webnovel

Eps.17-ALASAN 2

•••

2028

-28 Agustus-

TV sedang menyajikan beritanya yang terbaru lagi dan lagi. Setelah selesai dengan pulau Sumatera dengan video mereka mempulangkan semua warga luar sebelum kejadian conference dimulai, TV melanjutkan siaran dengan beralih ke pulau paling timur, Papua.

Papua berpendapat sama dengan dua pulau lain, yakni Kalimantan dan Sulawesi untuk tidak menutup akses mereka rapat. Karena Papua paham, banyak sekali obat-obatan dan berbagai kebutuhan lain yang akan sangat berguna bagi kehidupan luar. Peneleniti di Papua berbondong bondong untuk menemukan obat yang pas untuk mengalahkan Urti-28.

Beberapa menit berlalu, siaran menunjukan hal yang berbeda lagi, sekarang diperlihatkan peneliti pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan sedang mengadakan pertemuan. Disebutkan bahwa mereka sepakat untuk memulai proyek membuat alat yang bisa menghentikan Urti-28. Mereka menyatakan juga bahwa proyek itu akan dilakukan di Kalimantan, di sebuah lab rahasia.

Gue dan Bi Sumi hampir 2 jam berada di ruang tengah untuk memerhatikan isi berita di TV. Lero hanya sibuk bermain di bawah karpet dengan mainan-mainannya, menghiraukan berita penting abad ini di Indonesia.

"Dito, dimakan dulu makanannya,"

"Oh, iya, Bi. Hampir lupa."

Setelah mengambil makan gue kembali ke ruang tengah. "Apa ada berita baru lagi, Bi?" Tanya gue.

"Masih iklan Dito, gak ada." Tidak lama dari ucapan Bi Sumi ini, berita kembali muncul, "Nah, ini dia mulai lagi."

Siaran TV memperlihatkan sosok wanita berumur 28 tahun, dia adalah Nyle. Disana Nyle terlihat sedang berada di ruangannya dengan memakai baju dokternya, tidak ada Alat Pelindung Diri yang digunakannya.

'Halo, masyarakat semua, dimanapun kalian berada, khususnya di pulau Jawa,' ucap Nyle di TV. Gue terdiam memerhatikannya.

'Saya sangat tahu sekali, ini adalah halaman kehidupan bagian terberat yang kita alami lagi setelah baru saja merdeka dari virus,' lanjut Nyle, dia terlihat menghela napas.

'Saya tahu juga, bahwa saya dimata masyarakat semua sebagai orang yang tidak dikenal, saya paham betul itu. Tapi, bagaimanapun saya disini, saya akan tetap berusaha, semaksimal mungkin dan seoptimal mungkin untuk pemusnahan virus ini.'

'Saya dan rekan-rekan disini berusaha se optimal mungkin untuk bekerja. Para peneliti dan ilmuan ternama di Indonesia sedang merancang alat untuk membasmi virus itu di luar pulau Jawa. Dengan demikian, saya harap masyarakat bisa tertib dan tidak sama sekali melanggar. Satu pesan dari saya, tolong, berkaca pada masa lalu. Terimakasih.'

Gue rasa Nyle semakin bijak, bukan hanya dalam hal memilih makanan dan perlengkapan rumah tangga. Dia sangat amat berubah, gue rasa. Dari tatapan, gestur dan cara dia berbicara yang membuat gue yakin kalau Nyle berubah. Nyle benar-benar membuat gue kaget.

Keluarga dari Nyle ada yang menghubungi gue dengan pertanyaan yang sama, 'Dito, bagaimana keadaan Nyle? Aku banyak melihatnya di TV sekarang-sekarang.'

Respon gue, pun, sama, 'Doakan Nyle saja, ya. Semoga dia diberikan keselamatan.'

Beberapa pun ada yang bertanya 'Alasan' apa yang membuat Nyle menjadi yang seperti sekarang? Itu juga yang masih gue tunggu, kenapa Nyle bisa? Bukannya banyak para eksekutif dari rumah sakit atau dari para peneliti dan ilmuan yang lebih pantas?

Hingga saat ini, setelah berita besar, hanya alasan yang belum terkemukakan. Itu menjadi tanda besar bagi gue dan keluarga.

•••

2028

-29 Agustus-

Gue yang ketika itu, malam hari sekitar pukul 19.00 sedang mengedit komik terkejut dengan telpon yang berbunyi dari handphone gue. Lantas gue meninggalkan pekerjaan sejenak untuk mengambilnya, siapa sangka, itu telpon dari Nyle.

"Halo, Nyle?"

"Halo, Dito."

"Bagaimana kabarmu? Aku kaget sekali kamu menelpon," Kata gue sambil beranjak pergi ke kasur.

"Aku baik-baik saja, Dito. Bagaimana kabar dirumah?"

"Syukurlah, sayang. Lero baik-baik saja, dia sedang asyik memegang mainannya sekarang-sekarang, belum bisa banyak berdebat dengan ayahnya. hahahaa."

"Hahahaa," Nyle tertawa. "Dito, sayang, maafin aku, ya?"

"Maaf untuk apa, Nyle?"

"Mengejutkanmu untuk semuanya.

"Ya, sih, benar. Aku terkejut sekali, bahkan keluarga kita juga sama, Nyle."

"Itu wajar, Dito."

"Kamu bagaimana disana, Nyle? Apa kamu nyaman?"

"Aku nyaman Dito, tenang saja. Disini orangnya baik-baik kok. Ada satu dari tim peneliti yang sangat dekat denganku dan sering kali membantuku," Mendengar ini, jujur, gue sedikit merasa cemburu. "Ah, Dito, kamu tenang saja, dia sudah sedikit tua, dia tidak akan melakukan apa-apa kok. Lagian, dia sangat baik selalu membantuku."

"Syukurlah, Nyle. Kemarin-kemarin aku liat kamu sesak sekali memakai Alat Pelindung Diri disana? Apa tidak masalah?"

"Oh, iya, memang kemarin aku dapat yang tidak cocok dengan tubuhku, Dito. Sekarang semuanya sudah nyaman, kok."

Rasanya, percakapan dimalam itu tidaklah seperti biasanya. Kami terasa berbeda sekali. Gue khawatir, sangat khawatir kepada Nyle. Tapi, gue tidak memperlihatkannya sama sekali kepadanya. Gue hanya menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang begitu-gitu saja. Rasanya kaku sekali, seperti bertemu wanita baru. Padahal, gue dan Nyle tidak ada masalah dan hanya baru beberapa hari saja tidak bertemu. Keadaan membuat semuanya berubah.

Nyle meminta gue untuk memperlihatkan Lero kepadanya, lantas gue pergi ke lantai bawah untuk menemui Lero. Ketika itu Lero sedang diberi makan oleh Bi Sumi, dan langsung gue arahkan kamera depan handphone kehadapan Lero. Nyle terdengar memanggil-manggil nama Lero berkali-kali untuk memastikan bahwa dia itu adalah ibunya yang sedang berjuang untuk memusnahkan virus Urti-28 yang sialan itu.

Karena Lero masih berusia 3 bulan, dia belum bisa berbicara dan hanya menatap layar handphone dengan datar saja. Beberapa kali makanan bayi masuk kedalam mulutnya, namun Lero tetap saja menatap datar, tidak ada respon. Nyle terdengar agak terseguk-seguk, dia sangat rindu sekali rumah.

Setelah dengan Lero, Nyle berbincang sebentar dengan Bi Sumi untuk membicarakan Lero. Entah apa yang dibicarakan, gue pergi ke dapur untuk memakan cemilan yang ada. Gue juga rindu sekali Nyle ada disini, gue cemas dia ada diluar sana. Setelah memakan beberapa cemilan, Bi Sumi memanggil gue, dia bilang Nyle ingin bicara lagi. Gue pun langsung membawa handphone dan pergi ke kamar.

Nyle terlihat sekali sedang sedih dalam video call itu. Matanya sembab dan hidungnya terlihat merah sekali, terkadang juga dia mengambil tissue untuk mengelap mata dan hidungnya yang sesekali keluar air. Gue disitu bingung, bagaimana cara meredakan Nyle sedih dengan kondisi yang seperti ini? Ini baru pertama kalinya dia seperti ini, mungkin karena tekanan yang sangat berat dari lingkungan sekitar dia.

Sudah 2 menit, dia masih tidak bisa menahan sedihnya, gue rasa gue tidak bisa hanya diam saja untuk menangani hal ini. Lalu, gue mencoba memulai percakapan kembali dengan Nyle," Nyle, sudah-sudah, tidak usah menangis."

"Dito, ini susah sekali, rasanya bingung," Jawab Nyle sambil bersedu-sedu. "Dito, Sepertinya aku harus menceritakan sesuatu," lanjutnya.

•••

Próximo capítulo