Lalu tiba-tiba, sebuah kecupan manis mendarat di pipinya dengan lembut.
Pradita langsung terkena sengatan listrik seribu volt hingga ia tak sanggup bergerak. Ia masih lusuh, bau ketek, belum mandi, masih mengenakan baju olahraganya, mulutnya bau baso, dan pipinya mungkin ada noda debu atau polusi.
Lidah yang sempat ia regangkan kini mendadak kelu. Ia tak sanggup berkata-kata. Semua persendiannya dan otot-ototnya mengeras. Pradita hanya bisa mengerjap-ngerjap sambil memasang wajah tegang.
Bara meremas tangannya dengan lembut sambil tersenyum. Kemudian, ia menegakkan tubuhnya. "Makasih ya, Dita karena udah masak buat aku, kasih aku makan, terus kita makan bareng. Aku seneng banget."
Pradita menelan ludah. "Hhhmmm … Heem."
Ia hanya bisa mengeluarkan suara gumam tidak jelas dari mulutnya sambil mengangguk cepat. Pradita mungkin seharusnya protes atas tindakan Bara yang barusan itu, tapi ia sungguh tak ada tenaga untuk protes.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com