"Ya, seperti nya ada benarnya katamu." Kata Lyra dengan antusias.
Sebuah buku tebal yang misterius, tiba - tiba saja muncul di depan mereka. Buku itu terbuka, dan terdapat cahaya yang terang. Steve dan Lyra melirik satu sama lain dan berjalan perlahan mendekati buku itu. Buku tersebut langsung bermunculan kata - kata dari beberapa lembaran buku.
"Kesetiaan kalian sedang di uji. Berhati - hatilah."
Buku itu pun langsung tertutup dan menghilang. Steve dan Lyra yang membaca itu mencoba berpikir apa yang dimaksud oleh buku tersebut.
"Apa maksudnya? Kesetiaan kalian sedang di uji?" Lyra mencoba berpikir keras agar bisa menemukan jawabannya.
"Entahlah, yang jelas ini mungkin sebuah peringatan." Jawab Steve.
"Aku rasa juga begitu."
Cahaya terang mulai menyelimuti mereka. Artinya mereka akan segera terbangun dari tidur.
"Sudah waktunya." Kata Lyra tersenyum kepada Steve.
"Ya, kamu benar." Jawab Steve.
Mereka mulai menutup mata, dan menggenggam tangan dengan erat satu sama lain.
....
"Hoam... Kenapa begitu sulit?" Kata Lyra yang sedang berpikir tentang isi buku besar itu.
Lyra beranjak dan mempersiapkan diri nya untuk bergegas pergi ke perusahaan bersama Steve. Steve yang berusaha mengingat - ingat mimpi semalam, mencoba menulisnya kedalam sebuah buku.
"Semoga saja petunjuk - petunjuk yang hadir dalam mimpi dapat berguna." Guman Steve.
Steve segera turun bersamaan dengan Lyra yang berjalan turun menuju ruang makan.
"Ibu aku ingin bertanya, cincin berlian yang aku berikan pada Lyra. Apakah ibu pernah melihatnya?" Tanya Steve langsung.
"Cincin nya seperti apa?" Tanya Ibu Steve.
"Cincin emas berlian. Aku pernah memberikan itu pada Lyra di masa lalu."
"Ah, pernah. Setahu ibu, karna itu sudah sangat lama. Pasti cincin itu masuk ke sebuah museum." Kata Ibu Steve yang berpikir.
"Bagaimana bisa masuk museum?" Tanya Lyra.
"Simple saja, cincin itu sudah sangat lama, dan juga cincin itu sangatlah indah. Yang terdapat berlian yang mempercantiknya. Mungkin saja cincin itu ada di museum." Jelas Ibu Steve.
"Mungkin saja, aku akan mengunjungi museum hari Minggu bersama Lyra. Bagaimana Lyra? Apa kamu pergi ke museum untuk mencari cincin itu?" Tanya Steve.
"Tentu saja, aku mau melihatnya lagi." Sahut Lyra.
Kemudian Ibu, Steve dan Lyra mulai memakan sarapan mereka bersama - sama.
....
Nada dering telepon terus berbunyi mengganggu Lexa yang sedang tidur.
"Siapa yang menelepon sepagi ini?"
Dengan mata tertutup, Lexa menggapai ponselnya. Perlahan - lahan Lexa membuka matanya dan melihat siapa yang menelepon nya. Lexa langsung membenarkan posisinya lalu mengangkat telepon itu.
"Halo, ada apa menelepon pagi - pagi?" Kesal Lexa.
"Halo aku ingin, menjemput mu. Apa tidak boleh?" Jawab Zico.
"Aku masih belum siap - siap. Kenapa mendadak sekali memberitahu kalau kamu mau jemput?" Kata Lexa dengan mata yang kembali menutup.
"Sana siap - siap dulu, jam 7.30 aku akan menjemputmu." Zico langsung mematikan teleponnya. Lexa melihat jam di ponselnya, yang menunjuk pukul 7.00, dengan terburu - buru Lexa masuk masuk ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri.
....
"Ibu, aku berangkat dulu ya." Kata Steve dan Lyra serentak.
"Iya nak, hati - hati di jalan ya."
"Iya Bu, tenang saja. Anakmu ini pandai menjaga calon mantu Ibu." Kata Steve dengan mengedipkan mata nya sebelah kanan.
Ibu Steve dan Lyra hanya tertawa mendengar kata Steve. Lyra dan Steve masuk ke dalam mobil. Steve langsung menghidupkan mobilnya. Dan pergi ke perusahaan.
"Sepertinya tidak ada jadwal." Kata Lyra yang masih mengecek kalender di laptopnya.
"Mungkin hari ini, kita dapat mengunjungi museum. Jika tidak ada halangan." Kata Steve.
....
Sesampainya di kantor, Steve memakirkan mobilnya. Dari kejauhan mobil Zico berhenti di depan perusahaan Steve. Lalu keluarlah Lexa dari mobil Zico.
"Terima kasih banyak tumpangannya." Kata Lexa dengan senang.
"Sama - sama." Zico langsung pergi meninggalkan Lexa.
Lxa kemudian masuk ke dalam perusahaan, dan bertemu dengan Steve dan Lyra.
"Pagi..." Sapa Lexa senang.
"Pagi juga." Sapa balik Lyra, dan Steve hanya menganggukkan kepalanya.
Lexa kemudian duduk di meja kerjanya, sedangkan Steve dan Lyra harus naik lift untuk sampai ke lantai atas yaitu ruangan mereka. Sesampainya di ruangan kerja, mereka sibuk mengerjakan pekerjaannya masing - masing. Berselang beberapa waktu, pekerjaan mereka teratasi.
"Selesai juga. Senang rasanya jika perkerjaannya selesai." Kata Lyra sambil merenggangkan otot - otot nya.
"Iya, aku akan memerintahkan seluruh karyawan dan staff untuk pulang cepat hari ini." Kata Steve yang ikut senang.
"Baiklah."
....
Tiba - tiba terdengarlah dari sebuah pengumuman dari pengeras suara.
"Perhatian, hari ini kalian semua bisa pulang cepat di karenakan pekerjaan telah selesai. Sekian terima kasih."
Semua karyawan disana sangat senang karena dapat pulang lebih awal.
"Ayo Lyra kita pergi ke museum itu, siapa tahu kita dapat menemukan cincin itu disana." Ajak Steve dengan senang.
"Iya ayo, aku harap cincin yang kita cari ada disana."
Steve dan Lyra berjalan menuju parkiran, dengan semangat penuh harap. Steve menghidupkan mobilnya dan pergi ke museum yang tidak jauh dari tempat perusahaan milik Steve.
....
"Ini museumnya."
"Iya, ayo masuk ke dalam." Ajak Steve.
Tampak lumayan banyak pengunjung yang mengunjungi museum tersebut. Steve dan Lyra mengambi kertas panduan tentang ruang yang berada di dalam museum di meja penjaga museum.
"Dari sini kita harus berjalan lurus dan berbelok ke kanan." Kata Lyra yang memperhatikan kertas panduan dengan serius.
Mereka berdua menyelusuri ruang di dalam museum, tampaklah cahaya emas yang sedang menghampiri mereka berdua. Steve dan Lyra berniat untuk mengikuti cahaya itu. Dari menyelurusuri ruangan, hingga akhirnya berhenti disebuah ruangan yang terdapat berbagai perhiasan yang sangat indah.
Cahaya emas itu, menuntun mereka kepada sebuah cincin. Dan cincin itu yang mereka cari.
"Ketemu, ini adalah cincin nya. Sangat indah." Kata Steve dengan senang. Seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan cokelat.
Lyra memperhatikan cincin itu, dan membuka kotaknya. Lyra kemudian mengambil cincin tersebut dan melihat terdapat inisial S dan L. Seketika kepala Lyra pusing. Bermunculan gambar - gambar acak di kepalanya.
Lyra melihat dirinya terbunuh saat melindungi Steve. Cincin itu terkubur bersama dirinya. Namun, terlihat seorang laki - laki lain. Namun Lyra tidak ingat jelas dengan wajahnya seperti apa.
Steve yang melihat itu langsung menopang tubuh Lyra agar tidak jatuh pingsan. Steve memegang cincin yang di pegang Lyra. Dan meletakkan kembali pada tempatnya. Untung saja, pusing di kepala Lyra seketika hilang.
Lalu datang lagi cahaya emas. Dan membentuk rangkaian kata - kata yang dapat dibaca.
"Perlahan... Akan berubah..."
Cahaya itu pun langsung hilang lagi entah kemana. Lyra yang masih linglung, tiba - tiba jatuh pingsan. Steve segera membawa Lyra keluar dari museum dan membawa Lyra pulang ke rumahnya.
....
Sesampainya dirumah, Ibu Steve tampak mencemaskan Lyra. Begitu pula dengan Steve yang sedari tadi duduk di samping tempat tidur Lyra. Perlahan mata Lyra terbuka. Steve senang karena Lyra sadar dari pingsan nya.
"Aku kenapa?" Tanya Lyra.
"Kamu pingsan Lyra." Jawab Steve yang khawatir.
"Aku lihat seseorang." Lirih Lyra.
"Siapa dia? Katakan?" Tanya Steve.