Ezra terkejut sejenak, dan kemudian menyadari kalau Kiki takut disuntik.
Dan Pimpinan Rumah Sakit Heru masih memegang jarum di tangannya. Saat ini, dia merasa seperti tukang daging, dan gadis yang sangat cantik itu adalah kelinci putih kecil yang baik hati.
Pimpinan Rumah Sakit Heru tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya bisa memegang alat suntik di tangannya dengan sikap bersalah.
Ezra sedikit tidak berdaya, memeluk Kiki dengan kedua lengannya dan membujuk dengan suara rendah, "Suntikannya akan menyembuhkanmu."
"Aku tidak ingin disuntik." Kiki kembali mengatakan omong kosong, dan kepala kecil itu dibenamkan ke dalam pelukan Erza lagi. Rambut panjangnya terurai sampai ke garis lehernya yang terbuka, membuat Ezra gatal ingin mengusapnya.
Ezra benar-benar tidak tahu bahwa Kiki sangat takut pada rasa sakit, dan menepuk punggungnya. Suaranya juga terdengar lebih lembut, "Tidak akan sakit."
Dia belum pernah melihatnya bersikap seperti ini...
Mungkin orang lain juga akan kesakitan, tetapi Kiki lebih panik dibandingkan mereka.
Kiki tidak berbicara lagi. Dia menggelengkan dan membuat rambutnya semakin berantakan. Gadis itu lantas menatap ke arahnya dengan mata agak memicing terpejam. Seolah merasa sangat tidak nyaman.
Sepertinya gadis itu sudah tertidur lagi...
Ezra dengan hati-hati memeluknya dan menatapnya Pimpinan Rumah Sakit Heru. Pimpinan Rumah Sakit Heru berkeringat di dahinya, dengan hati-hati menepuk pinggangnya sendiri, dan menunjuk lengan Kiki dengan perlahan-lahan.
Pimpinan Rumah Sakit Heru bersumpah kalau dia sudah melakukannya dengan sangat berhati-hati...
Tapi Kiki terbangun karena rasa sakit dan bergerak sedikit. Pimpinan Rumah Sakit Heru bersuara lebih sabar, "Jangan banyak bergerak…"
Dia melihat wajah kecil Kiki yang menawan, dan dia ingin memanggil anak laki-lakinya. Tapi jika ucapan itu sampai terucap, mungkin Pimpinan Rumah Sakit Heru akan kehilangan pekerjaannya malam ini.
Kiki tidak bergerak. Dia terus membenamkan wajahnya di pelukan Ezra dan menangis.
Pada saat ini, hati Ezra menjadi sangat lembut. Rasanya seolah Kiki sedang bertumpu dan mengandalkan dirinya dalam hidup ini.
Pimpinan Rumah Sakit Heru mengumpulkan keberaniannya, dan menghela nafas panjang
"Aku akan merepotkan Tuan Erza untuk memberiku obat untuk sementara waktu."
"Makan sekali setiap delapan jam. Jika suhu turun, maka kondisimu sudah tidak apa-apa. Jika suhumu besok pagi masih tinggi, maka kau harus pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan infus." Pimpinan Rumah Sakit Heru menjelaskan.
Ezra mengangguk.
Pimpinan Rumah Sakit Heru pergi sendiri, tapi dia tidak berani lama-lama di sana. Anak laki-lakinya sedang yang menunggunya.
Setelah dokter itu pergi, Ezra perlahan-lahan membelai gadis kecil di lengannya, dan dengan lembut menepuk punggungnya. Setelah beberapa saat, dia melihat kalau sepertinya Kiki sudah kembali tertidur.
"Kiki?" Dia berbisik padanya.
Kiki bergumam, agak memeluk pinggangnya dengan sedikit tangan. Gadis itu kembali bergumam, "Ayah…"
Ezra agak terhenyak. Kiki … memanggilnya Ayah?
"Ayah, Kiki sakit ..." Kiki mendongakkan wajah kecilnya. Beberapa rona panas terlihat di lehernya, dan Ezra hampir kehilangan kendalinya ketika melihat ekspresi itu.
Dia berpikir, Kiki mengira dia adalah Ayahnya, Gandhi.
Ezra tidak tahu apa yang salah. Dia mengulurkan tangannya dan menepuk Kiki, sengaja ingin menghibur gadis itu, "Ayah ada di sini … Tidak perlu khawatir. Aku akan mengambil obatmu setelah ini."
Dia memeluknya erat-erat tanpa melepaskannya. Ezra tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium keningnya, "Anak baik, kau anak yang baik."
Mulut kecil Kiki menempel di lehernya, dan suaranya agak parau dan lembut, "Ayah, bisakah Ayah memanggilku sayang lagi?"
Di depan Mai, Gandhi tidak berani memanjakannya seperti ini. Tetapi sekarang Kiki merasa sangat tidak nyaman. Dia ingin Ayahnya memeluknya dan memanggilnya dengan sebutan 'Sayang.'
Gelombang yang tak terlukiskan melonjak di hati Ezra, dan gelombang itu hampir membuatnya kewalahan.
Gadis kecil yang lembut dan rapuh ini memintanya untuk memanggilnya 'Sayang' ... Dia benar-benar menganggapnya sebagai Ayahnya. Tetapi Ezra sama sekali tidak sedih, dan bahkan merasa sangat tertekan.
Dia ingin menuruti permintaan Kiki. Tapi dia berpikir sejenak … tidak mungkin. Ezra tidak melepaskan pelukannya di diri Kiki. Dia langsung mengangkatnya, membawanya mendekat, lalu menuangkan air dan meminumkan obat padanya. Setelah itu mereka kembali ke kamar tidur, dan Ezra membiarkan Kiki duduk di pelukannya.
Dia merasa sedih lagi...
Ezra hanya bisa mengambilkan obat Kiki seorang diri. Dia mencium mulut mungil Kiki dan memberinya makan...
Kiki ingin muntah, dan Ezra menggunakan sedikit kekuatan untuk menghentikan agar Kiki tidak banyak bergerak.
Kiki terpaksa menelannya. Tetapi semua itu tidak membuatnya merasa lebih baik, dan dia menggigit Erza dengan keras.
Tidak dihitung berapa kali Kiki menggigitnya, dan pria itu terus saja menggodanya. Lidah mungil Kiki itu harum dan lembut, dan Erza hampir tidak bisa menahan diri.
Ezra merasa kalau dia tidak pernah memperlakukan siapapun dengan baik sejak dia masih kecil, dan bahkan dia juga tidak pernah memberikan obat pada Agnes.
Ketika Kiki ada di sini, Erza malah bersikap sangat peduli padanya, menyerupai seorang Bibi tua.
Setelah minum obat, Kiki merasa aman dan tertidur.
Ezra duduk di sisi tempat tidur, dengan membawa cangkir di tangannya. Dia menatap sosok Kiki yang tertidur sampai cukup lama, lalu berdiri.
Dia mengambil ponselnya dan keluar, menelepon Gilang, "Apa kau tahu cara memasak?"
Gilang sedang minum di bar sekarang, dan ketika dia mendengar kata-kata Ezra, dia hampir menyemburkan anggurnya.
Apa?
Memasak?
"Aku adalah asisten khusus, bukan tenaga penolong serbaguna." Gilang dengan terampil mengeluarkan sebatang rokok, menjepitnya di antara jari-jari rampingnya, dan menghentikan kucing liar kecil di samping yang merangkak ke arahnya hanya dengan lirik matanya.
Ezra sudah berjalan ke dapur, "Bisa atau tidak?"
Suara itu menjadi lebih dingin.
Gilang menunduk dan menyalakan rokoknya, dan perlahan menyesap, "Aku hanya bisa memasak bubur."
Ezra mengerutkan kening, "Kalau begitu bubur! Bagaimana cara memasaknya?"
Rokok di tangan Gilang menyala, dan jarinya hampir terbakar ... Apakah Ezra benar-benar memasak?
Apa kau bercanda?!
"Apa kau sedang memasak?"
Gilang akhirnya berhasil bicara lagi.
Ezra mendengus pelan. Dia lalu mengambil panci, "Mari kita bicarakan soal ini nanti. Bagaimana cara memasaknya?"
Gilang memiliki beberapa kejanggalan di dalam hatinya. Pertama kali Ezra mau memasak, dia harus bertanya pada orang-orang bagaimana melakukannya. Ketika Ezra berhubungan seks untuk pertama kalinya, aku tidak mendengar kalau Ezra perlu menelepon untuk menanyakan bagaimana cara melakukannya!
Namun, akhirnya ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan Ezra.
Gilang sedang berbaring di sofa, menjepit rokok di sela-sela jarinya, dan perlahan memerintahkan, "Cuci berasnya dulu ya. Cuci dengan air bersih, tapi dua kali saja. Kalau terlalu sering dicuci, nanti berasnya tidak akan bergizi lagi…"
Tidak ada nutrisi. Kalau Kiki memakannya ... nasi itu rasanya tidak akan enak lagi.
Gilang tersenyum sambil mengulum bibirnya. Wanita di sampingnya sekarang tidak berbeda dengan sekadar dekorasi...
Ezra, pria terbaik di sana, sedang menghabiskan 30 menit waktunya untuk memasak sepanci bubur yang sangat enak.
Selesai memadamkan api, Ezra kembali dan melihat Kiki. Rupanya gadis itu masih tertidur.
Ezra menumpukan tangannya di kepala tempat tidur, memanggilnya dengan suara rendah, "Kiki, bangun dan makanlah sesuatu."
Kiki terbangun sedikit, membenamkan wajah kecilnya di selimut lagi, dan mengulurkan tangannya yang mungil dan putih. Kiki menampar wajah Ezra.
Baru inilah pertama kalinya Presiden Ezra dipukul. Belum lagi oleh … seorang wanita.
Wajahnya agak memerah, dan dia melihat tangan kecil Kiki yang jatuh lemas. Sekarang terdapat bekas pukulan di di wajah Ezra. Tapi dia berprinsip kalau Kiki adalah seorang pasien, dan dia tidak akan marah karena sikap gadis itu barusan.
Dia membungkus dirinya erat dengan selimut. Tapi tubuhnya masih menggigit, dan wajahnya agak pucat.
Ezra membungkuk lagi, "Sayang ..." Ketika dia memanggilnya seperti itu, wajah Kiki sedikit panas. Dia bukan kekasihnya, dan dia tidak pernah memanggil siapapun seperti itu.
Suara Kiki tidak jelas, "Sakit."
Seluruh tubuhnya sakit, dan sangat dingin … dingin ...
Giginya bergemeletuk, dan dia mulai menangis pelan. Ezra setengah memeluknya, merasa kalau tubuh Kiki menggigil lagi...