‘Takdir yang saling menarik dua orang atau lebih, untuk bertemu di satu titik yang sama.’
Se Jun dan Jae Won melanjutkan obrolan di salah satu bangku panjang di taman, cukup sepi untuk membicarakan hal penting. Karena kebanyakan anak-anak bermain di tengah lapangan. Su Hyun dengan senangnya melambaikan kedua tangannya ke arah mereka setelah berhasil memasukan bola ke gawang.
“Bagaimana Hyung bisa selamat? Aku kira kau sudah hancur akibat ledakan.” kata Se Jun tak bisa lagi mengekspresikan rasa syukurnya.
Saat itu Jae Won melihat ke enam rekannya sedang tertidur lelap, ia merasa haus lalu keluar dari lumbung untuk mencari air. Ketika ia kembali lumbung sudah hangus terbakar, dan yang tersisa dari teman-temannya hanya tubuh robot menghitam akibat terbakar api. Jae Won sangat terpukul, dalam ketakutannya ia tergesa-gesa mengubur rekan-rekannya di ladang tak jauh dari lumbung.
Jae Won yakin seseorang telah diperintahkan untuk menghancurkan para humanoid yang kabur. Jae Won telah mengakibatkan yang lain meninggal sebelum mengetahui kebenaran akan identitas mereka. Beberapa hari dia kehilangan arah dan terus menyalahkan dirinya.
“Se Jun-ah, ketika aku siap aku akan memberitahukan yang sebenarnya. Maaf aku belum menemukan kakakmu,” sesal Jae Won.
“Mau bagaimana lagi dia sudah diadopsi enam belas tahun lalu, dan delapan tahun kemudian aku dinyatakan menghilang setelah pulang sekolah, aku tidak yakin robot sepertiku pernah bersekolah.” pikir Se Jun tak bisa mengingatnya mungkin dia akan percaya bila ingatan tentangnya yang pernah sekolah masih ada, ia menambahkan, “Hyung apa aku mengalami amnesia?”
“Kita semua tidak mengingat masa lalu, aku baru tahu bahwa aku memiliki seorang anak bernama Choi Su Hyun dan istri setia seperti Kim Yoo Na... mereka hidup dengan keras setelah kepergianku yang Yoo Na tahu aku bekerja keluar kota, namun tak pernah kembali lagi.” jelas Jae Won dengan penuh amarah, ia ingat Profesor Park menawarinya pekerjaan dan berjanji akan melunasi semua hutangnya, memastikan anak istrinya hidup baik. “Semua itu bohong...” desis Jae Won mencoba menahan amarahnya.
“Bohong, apa yang terjadi Hyung? Jelaskan padaku kenapa robot bisa memiliki keluarga?” tanya Se Jun kebingungan, tapi ketika itu bola menggelinding ke arah mereka, disusul suara Su Hyun yang meminta mereka untuk bergabung dan melakukan pertandingannya sekarang.
ΘΘΘ
“CUT!”
Cha Hee Yeon berterima kasih pada lawan mainnya dan seluruh staff yang bekerja, terutama sutradara. Matanya tertuju pada Se Rin yang tengah duduk di sebuah kursi ditemani Seung Woo yang sedang memayunginya. Se Rin melambaikan tangan pada Hee Yeon sembari tersenyum tipis.
Langkah Hee Yeon dihalangi sutradara, sepertinya ia sangat puas dengan hasil kerja Hee Yeon. Sampai-sampai Hee Yeon harus menghentikan ocehan berbau pujian untuknya dengan kata maaf karena temannya sedang menunggu. Barulah sutradara tersadar, ia melihat aktris lain yang dikenalnya sedang tersenyum ke arahnya.
“Dasar payah,” desis sutradara ditujukan pada Se Rin, mereka pernah bekerja sama dalam sebuah film dan hasilnya tak memuaskan bisa dibilang gagal total, saat itu Se Rin masih seorang pendatang baru dan keahlian aktingnya cukup buruk.
“Kim Se Rin, apa kau sedang tidak ada kerjaan sampai harus mengunjungiku di lokasi syuting?” sapa Hee Yeon duduk di kursi lain. Hyo Jung segera memberinya sebotol minuman.
“Terima kasih Eonni,” kata Hee Yeon singkat setelah menerima botol.
“Aku juga sibuk tahu, kebetulan saja lokasi syuting kita berdekatan dan aku memutuskan untuk menemuimu. Seharusnya kau bersyukur memiliki sahabat pengertian sepertiku,” bela Se Rin.
“Kebetulan apanya, aku harus berkendara selama satu jam.” Seung Woo menggerutu.
Tak butuh waktu lama, Se Rin dan Hee Yeon sudah terlarut dalam perbincangan seru. Kali ini bukan tentang Min Ho ataupun soal pekerjaan yang menyulitkan tapi sosok berbeda yang ditemuinya sebagai tetangga baru. Semua yang berhubungan dengan Oh Se Jun, dari pertemuan kembalinya mereka, menyanyikan lagu penghantar tidur sampai kehidupan malang Se Jun yang kehilangan orangtuanya.
“Dia begitu polos, wajahnya memang enak dilihat, entah kenapa aku selalu melakukan sesuatu tanpa sadar. Bernyanyi untuk seseorang di tengah malam, sungguh itu bukan tipe Kim Se Rin!”
Seung Woo berdecak mendengar ocehan Se Rin. “Bukannya tadi dia bersikeras mengatakan kalau aku lebih tampan, tapi sekarang,”
“Mungkin kau merasa nyaman berada di dekatnya.” tebak Hee Yeon.
“Se Rin-ah kau pegang saja sendiri payungmu, aku sudah tak tahan mendengar ceritamu itu.” Seung Woo menengahi, memberikan payung pada Se Rin kemudian beranjak pergi.
Se Rin menatap tajam kepergian Seung Woo, “Aku juga tidak tahan melihat wajahmu terus!”
Hee Yeon berdehem, pasalnya ia tahu perasaan Se Rin terhadap Seung Woo. “Dengar kau itu memang mudah jatuh cinta asalkan laki-laki itu tampan maka kau akan bilang bahwa kau menyukainya, lihatlah setelah kau mengetahui Min Ho tidak berniat untuk menikah denganmu kau memutuskannya dan mendapatkan masa-masa sulit darinya. Kau harus bisa mengendalikan dirimu dan yakinkan hatimu dulu sebelum menyimpulkan bahwa kau mencintai seseorang....” cerocos Hee Yeon tak ingin sahabatnya itu mengambil jalan yang salah lagi.
“Kapan aku seperti itu, aku bukan playgirl,” sanggah Se Rin.
“Kim Do Yun yang dulu pernah berduet denganmu,” Hee Yeon melipat satu jarinya, “Lalu ada Kang Da Won pemilik agensi muda itu, aktor tampan Cha Eun Min, dan jangan lupakan mantan terbarumu….” lanjut Hee Yeon berhenti di jari tengah, kembali melipat jari manis sambil menambahkan, “Min Ho, kau mau aku mengabsen semuanya!”
Se Rin berdehem. Apa yang dikatakan Hee Yeon ada benarnya juga, ternyata ia memang seorang playgirl, namun Se Rin tak ambil pusing.
“Akukan hanya bilang dia memiliki wajah yang enak dilihat, itu pun Seung Woo yang bilang duluan,”
“Lalu kau mulai menyadari bahwa Oh Se Jun ini tampan, begitu.”
“Aku akan mencoba mendekatinya.” Se Rin bertekad untuk mencari tahu tentang Se Jun, mengapa laki-laki itu bisa tinggal di sebelah rumahnya.
“Terserah kau saja.” desis Hee Yeon kesal karena setelah dia mendengarkan sahabatnya, lalu memberi nasihat tetap saja keputusan ada pada Se Rin, jadi untuk apa dia memberi saran jika akhirnya selalu seperti itu. “Jangan meminta pendapatku lagi tentang kehidupanmu!” ia menambahkan seraya memalingkan wajahnya dari Se Rin.
“Ada yang aneh dengannya, tidak seharusnya dia tinggal bersama Harabeoji.” ujar Se Rin menggelengkan kepala ragu.
Hee Yeon mulai dibuat jengah. “Kau bilang dia cucunya, jadi wajar kalau tinggal bersama!”
Sementara Seung Woo sudah lama menjauh dari kedua wanita itu. Ia asyik mengobrol dengan Hyo Jung. Keduanya terlihat malu-malu dan tersipu. Terkadang tertawa, dan saling melontarkan guyonan.
ΘΘΘ
Matahari senja menyinari sore itu, hembusan angin sedang mampu menggugurkan sisa daun yang masih menempel di ranting-ranting pohon. Tahun ini bulan september terasa lebih ramah dan tenang. Walau telah membuat banyak helai daun terjatuh menghiasi tanah.
Selintas terlihat tak akan ada kesedihan di saat musim gugur karena setelahnya akan ada musim semi yang menghibur mereka, setidaknya itu yang dipikirkan sebagian orang sama seperti Jae Won. Untuk sekarang dia tidak ingin merusak kebahagian yang baru dirasakan Se Jun, tentang betapa baiknya mereka hidup seperti manusia lain.
“Permainanmu tak seburuk yang aku kira, dari mana kau belajar menendang bola?” Canda Jae Won setelah menerima kekalahan timnya, disaat Su Hyun kesal padanya dan mengatakan penyesalan karena telah masuk ke dalam tim ayahnya dan bukan Se Jun.
“Kita tahu itu gampang saja kalau kita dapat mengendalikan kekuatan bukan.” bangga Se Jun.
Itu sama sekali tak membuat Jae Won lega, dia tidak bisa mengatakan yang sejujurnya pada istrinya tentang kemana ia pergi dan apa yang telah terjadi padanya. Bahkan setelah melihat betapa senangnya Se Jun, ia mengigit bibir bawah semakin enggan memberitahu kebenaran mengenai humanoid.
“Kau memang benar, setelah kabur dari pabrik kita bukan lagi mesin pekerja tapi kita manusia. Ingat itu, kita adalah manusia, jangan pernah menggunakan kekuatan jika bukan sesuatu yang mendesak.” kata Jae Won dengan sangat serius.
Se Jun merasa ada yang tak beres dengan suasana serius yang mendadak tercipta, ditambah sedikit menakutkan baginya, terdengar seperti peringatan. “Hyung... santai saja, aku tahu itu.”
“Ah maaf aku hanya takut kau akan mendapat masalah dengan kekuatanmu itu, karena aku pernah berkelahi dengan seseorang, sudah jangan dipikirkan ... kau tinggal di mana? Biar aku antar.” tanya Jae Won tak mungkin membicarakan perkelahiannya dengan pemburu humanoid.
Sebelum Se Jun dapat menjawab, Su Hyun menghampiri mereka, mengatakan bahwa sudah waktunya dia mandi dan ibu menyuruhnya mandi dengan ayah. Setelah itu barulah Se Jun memberitahu tempat tinggalnya tak terlalu jauh hanya harus naik bus dua kali, dia juga memiliki keluarga yang menunggunya di rumah, seorang kakek tua baik hati, penuh kasih sayang dan juga kaya.
Jae Won menanggapinya dengan antusias, kelak dia ingin bertamu dan mendapat beberapa camilan dengan secangkir teh. Digendongannya Su Hyun yang menyahut akan ikut juga bersama ibunya, jadi Suhuyun meminta agar Se Jun menyiapkan burger dengan double cheese untuknya.
“Tentu saja, aku akan memberimu dua burger ditambah kentang goreng.” Se Jun mencubit gemas pipi Su Hyun.
“Sampai jumpa.” pamit Su Hyun tangannya bergerak-gerak cepat.
“Hati-hati di jalan.” imbuh Jae Won.
“Oh iya Hyung, istrimu sangat cantik.” Bisik Se Jun pelan, kemudian melangkah pergi sembari melambaikan tangan. “Aku akan segera mengunjungimu lagi Hyung!” Mungkin hari ini tak bisa dilupakannya, ia begitu senang sampai tak bisa berhenti tersenyum.
Tak jauh dari gerbang panti asuhan. Park Chan Yong menatap bergantian Se Jun dan Jae Won.
“Aku menemukannya, HMD07.”
ΘΘΘ