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com