webnovel

Bunkasai 2

Hari ini hari kedua Bunkasai diadakan, kami pakai dress code yang sudah di tentukan yaitu baju kaus putih dengan rok sekolah sebagai bawahan, kaus dari panitia hanya dipakai saat pembukaan dan penutupan Bunkasai besok jumat.

Aku sedang duduk di meja makan bersama ayah dan Irin, sedangkan mamah sedang bikin teh hangat untukku, tadi malam karena aku ketiduran, aku jadi melewatkan makan malam dan berbuah omelan mamah pagi ini ketika aku baru turun dari kamarku. Jadi saat ini sudah ada nasi goreng di depanku yang harus ku habiskan karena mamah takut maag-ku kumat lagi.

Lambungku memang sering bermasalah, dan bisa dibilang maag yang kuderita sudah agak akut karena kalau sudah kumat, sudah bisa dipastikan aku malah tidak lagi bisa makan nasi dan hanya muntah seharian juga tak jarang nyeri perutku sangat hebat sampai harus opname di rumah sakit.

"Temanmu jemput lagi Ray?" tanya mamah padaku.

"Enggak mah, nanti Bimo yang anter" jawabku setelah menelan suapan terakhirku.

"Ooh..mau bawa bekal nasi biar nanti gak kerepotan pas makan siang?" tawar mamah karena seperti yang ku bilang tadi, mamah takut maag-ku kambuh.

"Gak usah mah, guru-guru beliin nasi bungkus nanti pas waktu makan siang. Ada uang makan dari sekolah kok mah" Jawabku sambil meyesap teh hangat yang baru dibuatkan mamah.

"Ooh..jangan sampe lewat makan siangnya Ray, tadi malam sudah gak makan." Mamah mengulang omelannya tadi lagi padaku.

"Iyaa mamah..."

"Mbak, sampe hari apa acaranya?" Irin yang sedang makan sarapannya ikutan nimbrung dalam obrolan.

"Sampe jumat, kenapa?"

"Gak apa-apa pengen nonton kesana"

"Yaudah kesana, kan bisa pas pulang sekolah, acaranya sampai sore kok."

"Iya deh nanti ajakin temen Irin"

"Oiya! yah, kemaren Raya ketemu mas Bara di UGM"

Ayah mengalihkan matanya padaku dari koran yang dari tadi di bolak-balik.

"Belum lulus dia?" tanya ayah.

"Hehehe belum yah, gak usah dibahas katanya pas Raya ledekin haha"

"Hahaha...gimana Bara kabarnya?" mamah yang juga dekat dengan mas Bara mulai ikut nimbrung.

"Baik kayaknya sih mah, makin tua aja dia hahaha" jawabku pada mamah yang juga ikut terkekeh.

"Suruh main kesini kalo ketemu lagi" kata ayah padaku.

"Udah kemaren yah, Raya suruh mampir kerumah tapi mas Bara sok sibuk"

"Irin kangen mas Bara deh, dulu suka bawain bubur ayam ke rumah"

"Hahaha...kamu kangen mas Bara apa bubur ayamnya?" ledekku pada Irin

"Hahahaha..bubur ayamnya!" jawabnya asal.

"Kamu mah enak dibawain bubur ayam, kalo mbak Raya dibawin kayu lapuk" sungutku teringat kelakuan mas Bara yang menyebalkan.

"Hahaha..iya ya, Bara panggil kamu 'Rayap'. kata mamah menirukan mas Bara.

Seketika kami tertawa. Setelah menghabiskan teh hangatku, aku kemudian bangkit dari kursi untuk keluar karena Bimo sudah berada di teras rumahku.

"Nih makan buat sarapan" katanya sambil menyodorkan keresek putih padaku.

"Apa nih?" ku sambut bungkusan itu lalu membukanya untuk melihat isi di dalamnya, ternyata risolles.

"Risolles"

"Lah beli dimana pagi-pagi gini?"

"Mama yang mesan kemarin"

"Buat aku?"

"Iyaaa...makan buruan, tadi malem gak sempet makan kan?"

"Waah...bilangin makasih ke tante, tapi aku udah makan nasi goreng barusan"

"Ooh..yaudah bawa ke tempat lomba aja"

"Iya deh"

"Udah mau berangkat?" Mamah datang dari dalam untuk menemui Bimo yang menjemput aku.

"Eh, iya tante ini mau berangkat. Pamit ya tante.." Kata Bimo pada mamah.

"Iya, hati-hati Bim, Raya juga hati-hati. jangan telat makan" mamah mewanti-wanti.

"Iya mamaah..." ujarku seraya salim diikuti Bimo.

Kami segera berangkat, kali ini tentu saja beda dari saat di bonceng Rangga, aku pegangan pada Bimo seperti biasanya dan tak pelu duduk terlalu jauh di ujung jok belakang, nyaman!

Sampai di FKIP-UGM, Bunkasai sudah nampak ramai dan lumayan padat karena hari ini lomba Cosplay akan di gelar, lomba yang paling banyak peminatnya dan paling di tunggu. Bimo menggenggam tanganku sembari jalan menuju stand sekolahku, risollesnya dia yang bawa pakai tangan kirinya. Saat di stand, sudah ada Rangga di sana bersama beberapa anak ekskul Tari yang akan jadi peserta lomba cosplay dan sedang bersiap-siap. Nisa dan Rina juga sudah di tempatnya.

"Udah pada sarapan?" Bimo bertanya sembari meletakkan risolles yang jumlahnya memang cukup banyak di dalam bungkusan itu ke atas meja.

"Widiiih...boleh dimakan kan?" Rina langsung tergerak untuk membongkar bungkusan itu, dia dan Bimo sekelas jadi memang tidak mungkin canggung.

"Gak boleh, diliatin aja Rin sampe kenyang" balas Bimo pada pertanyaan Rina yang absurd dan disambut gelak semua anak disana, sedang Rina hanya cengengesan.

"Minta ya, jarang-jarang dibawain risolles sama Bimo" Nisa yang sepertinya juga belum sarapan ikut mengulurkan tangannya mencomot satu buah risolles di meja.

"Itu punya Raya" ujar Bimo.

Ooh.." balas Nisa.

"Makan aja, aku udah sarapan tadi dirumah." ujarku mempersilahkan.

"Aseeeek" salah satu dari mereka berkomentar lalu seperti sudah di komando, mereka berbarengan mengambil sampai tandas dan hanya bersisa kantong plastiknya saja.

Bimo dan aku memilih duduk di sebuah kursi yang terletak di sudut dinding, karena stand sekolahku memang kebagian di ujung koridor. Bimo masih pegang tanganku sedari tadi, belum ia lepas walaupun hanya sebentar seolah mau menunjukkan kalau aku ini sudah ada yang punya, aku sih senang-senang saja. Hehe

"Udah jam segini, gak balik ke sekolah?"

"Hmm..mendadak males" jawab Bimo dengan cengiran kuda nya.

"Gak boleeeh...jangan bolos, harus sekolah" ujarku tegas padanya.

"Issh...yaudah lah aku juga bingung disini mau ngapain, gak paham sama Jejepangan" kata Bimo sambil beranjak dari duduknya.

"Yaudah ati-ati di jalan. Jangan ngebut Bim" ucapku padanya.

"Iya yang, aku pergi ya.." kata Bimo sambil melambaikan tangannya sejenak padaku lalu melangkah menjauh menuju tempat dimana motornya terparkir.

Setelah Bimo tak lagi nampak, aku mulai ikut membantu teman-teman yang lain mempersiapkan diri, membenahi kostum peserta cosplay dan mengoles make-up sederhana ke wajah mereka.

Setelah semua siap para peserta di haruskan berada di area lomba cosplaynya sebab nanti saat lomba dimulai, mereka harus berpose untuk di foto oleh fotografer yang sudah di sediakan, dan nanti hasil fotonya juga jadi penilaian oleh juri selain kemiripan kostum dan gestur peserta.

Pendukung dari sekolah kami sudah ramai juga hari ini memadati area perlombaan, Rina mengajak kami untuk ikut nonton sebentar karena stand juga sedang sepi dan pengunjung rata-rata akan berada di area lomba cosplay. Aku menyetujui idenya karena penasaran juga meskipun aku tidak paham soal cosplay atau soal anime dan sebagainya.

Kami bergabung dengan kawan-kawan sekolah kami yang sudah lebih dulu di sana untuk mendukung, Dwi juga disana tapi kali ini Bayu tidak ada. Karena kondisi penonton hanya diberi ruang untuk berdiri saja tanpa disediakan tempat duduk untuk menonton, alhasil kami jadi berjubel dan agak desak-desakan karena barisan belakang pun ingin juga melihat kedepan dan mereka tak jarang mendorong-dorong, aku yang berada di bagian tengah barisan jadi otomatis ikut terdorong sampai beberapa kali merasakan badan seseorang yang menempel pada bagian belakang badanku bikin aku risih, karena jengah aku berbalik untuk bilang pada orang yang menempel itu agar memeberi sedikit ruang.

Saat aku berbalik, kulihat orang yang persis di belakangku adalah Rangga yang juga sedang celingukan memanjangkan lehernya agar bisa melihat ke depan, perasaanku agak tidak enak saat itu, aku memilih berdiri di area yang lebih banyak perempuannya karena takut berdesakan dengan laki-laki jadi kupikir orang yang nempel tadi adalah perempuan, tak kusangka itu adalah Rangga yang memilih berdiri di sini daripada di bagian yang lebih banyak anak laki-lakinya di sana. Memang sih barisan ini rata-rata adalah anak sekolah kami. tapi kan...

Dia mengalihkan matanya padaku dan tersenyum, jadi ku balas dengan senyum kaku, aku berusaha berfikir positif saja, mungkin dia tidak sengaja karena memang kondisinya sesak sekali.

Aku berbisik pada Rina di sebelahku untuk mengajak kembali ke stand saja karena rasanya sudah sesak sekali dan Rina setuju karena ternyata dia juga merasa gerah.

Tiba di stand, ternyata Dwi dan 2 orang teman kami lainnya memilih ikut dan menyusul kami, mereka bilang tak tahan harus berdesak-desak disana, mana ada yang bau ketek, itu kata Yanti. Kami terkekeh saja dengar keluhannya yang menggebu.

"Gila sih, cosplay anak Mandala bagus banget coy" Dwi berkomentar soal lomba tadi yang sempat ia tonton.

"Iya! setuju! Kalau kayak gini bisa kalah sekolah kita. Kenapa konsepnya gitu-gitu aja sih?" Yanti menimpali.

Kujawab dengan menaikkan bahuku pertanda aku juga tak paham soal itu, sedangkan kawanku yang lain jadi ribut mendebatkan bagaimana lomba cosplay itu akan berakhir dan siapa yang akan keluar jadi pemenang. Jujur saja, sebenarnya aku tak terlalu suka Jejepangan, yang aku suka hanya baca komik romance nya saja, selebihnya aku tak mengikuti. Jadi kalau mereka sudah bahas tentang hal-hal jepang, baik itu anime, manga, atau budaya nya aku akan tutup mulut dan hanya sok menaruh perhatian pada obrolan mereka padahal pikiranku sudah entah kemana.

Sama seperti saat ini, mereka masih menggebu-gebu membahas anime dan membuat aku hanya ikut-ikutan tertawa saat ada yang tertawa dan hanya manggut-manggut seperti orang bodoh.

"Ray, balik sama siapa nanti?" Dwi yang sudah memisahkan diri untuk duduk di sebelahku bertanya.

"Belum tau Wi, tadi sih dianter Bimo tapi belom ngabarin dia mau jemput apa enggak."

"Ooh..nanti sore aku balik sama Yanti soalnya, aku nebeng dia." ujar Dwi.

"Iya gak apa-apa Wi, liat nanti aja deh balik sama siapa aku."

Bunkasai hari ini masih sama seperti hari kemarin, lomba Cosplay pun sudah terlaksana dan kami akan menunggu hasilnya nanti saat penutupan. Aku masih saja banyak menganggur daripada bekerja karena hanya memang memamerkan karya mading saja tugas kami.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan kami juga sudah kelelahan karena hari ini pengunjung yang datang juga membeludak, lebih banyak dari hari kemarin. Sudah jam segini kami baru bisa duduk, dan tadi makan siang pun sudah jam 2 siang karena tak sempat. Kalau mamah tau bisa-bisa aku di coret dari KK.

"Mbak Rayaaaa"

Kulihat seseorang melambaikan tangan sambil memanggil namaku, dan ternyata itu Irin bersama ayah di sebelahnya, masih pakai seragam loreng kebanggaannya.

Aku balas lambaian tangannya lalu dia hampiri aku sambil menggeret tangan ayah yang dia genggam.

"Dari mana? Ayah udah pulang? Kok cepet?" tanyaku pada adik perempuanku yang jahil ini seraya salim cium tangan ayahku, Dwi juga melakukan hal yang sama.

"Dari rumah, ayah pulang cepet tadi jadi Irin ajak jemput mbak Raya deh."

"Masih lama Ray?" Kata ayah.

"Enggak, jam 5 sudah bubaran yah, ini lagi nyicil beresin barang" jawabku.

"Ooh yaudah ayah tunggu kalau begitu"

"Iya yah, sambil nunggu jalan-jalan aja dulu yah biar gak bosen"

"Iya yah! Ayok yah keliling, barangkali ketemu mas Bara!" cerca Irin semangat. Ayah hanya tertawa kecil karenanya lalu mengikuti Irin yang menggandeng tangan ayah, eh lebih ke nyeret ayah sih. Hehe

Aku segera menekan tombol dial pada nomor Bimo di ponselku untuk bilang jangan jemput karena aku pulang dengan ayah.

Tururut...tururut...tururut...klik

"Assalamualaikum Ray, udah selesai?"

"Waalaikumsalam...belum Bim, ini baru beberes. Tapi gak usah jemput Bim, soalnya ayah sudah disini sama Irin, jadi aku pulang sama ayah aja."

"Ooh..oke Ray, hati-hati nanti pulangnya. Bilang ayah jangan ngebut-ngebut."

"Hahahaha...kenapa gitu?"

"Bilangin nanti di tegur Bimo kalau ngebut-ngebut"

"Hahahah...yang ada kamu di jitak ayah"

"Hahahaha...gak apa-apa lah, yang penting kamu dan ayahmu selamat sampai rumah"

"Irin enggak?"

"Irin juga."

"Hahahah...iyaa deeh...aku bantuin anak-anak beberes dulu Bim"

"Hehe oke Ray"

"Dah Bim"

"Iyaa dah Ray"

lalu kumatikan telfonku dan cepat-cepat membantu Rina dan yang lain membereskan barang, setelah itu Irin dan ayah sudah kembali lagi kesini bertepatan dengan kami yang sudah selesai mengemas. Kami saling berpamitan untuk kemudian berpencar pulang kerumah masing-masing.

Karena letih aku tertidur di mobil selama perjalanan pulang dan kata Irin ayah tak mau membangunkanku jadi aku di gendong ayah di punggungnya sampai ke kamarku.

Aku bangun jam 8 malam saat mamah masuk kamar untuk menyuruhku makan malam takut aku kebablasan tidur lagi, jadi aku segera mandi dan makan setelah itu melanjutkan istirahat.

Besok juga pasti akan melelahkan...

Próximo capítulo