webnovel

Kekasihku adalah pria yang terbaik!

Sandra sangat berpengetahuan tentang metode serigala berbulu domba Kalina. Dia menggunakan trik untuk berpura-pura menjadi baik dan memenangkan simpati orang lain. Tapi dibalik senyumnya yang mencurigakan itu, dia menyembunyikan rencana yang pasti ditujukan untuk menjatuhkan Sandra.

"Minta maaf kepada Sandra" Nico tidak membalas perkenalan Kalina. Sorot matanya yang tajam masih tertuju pada sosok Diana yang berlindung di balik punggung ibunya.

Nico bukan orang bodoh. Ia telah bergelut di dunia bisnis yang dipenuhi orang licik sejak berusia belasan tahun. Tentu saja ia cukup familiar dengan orang semacam Kalina. Hanya dengan sekilas melihatnya pun ia tahu, bahwa wanita ini bermuka dua. Tapi justru karena itulah, Nico ingin sedikit bermain-main dengan wanita berbahaya ini.

Perlakuan dingin Nico membuat Sandra sedikit terkejut. Baru kali ini ada orang yang tidak tertipu dengan senyumannya. Ia tak menyerah dan langsung tertawa dengan ringan, "Benar. Diana ayo cepat minta maaf"

Kalina tidak pernah berpikir bahwa Sandra telah menemukan orang yang begitu kuat. Benar-benar seseorang yang tidak mudah untuk dihadapi olehnya sekalipun.

"Apa? Aku meminta maaf? Kepada Sandra?", Diana meledak untuk beberapa saat, namun dengan mengontrol nada bicaranya. Entah kenapa ketika berhadapan dengan pria itu, Diana tidak bisa berkata apapun semaunya. Tetapi tetap saja. Diana berusia lebih tua dari Sandra. Ia adalah kakaknya. Mana mungkin ia menundukkan kepala kepada adiknya itu? Harga dirinya seperti diinjak-injak..

"Diana. Bagaimanapun juga ucapanmu sudah keterlaluan. Bukan begitu caramu memperlakukan seorang saudara perempuanmu". Wajah tenang Kalina berubah menjadi kelam ketika menoleh ke arah putri kandungnya.

Mendengar perkataan ibunya, Diana menggeram. Kenapa ibu kandungnya malah bersikap lebih baik kepada Sandra, bukannya membela dirinya?

"Ibu kenapa selalu membela Sandra? Sebenarnya anak kandungmu itu dia atau aku?!."

Saat ini, Sandra seperti sedang menonton pertunjukan yang sangat menarik. Melihat ibu tiri dan anak kesayangannya yang biasanya terlihat kompak, menjadi terpecah-belah. Semua ini berkat Nico. Entah bagaimana cara Sandra berterima kasih pada kekasihnya itu.

"Cepat minta maaf." Kalina mengomel dengan marah.

"Tidak! Lebih baik aku mati saja!" Diana masih bersikap keras kepala. Ia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai seperti anak kecil, lalu melangkah pergi. Hanya saja sebelum pergi, dia menatap Sandra dengan ganas, seolah-olah ingin mencabik-cabiknya.

Melihat putrinya tidak mau bekerja sama dalam rencananya, Kalina benar-benar tidak berdaya, tetapi dia masih menahannya. Sebagai seorang ibu, bagaimana dia bisa kehilangan muka saat ini?

Wajah marah itu segera menjadi tenang, dan dengan segera dihiasi kembali oleh sebuah senyuman yang bagi Sandra begitu memuakkan. "Sandra, apakah ibu datang terlalu tiba-tiba hari ini? Kalau begitu, aku akan pulang dan membawa sesuatu lain kali. Sampai ketemu lagi."

Wanita itu pun berbalik dan berjalan dengan hati-hati dengan tangan di pinggangnya. Sepertinya lukanya karena kejadian beberapa hari yang lalu masih belum sepenuhnya pulih. Jelas sekali, ia sengaja memancing Sandra agar khawatir. Bagaimanapun juga, ia terluka karena mencoba melindunginya dari amarah suaminya yang luar biasa itu.

"Tidak ibu, tunggu. Hanya saja aku sedang tidak enak badan saat ini"

Nico terkejut mendengar ucapan Sandra. Dia tidak menyangka ternyata trik murahan ibunya itu berhasil mempengaruhinya. Ia lantas meyakinkan gadis itu untuk masuk ke kamar dan membiarkannya untuk menghadapi Kalina. Sebelum Sandra bereaksi, tangan kekar Nico langsung menuntunnya ke kamar tidur, tidak memberikan celah baginya untuk menghindar.

"Tetaplah disini. Serahkan semuanya padaku" ujar Nico sembari meletakkan Sandra ke tempat tidur.

"Kenapa? Apa kau yakin?" Sandra memandang Nico dengan cemas. Ia masih takut akan terjadi sesuatu yang akan menyudutkan Nico. Bagaimanapun Kalina adalah wanita licik yang begitu manipulatif. Bahkan Sandra pun tersadar bahwa dirinya hampir saja terpengaruh oleh trik ibu tirinya itu.

"Percaya saja padaku". Nico mengecup kening Sandra dengan lembut. Saat itu juga rasa khawatir yang ada di benaknya menghilang entah kemana.

Setelah melihat wajah Sandra menjadi sedikit tenang, Nico berbalik dan senyum di wajahnya pun menghilang. Dia berjalan dengan angkuh ke ruang tamu, kembali berdiri di hadapan Kalina. Sosoknya yang tinggi besar jelas membuat siapapun yang berdiri di dekatnya merasa sangat tertindas, bahkan wanita licik seperti Kalina juga ketakutan.

Sandra bangkit dari tempat tidur dengan rasa penasaran. Ia menempelkan telinganya di pintu, ingin mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi percuma, suaranya terlalu kecil, ia tidak bisa mendengar apapun. Tak lama kemudian, Nico kembali. Dia membuka pintu dan melihat Sandra yang berdiri diam di balik pintu. Saat ini ia seperti pencuri yang ketahuan ketika sedang beraksi. Nico terkekeh, lalu meraih lengan Sandra dan menuntunnya kembali ke tempat tidur.

"Kemana wanita itu?", Sandra menjulurkan lehernya dan melihat keluar pintu dengan rasa ingin tahu. "Dia sudah pergi?"

"Ya", jawab Nico singkat.

Jawaban singkat itu sudah cukup membuat Sandra terkejut. "Kok bisa? Apa yang kalian bicarakan? Dia tidak berkata hal aneh-aneh tentangku kan?"

"Tentu saja tidak", Nico menegakkan badannya. "Mana berani dia menghinamu di hadapanku?"

Sandra tertawa puas. Pacarnya yang satu itu benar-benar dapat diandalkan. Tidak ada seorangpun yang berani membuat masalah dengannya. Di mata Nico, mungkin Kalina hanya seperti tikus kecil yang tidak mengancam. Benar juga, jika benar Nico adalah seorang pengusaha, yang bahkan lebih sukses dari ayahnya, dia pasti sudah terbiasa berurusan dengan orang-orang seperti Kalina di sekitarnya. Tapi omong-omong soal itu...Sandra masih sama sekali tidak tahu apa-apa tentang latar belakang pacarnya itu.

"Kamu sungguh luar biasa", ujar Sandra dengan bangga. "Apa yang membuatmu begitu ahli dalam menghadapi orang semacam itu? Ceritakan padaku tentang latar belakangmu" Sandra ingin tahu bisnis macam apa yang dijalankan oleh Nico.

Kalau mengingat-ingat pengeluarannya hanya selama mereka tinggal bersama ini saja, pria ini sangat boros, seolah-olah dia dilahirkan untuk menghabiskan uang. Jelas sekali keluarganya pasti super kaya. Tapi tidak banyak konglomerat yang diketahui Sandra. Apalagi nama Nico terdengar begitu umum dan masih tidak menunjukkan jati dirinya sama sekali. Iya juga, selama ini pria itu tidak pernah memberitahukan nama lengkap ataupun nama keluarganya.

"Apa kamu sudah tidak sabar menikah denganku sampai-sampai ingin tahu latar belakangku?" Nico mencubit pipi Sandra dengan lembut. Pertanyaannya mungkin terdengar seperti candaan, tapi sebenarnya ia sangat serius. Tentu saja ia ingin menikahi Sandra. Tapi bagaimana dengan gadis itu? Apakah dia bersedia menikahinya?

Sandra tertawa, "Aku bahkan tidak tahu siapa kamu. Mana bisa aku menikahi seseorang yang bahkan tidak mau mengatakan nama lengkapnya kepadaku"

Di balik tawanya, Sandra menyembunyikan rasa malu yang hampir saja meluap keluar. Kata 'menikah' terus saja mengusik benaknya. Begitu mulut Nico mengucapkan kata itu, jantungnya seakan melompat ke tenggorokannya. Pria yang satu itu sungguh pandai membuat Sandra merasa lemas tidak akan bisa mengendalikan detak jantungnya.

"Kalau kamu tidak menikah denganku, lalu siapa yang ingin kamu nikahi?" Terus terang, Nico sedikit kesal dengan jawaban Sandra. Ia menundukkan kepalanya, berhenti lebih dekat ke wajah gadis itu, membuat hidung mereka menempel. Nafas keduanya saling menampar wajah satu sama lain. Arus hangat melonjak dari ujung hati Sandra, membuatnya panik.

"Itu kan terserah padaku nantinya", Sandra lekas mendorong tubuh Nico, namun tenaganya terlalu kecil dan hanya berhasil membuatnya menjauh beberapa sentimeter saja. "Aku mengantuk. Ayo tidur" Gadis itu berbaring membelakangi Nico, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merah. Tanpa ia sadari, usahanya untuk menggali lebih dalam latar belakang dari Nico kembali gagal. Ini semua karena cara Nico yang dengan liciknya mengalihkan pembicaraan. Sungguh curang.

Reaksi Sandra membuat Nico menjadi gelisah. Mengapa gadis itu masih ragu-ragu? Apakah sulit menjawab pertanyaan seperti itu?

"Dengar, kamu adalah milikku. Hanya aku yang bisa menikahimu"

Próximo capítulo