"Aaaakhh! Lepasin gak lu!" teriak Kevin.
Eden mendekatkan wajahnya ke telinga Kevin dan berbisik, "satu patah kata lagi, akan kupatahkan lenganmu."
-N e w C h a p t e r-
Mendengar hal itu, bulu kuduk Kevin merinding dan memilih untuk diam sejenak.
"lu tau kan, orang tua gue siapa? kalo lu berani macem-macem, orang tua gue nggak bakal tinggal diam," bisik Kevin dengan suara bergetar karena kesakitan.
Lea segera memegang pundak Eden dan menggelengkan kepala untuk menyadarkannya agar tidak berbuat sesuatu yang lebih jauh.
"sudahlah, tidak ada lagi yang perlu kita lakukan disini." ucap Pak Sugimin.
Eden pun melepaskan Kevin yang mengerang kesakitan di lantai dan mereka berempat bergegas jalan menuju pintu keluar SMA Beverly.
-Krieeet- (suara pintu yang terbuka)
Setelah suara mulai terdengar hening, Kepala Sekolah Beverly akhirnya keluar dari ruangannya dan menatap kaget melihat Kevin yang masih tersungkur di lantai.
"astaga! Nak, Kevin!" panik Pak Kepala Sekolah, Ia pun bergegas masuk ke ruangannya dan menelfon security sekolah itu.
"Halo, pak Asep? Bapak sedang bikin apa?! Ada pengacau di sekolah ini dan mereka juga melukai salah satu murid, cepat tangkap mereka!"
Tiba-tiba terdengar suara Lucas yang memberikan peringatan dari tabung akustik yang dikenakan Eden dan Lea.
(A/N: dari searching di gugel, tabung akustik tuh nama headset keren yang sering dipake sama paspampres.)
[Cepetan woi! dari yang gue liat di CCTV, si kepsek sepertinya minta bala bantuan! bisa-bisa Satpam Sekolah Beverly manggil polisi gegara kita ngerusuh!] panik Lucas.
(A/N: jenius IT mah bebas nge-hack)
"Iya, bos~ udah sambil berlari nih!" balas Lea.
Saat mereka telah mendekati korridor yang sepi, seseorang memanggil Noel.
"Noel! Tunggu! hah-hah-" sahut John yang mengatur napasnya karena mengejar Noel.
"John..."
"aku minta maaf," "gomenasai ne" tidak sengaja, Noel dan John mengatakan hal yang sama bersamaan.
[buruan! Satpamnya udah menuju ke sini!] tegas Lucas.
"Noel, kita sudah tidak punya waktu." ucap Lea.
Noel yang sekilas melihat ke arah Lea kembali menatap John, dengan tatapan bersalah yang disamarkan dengan senyum tipisnya, dia berkata,"sampai bertemu lagi, John..."
John yang belum sempat mengatakan apa - apa karena Noel yang dikejar waktu, hanya bisa melihat punggung Noel yang terkena silauan matahari.
'terlihat berbeda, sekarang Noel-kun... terlihat bercahaya' batin John.
-di pelataran parkir SMA Beverly-
"itu dia! yang ngerusuh di kantor kepala sekolah!" teriak salah satu satpam sambil menunjuk ke arah Noel.
Para satpam lainnya berusaha mencegat mereka berempat yang masih berada di gerbang depan sekolah Beverly agar tidak bisa kabur.
"gimana nih?" tanya Noel.
"apa satpamnya dihajar sekalian aja?" tanya Eden.
"jangan ngasal tonjok aja, ntar kalo dilaporin sebagai tindak kekerasan gimana?!" jawab Lea yang turut panik dengan hadangan dari para satpam.
"kalian larilah, bapak akan mengalihkan perhatian mere-" belum sempat Pak Sugimin menyelesaikan kalimatnya, suara decitan mobil terdengar.
-CKIIIIIIIT-
Disaat situasi terlihat skakmat, tiba - tiba mobil van hitam menikung keras dan langsung masuk diantara mereka berempat dan para satpam.
Para satpam itu reflek mundur beberapa langkah karena sempat kaget dengan keberadaan mobil yang tiba-tiba berada di depan mereka.
"buruan naik!!!" teriak Lucas yang sedang mengemudikan mobil van itu.
Dengan secepat kilat, mereka berempat masuk ke dalam van, Lucas pun menginjak pedal gas lebih dalam dan kabur dari kejaran para satpam sekolah Beverly.
Dan, begitulah bagaimana misi balas dendam, operasi pertama: kekuatan netijen julid.
b e r h a s i l.
.
.
.
-Percakapan setelah operasi pertama berhasil, di dalam mobil van.-
(Eden, Lea, Lucas, Noel dan Pak Sugimin)
Eden, Lea, Noel, dan Pak Sugimin mengatur kembali napas mereka yang terengah-engah setelah dikejar oleh Para Satpam.
"hah... Hampir aja kita kekejar, udah pada lihat dustagram blom? 'Hashtag Sekolah Beverly' mulai heboh loh, banyak yang ngehujat Kevin dan Kepsek Beverly." tutur Lucas.
"serius? Secepat itu?" tanya Noel.
"hah...hah... Tadi pas masuk tu sekolah jalannya keren abis, eh pas pulangnya gak banget anjir, lari kek maling." keluh Eden.
"Hahahaha tapi asik kan? Kerja bagus semuanya! Oh, Pak Sugimin aktingnya mantap banget hahaha! Noel, elu juga sepertinya cocok jadi aktor deh..." ucap Lucas dengan wajahnya yang terlihat puas.
'sebentar-sebentar, kok Lucas bisa tau apa yang terjadi selama di sekolah tadi?' tiba-tiba Noel sadar akan keanehan ini.
"ah, tekning akting bapak masih belum sempurna kok, tapi benar katamu. Noel sepertinya punya bakat dibidang akting." balas Pak Sugimin.
"kamu kok bisa tau kalau satpam itu udah mengejar kita?" tanya Noel dengan ekspresi kebingungan.
"oh? gue belom bilang ya? semuanya berkat laptop dan kepintaranku tentunya fufufufu" jawab Lucas dengan bangga sambil menatap Noel dari kaca spion tengah.
Noel makin kebingungan mendengar hal itu dan membuat Lea sudah tidak sabar untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
"sebenernya gak pengen ngebahas ini sih, takutnya sindrom over proud si Lucas kambuh," bisik Lea yang berusaha mengeluarkan suara sekecil mungkin.
"siapa yang over proud?! emang gue jenius kan?! ngaku aja..." sela Lucas. Namun hal itu tak ditanggapi oleh orang-orang dalam mobil yang lelah mendengar perkataan itu.
"Noel, kamu ingetkan waktu bicara telfon dengan Pak Junet. Beliau bilang, anak yang kerja sambilan di sekolah kita hanya diperbolehkan anak berbakat?" tanya Lea.
"iya, aku ingat. Anak SMA yang kerja sambilan di sekolah kita saat ini salah satunya Lucas kan?"
"nah, bakat Lucas ini adalah jenius IT, termasuk dalam hal pembajakan. Jadi, selama kita di Beverly tadi Lucas sudah membajak CCTV sekolah itu dan mengawasi seluruh pergerakan kita secara diam-diam." Lea melanjutkan penjelasannya.
"Oh iya betewe, gimana rekamannya?" tanya Lucas pada Lea.
"maksudnya pulpen ini? aman kok, berhasil merekam tanpa ketahuan juga," jawab Lea.
"hahaha nice, Lea. Akhirnya, pulpen mahal ini berguna juga." jawab Lucas dengan senyum puas.
"pulpen? Pulpen apa?" tanya Noel yang kebingungan.
"itu loh, yang seperti di film-film agen rahasia. Tau kan kamera penyadap yang kecil?" jawab Lea yang menanggapi pertanyaan Noel.
"jadi selama pertemuan tadi... Pulpen itu merekamnya?!" tanya Noel
"yoi, seperti yang dilakuin ke elu, kita bakalan balas Kevin pake cara yang sama hehehe." jawab Lucas yang dengan sengaja menunjukkan ketawa jahatnya.
"dasar, anak jaman sekarang kebanyakan nonton sinetron sih." ucap Pak Sugimin yang menggelengkan kepalanya setelah melihat ekspresi jahat Lucas yang dibuat-buat.
"tapi, kan udah ada flash disk dari kakak pegawai restoran, terus yang rekaman tadi buat apa dong?" sekali lagi Noel bertanya ke Lucas.
"buat back up aja, kalo terjadi sesuatu bisa beralih ke plan b. Gimana, gue pinter kan?" balas Lucas dengan ekspresi congkaknya.
sementara itu, Eden yang ngambek mulai menggerutu dan bergumam,
"Mereka doang yang dipuji?"
"kerja bagus, Eden! Aku puas ngelihat kamu melintirin tangan Kevin." ujar Lea yang menatap Eden dengan senyum bangga sambil mengangkat kedua jempolnya.
Eden hanya bisa terdiam dan menatap Lea sambil berusaha menenangkan hatinya.
"Hm? Kenapa? Bukannya mau dipuji?" tanya Lea yang kebingungan dengan reaksi Eden.
"biasa itu mah, si Eden malu-malu, lihat aja telinganya merah banget hehehe" ceplos Lucas.
"Ck, ganggu banget sih. Pak, Lucas belom punya SIM." balas Eden.
"hey, it's a secret... Ah, elu digangguin dikit langsung baper." ngambek Lucas.
"oh, iya. Terima kasih mengingatkan Eden. Luucass!" suara pak Sugimin yang dari rendah menjadi tinggi memenuhi satu mobil itu.
"Kamu masih 13 tahun tidak boleh nyetir! Menepi sekarang juga!" tegur Pak Sugimin.
"ampun pakkk..." balas Lucas yang panik dan segera menepi sementara.
Pak Sugimin pun mengambil alih posisi duduk Lucas dan mulai menyetir kembali menuju SMA UNDAR.
"oh iya, Noel kok diam aja? Bagaimana menurutmu dengan misi pertama ini?" tanya Lea.
"hm... menurutku, rasanya seperti naik rollercoaster." jawab Noel.
"roller coaster?" tanya Lea dengan mengangkat satu alisnya.
part misi balas dendamnya tinggal dikit lagi kawan-kawan :") akhirnya bisa move on dikit.