Selain menjadi sahabat Ihsan yang paling setia,Hendra juga diminta untuk menjadi asisten pribadinya Ihsan,oleh dokter Arya Saputra papa Ihsan untuk mengurus segala keperluan keperluan yang dibutuhkan anak bungsu kesayangannya.Termasuk mencari pekerja suami- istri yang bertugas merawat apartemen Ihsan.Seperti mang Udin dan bi Acih,mereka bekerja separuh waktu,dan akan pulang setelah pekerjaannya selesai.
Mereka juga masih kerabat dekat Hendra yang tinggal didaerah Bandung.
Keluarga Hendra bukanlah keluarga yang mampu seperti keluarganya Ihsan.Hendra masuk pada fakultas kedokteran dengan mendapat beasiswa dari universitas itu.
Bapaknya yang bernama Rasikin hanyalah seorang pegawai Kantor Pos,dan ibunya bernama Maryamah telah meninggal ketika Hendra berusia dua belas tahun,saat itu ibunya jatuh terpleset di depan rumahnya ketika sedang menjemur pakaiannya dan mengalami pendarahan otak.Pada waktu itu,bapaknya Hendra tidak memiliki uang untuk biaya operasi ibu Maryamah sehingga akhirnya nyawa ibunya tidak pernah dapat diselamatkan lagi.
Hendra dan bapaknya sangat terpukul atas kehilangan wanita yang sangat dicintainya.
Semenjak saat itu bapaknya Hendra belum menikah lagi sehingga dia bertekad untuk membesarkan Hendra seorang diri saja dan ingin memenuhi impian anak kesayangan istrinya itu untuk menjadi seorang dokter,
agar dapat menolong sanak keluarganya dan orang orang yang tidak mampu yang berada disekitarnya.
Hendra mendapat uang saku dari papanya Ihsan,walaupun awalnya Hendra menolak karena Hendra tulus tanpa pamrih,tetapi Ihsan memaksanya untuk menerima uang pemberian papanya,supaya Hendra dapat
memanfaatkan uang tersebut untuk semua kebutuhan pribadinya sewaktu waktu ketika Hendra membutuhkannya.
Hendra membuka pintu apartemen dengan keycard dan membuka pintunya dengan perlahan.Hendra tertawa melihat Ihsan sahabatnya yang baru saja bangun tidur.
"Makan dulu bro.....nanti keburu dingin....
Cuci muka dulu sana....!!!" titah Hendra
kepada Ihsan seperti seorang kakak yang sedang menyuruh adiknya.
"Jangan rewel...." Ihsan mendelik tajam.
Hendra menyiapkan makanan keduanya
diatas meja makan,tanpa menghiraukan tatapan tajam Ihsan.Sesaat kemudian
Ihsan keluar dari kamar mandi,mereka menyantap makanannya itu dengan lahap selagi masih panas,keduanya pun terdiam dengan jalan pikirannya masing masing. Secara bersamaan,Ihsan dan Hendra telah menghabiskan makanan itu hingga tidak bersisa.
Ihsan segera meninggalkan meja makan dan mencuci kedua tangannya diwastafel.
Lalu Ihsan beralih duduk disofa diruangan keluarga.Hari ini Ihsan dan Hendra sedang libur,tidak memiliki jadwal mata kuliah. Kedua pemuda tampan itu menghabiskan waktu dengan menonton televisi didalam apartemen Ihsan yang mewah itu.
Apartemen Ihsan memiliki dua kamar tidur
dengan desain ciamik dan interior yang artistik dan elegan.Dipertegas lagi dengan warna warna cerah pada tiap tiap dinding dinding kamarnya dan berlantaikan kayu.
Setiap kamar memiliki lemari yang sangat luas dan kamar mandi yang terletak pada sudut kamar utama,dan satu kamar mandi lagi yang bersebelahan dengan area dapur,
ruang makan,ruang keluarga dan ruang tamu di pusatnya.
Cahaya alami menyinari dalam ruangan dari dinding jendela dan pintu kaca yang mengarah ke balkon yang menawan,dapat
menambah kesan homey dan segar,yang membuat Ihsan merasa sangat nyaman.
Dapur modernnya dengan ruang kabinet, dengan jendela-jendela besar di ruang tamu menerangi seluruh apartemen.
Ruang depan yang luas dengan kehadiran teras kecil dimanfaatkan sebagai ruang untuk berjemur dan bersantap di tempat terbuka.Ihsan mengecilkan volume suara televisinya,lalu dia mendekati Hendra yang sedang fokus melihat tayangan tayangan lucu dan unik dilayar televisi besar yang menempel didinding.
"Sabtu besok kita berangkat ke Jakarta...
Aku ingin bertemu Aira secepatnya,tidak bisa ditunda lagi."Ucap Ihsan serius.
Serius nih bro...? Hendra tidak yakin.
"Duarius...." Sahut Ihsan kesal.
"Wowwwww ....Mantaap mas bro...!Hendra mengacungkan ibu jarinya.
"Tadinya aku mau menunggu sampai Aira
kembali ke Cikarang,tapi itu terlalu lama.
Aku tak bisa menunggu....Lebih cepat maka akan semakin baik....."
"The sooner she knows,the better....."
~ Semakin cepat dia tahu,semakin baik ~
"Aku akan memberi dirinya surprise....!" Tekad Ihsan mantap.
Hendra mengucapkan syukur didalam hati,
dirinya ikut senang melihat Ihsan tampak bahagia.Hendra mengetahui secara pasti,
bahwa Aira adalah nafas kehidupan Ihsan.
Betapa tersiksanya sahabat sejatinya itu bila tidak segera mengutarakan perasaan cintanya kepada gadis pujaan hatinya.
Aira mempercepat langkah kakinya,kali ini gadis itu pulang ke tempat kostnya sendiri.
Roswita dan Hanifah sedang berada dalam perpustakaan.Aira menjinjing tas laptop ditangan kanannya,sementara itu tangan kirinya menyandang tasnya yang lain.
Salah seorang security bangkit dari tempat duduknya di pos penjagaan,sebelum Aira mencapai garis pembatas jalan.Security itu
berusia sekitar empat puluh lima tahunan yang dibajunya tertera nama Sudirman. Pak Sudirman menyapa Aira dengan ramah meskipun dia lebih tua dari gadis itu.
"Sudah pulang mbak...?"Tanyanya sopan.
"Alhamdulillah sudah pak..." jawab Aira mengangguk sambil tersenyum ramah.
Aira sudah mengenal security itu dengan sangat baik,usianya hampir sama dengan usia ayahnya Aira.Setiap kali pak Sudirman sedang bertugas,Security itu selalu datang
untuk menolong Aira menyebrangi jalan.
Baik ketika Aira sedang sendiri ataupun bersama dengan teman temannya.
Setibanya Aira di kamar kost itu,Aira segera meletakan tas dan laptopnya di atas meja belajar.Kemudian melepas kerudungnya dan menyalakan remote AC.Gadis manis itu merasa kegerahan,karena udara diluar
sangat panas dan berdebu.
Aira mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.Dirinya teringat bahwa tadi pagi sudah
mengirim pesan kepada Ihsan.Pada saat yang sama,Ihsan sedang online.Pemuda itu sedang menunggu pesan balasan dari Aira.
Kedua muda mudi itupun online secara bersamaan,Aira membuka obrolan lebih dahulu.
"Bicaralah...aku akan mendengarkan..!" Aira mengirim pesan dengan emoticon tersenyum simpul.
"Yess....Yess...Yess!!!akhirnya..."
Ihsan melompat kegirangan,seperti anak kecil yang mendapat hadiah mobil mobilan baru dari kedua orang tuanya.Ihsan tidak segera membalas pesan Aira,akan tetapi Ihsan malah menekan tombol panggilan ke momer telepon Aira .
Ponsel Aira berdering nyaring,nama Ihsan
terpampang jelas dilayarnya.Gadis cantik itu merasa penasaran,apa sebenarnya yang akan disampaikan Ihsan kepada dirinya.
Mungkinkah Ihsan hendak membicarakan tentang hubungannya dengan Yasmin?Apakah Ihsan mulai jatuh cinta pada gadis itu? Ah Entahlah.....Aira tidak mau berpikir terlalu jauh,toh itu bukan urusan dirinya.
Aira menyadari bahwa Ihsan mempunyai kehidupan sendiri,diluar persahabatannya.
Sebagai seoarang sahabat,Aira akan tetap menjadi pendengar yang baik dan dapat menerima serta menampung curahan hati sahabat kecilnya yang sudah dianggap seperti kakak kandungnya.
☆☆☆☆☆
Wahh.....semakin seru nih ceritanya!
Kira kira Ihsan mau ngomong apa yak?
Bagaimana dengan Aira? Apakah dia
tahu kalo Ihsan mau ke Jakarta?
Yuuuuk...kita tunggu ceritanya di bab
selanjutnya.
Salam...
Pembaca yang baik hati.....
Terima kasih sudah meluangkan waktu
untuk membaca novel pertamaku.
Mohon maaf,jika banyak kesalahan dalam merangkai kata kata...
Semoga komentar,kritik dan saran dari para pembaca menjadi cambuk buat lebih
baik lagi.
Salam Santun
Kamila Qha