"Buka mulutnya biasa aja kali, gak usah gede-gede amat," ucap Danu sambil menggerakkan tangannya di depan wajah Pradita yang melongo. Sahabatnya itu tampak sangat berlebihan.
"Eh, beneran si Arini gak marah lu ketemuan sama gua?"
"Beneran. Emangnya kenapa?"
Pradita mengedikkan bahunya. "Ya, kan gua mah antisipasi aja daripada gua malah jadi bikin masalah baru di antara lu sama dia."
"Tetep aja, gua kan musti ngaku ke dia kalau gua mau ketemuan sama lu. Jadi biar guanya ngerasa nyaman dan tenang hati dan jiwanya, Coy."
Pradita mengangguk. Matanya memandang ke arah jendela. Angkot mulai bergerak dan perlahan satu per satu orang mulai turun dan berganti angkot. Angkot yang semula penuh, kini hanya tinggal empat orang saja.
Pradita dan Danu pindah duduknya ke paling dalam. Pradita mengeluarkan botol minumnya dan meneguknya hingga tandas. Danu pun mengikutinya.
"Coy, lu sendiri emangnya boleh ketemuan dan ngobrol sama gua kayak gini?" tanya Danu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com