webnovel

Kakak Kelasku

Autor: Chomeldhii
Outros
Contínuo · 11.5K Modos de exibição
  • 3 Chs
    Conteúdo
  • Avaliações
  • N/A
    APOIO
Sinopse

Tags
4 tags
Chapter 1Awal

06.55

Tap...tap...tap...tap....

Suara langkah kaki yang tengah lari menggema di lorong sekolah. Hanya ada beberapa orang diluar kelas, membuat seorang gadis berambut lurus sebahu yang diikat sebagian dan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya dapat leluasa lari untuk masuk kelas. Dia adalah Namtania Aures.

"Aishh bodoh banget sih bisa-bisanya hampir telat." gerutunya.

Jedug.....

Sampai akhirnya dahi Namtan menabrak sebuah tangan kekar yang menghalangi jalannya. Dilihatnya pemilik tangan tersebut dan dia adalah kakak kelas Namtan, Bramastya Vachirawit atau biasa dipanggil dengan Bram. Dia merupakan seorang yang sangat dikagumi oleh kaum hawa di sekolahnya. Bagaimana tidak? Dia memiliki paras yang sempurna untuk seorang laki-laki. Mata cokelatnya yang indah, rahang yang terlihat mempesona saat dipandang diberbagai sudut, hidung yang mancung, kulit putih bersih dan tinggi badan yang menjulang. Banyak perempuan yang ingin menjadi pasangan laki-laki ini. Sayangnya tak ada seorangpun yang dianggap spesial oleh seorang Bram.

"Ma...maafkan aku kak, aku nggak sengaja." Ucap Namtan dengan menundukan kepalanya.

Namtan yang merasa laki-laki didepannya ini tak menjawab, ia pun membalikan badannya berniat untuk pergi. Dan sialnya tangan kekar yang satunya menghalangi jalannya lagi. Tanpa diduga bahu Namtan didorong sampai terbentur ke tembok.

"Mma..maaf kak a..apa yang aa..akan kau lakukan?" gugup Namtan menatap ke bawah.

"Hei kau gugup?" kata Bram. Secara perlahan Bram mengangkat dagu Namtan dan mempertemukan matanya dengan mata gadis ini.

Deg deg deg...

'Apa ini? Kenapa jantungku berdegup kencang?' batin Namtan.

*** Bel Masuk Berbunyi ***

"Ma..maaf kak aku mau masuk ke kelas, be..bel udah bunyi" ucap Namtan gugup.

"Siapa?" tanya bram.

Namtan mengerutkan dahinya. 'Apa maksudnya?'

"Hm... Siapa?" Tanya Namtan balik.

"Nama" jawab Bram.

Namtan mengerjapkan matanya menatap polos lelaki di depannya. "Nama.....ku?" tanyanya.

"Ck..masa iya tanya nama sendiri? Yakali. Cepetan, udah bel" gerutu Bram.

"O..oh" jawab Namtan.

Bram memajukan wajahnya ke wajah Namtan. Namtan melotot, "Ma..mau ap...apa kak?"

Bram menghentikan gerakannya. "Kau" Bram menunjuk Namtan tepat diwajahnya. "Mau tau apa yang akan kulakukan jika kau tak menyebutkan namamu?" ucapnya dan sekilas melirik bibir gadis didepannya.

Namtan meneguk salivanya. "Na...namaku Namtan kak" ucapnya.

"Namtan?"tanya Bram, Namtan pun mengangguk. "Kelas?" tanya Bram lagi.

"10 Ipa 5 Kak." jawab Namtan. Akhirnya Bram memundurkan wajahnya dan melepas kedua tangannya dari bahu Namtan.

"Oke, sekarang kau boleh masuk kelas." ucap Bram.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Namtan langsung berlari menuju kelasnya. Bram menatap kepergian Namtan lalu mengalihkan pandangannya ke kedua sahabatnya yang sedang berdiri memandangnya bingung, Brian dan Seto. 'si Bram kesambet apaan dah' batin keduanya.

"Apa?" tanya Bram

Brian menaikan satu alisnya, "Bego dipelihara, kau yang apaan bambang." jawabnya

"Aneh" ucap Bram lalu melangkahkan kakinya menuju kelas. Brian menoleh ke arah Seto, "Temenmu urusin". Seto menjawab, "Temen? Sejak kapan?"

"Bodoamat anjir, nggak ada yang waras" ucap Brian lalu meninggalkan Seto yang tengah terkekeh mendengar ucapannya.

"Woy.. main tinggal aja. Tungguin kenapa " Teriak Seto dan langsung menyusul sahabatnya menuju kelas.

°°° Kelas 10 Ipa 5 °°°

"Huft... Untung aja guru belum masuk" ucap Namtan setelah duduk di bangku kosong yang tersedia. Tiba-tiba seseorang disebelah Namtan menyeret bangkunya mendekat ke meja Namtan, "Hay" sapanya.

Namtan tersenyum, "Hay juga." balasnya

"Salam kenal namaku Carlina Laouis, panggil aja Carlin"

"Namaku Namtania Aures, panggil aja Namtan" balasku.

"Eh, tadi kamu telat? Kenapa?" tanya Carlin.

"E..ee anu itu biasa bangunnya kesiangan" Jawab Namtan gugup. 'Kenapa gugup sih, padahal beneran kesiangan tadi' batinnya.

Carlin mengerutkan kedua alisnya. "Santai aja kali kenapa gugup gitu?" tanyanya.

Namtan tersenyum meringis. "Gapapa kok hehe" ucapnya.

Carlin kembali menyeret bangkunya ketempat semula karena guru sudah memasuki kelas. Pelajaran dimulai dengan saling memperkenalkan diri dan disambung dengan materi bab pertama. Namtan memperhatikan guru yang sedang mengajar dengan santai tapi serius.

*** Bel Istirahat Berbunyi ***

Bel istirahat telah berbunyi. Carlin menghampiri Namtan untuk mengajaknya pergi ke kantin. "Kantin yuk, perutku minta makan" ajaknya.

"Yuk, sama nih lapernya udah melewati batas" Ucap Namtan

Namtan dan Carlin berjalan menuju pintu kelas. Saat tepat di depan pintu kelas Namtan menghentikan langkahnya dan membuat Carlin ikut menghentikan langkah. Carlin menoleh ke arah Namtan. "Kenapa?" tanyanya.

Namtan diam tak bergerak menghadap ke depan. Di sana sudah ada tiga orang yang sedang menatapnya dengan kedua tangan dimasukan ke saku celana. Itu Kak Bram dengan sahabatnya. 'Kenapa mereka disini?' batin Namtan.

Carlin mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Namtan. "Namtan?"

Namtan tersadar dan menoleh ke Carlin. "Eh iya kita mau ke kantin. Yuk buruan nanti keburu masuk" ucap Namtan kemudian menarik tangan Carlin. Carlin hanya menggelengkan kepalanya, 'si Namtan aneh' batinnya.

Namtan dan Carlin melewati Bram dan kedua sahabatnya, tetapi ucapan yang dikeluarkan Bram membuat Namtan menghentikan langkahnya. "Namtan... Namtan... Baru masuk udah nggak sopan sama kakak kelas." Ucap Bram. "Kalian denger kata permisi?" tanyanya pada kedua sahabatnya. Kedua sahabatnya menggelengkan kepala.

Namtan kemudian membalikan badannya, "Maaf kak tadi buru-buru mau ke kantin." ucapnya. Bram ikut membalikan badannya, "Oh" jawabnya cuek seraya berjalan meninggalkan Namtan dan Carlin.

Namtan mengernyit, 'cuma oh? Beneran cuma oh? Nggak jelas' batinnya

Carlin yang bingung pun langsung bertanya kepada Namtan. "Namtan tadi siapa? Utusan malaikat yang turun ke bumi? Kok sempurna banget" ucapnya

"Oh itu kak bram kakak kelas yang katanya idaman perempuan disini" jawab Namtan asal.

Carlin melotot, "APA?!!! DIA KA---". Namtan langsung menutup mulut Carlin dengan tangannya. "Hustt... Jangan keras keras, nanti dilihatin" ucap Namtan.

Carlin menurunkan tangan Namtan dari mulutnya, "Laki-laki itu beneran kak bram? Gila yah kok bisa kenal?" tanyanya.

Namtan mengangkat bahu tak peduli, "Kenal dengan ketidak sengajaan mungkin" ucapnya.

"Namtan mah gitu ditanyain bener bener juga" ucap Carlin dengan ekspresi cemberut.

"Udah ah, nggak terlalu penting. Ayo ke kantin aku udah laper" ucap Namtan lalu melangkahkan kakinya menuju kantin.

°°° Kantin °°°

"Lin kita duduk dimana? Udah penuh kayaknya" ucap Namtan sambil melihat kursi disekeliling yang memang sudah dipenuhi siswa.

"Makan dikelas aja gimana?" tanya Carlin.

Namtan mengangguk, "boleh" ucapnya.

Namtan dan Carlin pun menuju ibu kantin untuk memesan. "Kamu mau pesan apa lin?" tanya Namtan.

"Nasi goreng aja nggak pedes sama air mineral satu" ucap Carlin.

"Oke, biar aku aja yang pesen" ucap Namtan

Carlin megacungkan kedua ibu jarinya. "Dengan senang hati" ucapnya.

"Bu nasi gorengnya dua nggak pedes sama air mineralnya dua" ucap Namtan kepada ibu kantin.

Ibu kantin menganggukan kepalanya. "Siap mbak, tunggu sebentar ya" jawab si Ibu.

Namtan dan Carlin menunggu pesanan dengan berdiri. Beberapa menit berlalu makanan pesanan mereka sudah jadi. "Ini mbak pesenannya, totalnya 25 ribu." Ucap ibu kantin. Namtan kemudian menyodorkan uang pas dan menerima makanan tersebut.

"Udah nih, yuk ke kelas" ajak Namtan pada Carlin.

Baru beberapa langkah berjalan, seseorang mencekal tangan Namtan. "Mau kemana?" tanyanya.

Namtan menoleh dan melihat orang yang mencekal tangannya, 'Kak Bram?' batinnya

Bram menghela napasnya kasar. "Ditanya mau kemana Namtan?" ucapnya.

Namtan yang merasa jadi pusat perhatian melihat ke arah sekitar dan mereka semua memang sedang menatap ke arahnya. Namtan pun langsung melepaskan tangan Bram dari tangannya, "Mau ke kelas kak. Permisi" ucapnya.

Bram yang tadinya duduk, langsung berdiri dengan kedua tangannya di masukan ke dalam saku. "Dikelas nggak boleh makan, duduk disini." ucapnya dan langsung meninggalkan kantin. Kedua sahabat Bram yang bingung pun langsung menyusul dirinya.

"Gila...gila...gila...Kak Bram peduli banget sama kamu Namtan" ucap Carlin.

"Apaan sih? Kan emang Kak Bramnya udah selese kali. Udah ah ayo duduk lanjut makan, laper banget ini" ucap Namtan kemudian mendudukkan dirinya di bangku bekas Bram.

Seisi kantin pun mulai berbisik-bisik tentang kejadian tadi. 'Jangan didenger Namtan, kamu nggak melakukan apa apa, tenang.' Batin Namtan mencoba bersikap bodoamat.

~disisi lain~

Brian menepuk pundak Bram lumayan keras, "Heh bambang kenapa pergi? belum kelar makan tadi anjir." Omelnya.

Bram mendengus sebal, "Ya udah sih, tinggal di lanjut." jawabnya

"Semenjak ketemu gadis itu, sikap anehmu semakin menjadi deh wit" ucap Seto.

Bram menghentikan langkahnya dan menatap sebal ke arah Seto, "bisa nggak, manggilnya jangan wit, kau kira aku ini cabe rawit?" ucapnya.

Seto hanya nyengir kuda, "hehe santai bro itu kan namamu juga" jawab Seto

Bram hanya menghela napasnya kasar dan meninggalkan sahabatnya lagi.

"Kebiasaan banget yah si Bram suka ninggalin orang" sebal Brian.

"Bram tungguin kita kenapa sih " teriak Seto dan mereka berdua pun menyusul Bram.

___Skip___

*** Bel Pulang Sekolah Berbunyi ***

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Para siswa dengan segera merapikan alat tulisnya dan bergegas untuk pulang.

"Namtan kamu pulang naik apa?" ucap Carlin menghampiri Namtan.

Namtan yang sedang merapikan alat tulisnya menoleh ke arah Carlin. "Naik grab paling, kamu?" tanyanya balik

"Dijemput, mau bareng nggak kebetulan jemputanku udah sampe." jawab Carlin

Namtan menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Nggak usah, duluan aja aku mau piket tadi pagi nggak sempet". Ucapnya.

Carlin merasa tak enak hati meninggalkan Namtan sendirian di kelas. "Nggakpapa aku tinggal?" tanyanya.

Namtan menganguk, "Iya nggakpapa, udah sana nanti jemputanmu nunggu lama" ucapnya seraya menggerakan tangannya mengusir.

"Ya udah aku duluan ya" ucap Carlin dan melambaikan tangannya.

Namtan tersenyum dan membalas lambaiannya, "Oke hati-hati."

Tepat setelah Carlin meninggalkan kelas, notifikasi handphone Namtan berbunyi. Dia melihat ada pesan WhatsApp masuk dari nomor yang tidak dikenal. Namtan mengerutkan dahinya, 'ini siapa?' batinnya.

+6281234567878

Dimana?

N : Ini siapa?

Bram

N : Kak bram? Kenapa kak?

Dimana?

N : Siapa kak?

Ibu

Ibuku

Dimana ibuku?

N : Kok tanya aku?

Ya mana saya tau saya kan ikan

Udah cepetan dimana?

N : Siapa yang dimana kak?

Istriku

N : Hah???

Kamunya yang dimana astaga

N : Aku?? Dikelas kak

Pulang

Aku antar

Gratis nggak usah bayar

N : Nggak usah kak aku bisa naik grab

Nggak terima penolakan

Aku tunggu diparkiran

Namtan mengangkat bahu tak peduli, 'Kak Bram becanda kali' batinnya. Kemudian Namtan mengambil sapu dan mulai membersihkan kelasnya tanpa mempedulikan Bram yang ternyata memang menunggunya diparkiran. Pukul 15.20 Namtan sudah selesai dengan pekerjaannya. Lalu ia mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja. Namtan kemudian membuka handphonenya dan betapa terkejutnya ada beberapa pesan yang dikirimkan oleh Bram.

+6281234567878

Semedi di kelas?

Nggak mau pulang?

Lama banget

N : Loh kak Bram belum pulang?

N : Aku tadi piket kelas dulu kak

Buruan ke sini

N : Kak Bram kenapa nunggu?

N : Kan aku bisa naik grab pulangnya

Bawel

Cepetan

Nggak ke sini aku nggak pulang

N : Loh kak jangan

N : Oke aku ke sana

Setelah membalas pesan dari Bram, Namtan memasukan handphonenya ke dalam tas dan segera berlari menuju parkiran sekolah.

Você também pode gostar

Istri Kecil CEO Tampan & Dingin

S1. Arjun adalah CEO yang dingin saat masa lalunya pergi darinya. Arjun bahkan bersumpah jika dirinya akan menikah dan memiliki empat orang istri di depan masa lalunya. Wanita yang pertama dinikahi oleh Arjun bernama Nike, istri kedua Nurul, istri ketiga bernama Nurma, dan istri keempat bernama Dinda. Arjun menikah dua kali lagi setelah istri ketiganya meninggal dunia dan juga istri keduanya di ceraikan nya. Salah satu dari kedua istrinya yang baru adalah masa lalu dari Arjun yang sangat ia cintai dan itu membuat Dinda sangat cemburu. Cara Setelah beberapa tahun kemudian Arjun menceraikan istri dari salah satu istri yang baru itu untuk hidup berbahagia dengan laki-laki yang sangat di cintanya. Bisnis. Dari ketiga istrinya tidak ada yang bisa menarik perhatian dari Arjun dan juga Arjun meniduri salah satu dari ketiga istrinya, hingga akhirnya Arjun jatuh cinta pada istri keempatnya yaitu Dinda. Dari Dinda lah Arjun merasakan dicintai dengan tulus mencintai Arjun. Dinda dan Arjun dikaruniai dua orang anak. Keduanya pernah terpisah, lamanya empat tahun mereka terpisah karena ulah dari adik sepupu Arjun yang jahat. Setelah kejadian itu Dinda lah yang menjadi istri satu-satunya Arjun. Arjun dan Dinda di karunia dua orang yang pertama bernama Rifki dan yang kedua bernama Titah, kedua anak Arjun dan Dinda hanya berbeda lima tahun. S2 Rifki terpaksa menikah karena ancaman pamannya (adik sepupu dari ayahnya), apa bila dia tidak mau menuruti permintaan pamannya akan memberhentikan semua pengobatan ayahnya. Ayahnya harus mencangkok jantung demi ayahnya tetap terus hidup dan juga menunggu ayahnya sampai mendapatkan jantung yang cocok maka pamannya yang membiayai berobat ayahnya. Titah di jodohkan oleh anak dari mantan istri ketiga ayahnya tentunya setelah paman mereka mati di bunuh oleh putrinya sendiri dengan perintah dari suaminya. S3 Rizky adalah anak satu-satunya Rifki yang takut sekali dengan wanita, setiap ada wanita yang mendekat padanya Rizky langsung lari ketakutan. Sampai akhirnya Rizky bertemu dengan Tasya lalu kemudian Rizky memilih menikah dengan Tasya. Sementara Titah memilih tinggal di luar negeri bersama dengan suaminya mengurus perusahaan atau bisnisnya di sana bersama dengan ketiga anaknya setelah Arjun dan Dinda meninggal dunia. Dan beberapa tahun berlalu Titah dan suaminya memilih untuk kembali ke indonesia, dan juga mengurus perusahaan nya yang ada di indonesia.

Daoistovzdb · Outros
Classificações insuficientes
84 Chs