webnovel

3

Oceana Digjaya, hanyalah bubuk jasjus di Sma Yudistira. Dia tak menyangka akan di pacari oleh seorang Langit. Padahal banyak cewek yang lebih cantik dari Ana, tapi Langit malah memilihnya. Ralat, memaksa.

Pagi ini Ana hampir telat. Jam menunjukan pukul 06:45 dan Ana masih di rumah. Dia beru selesai mengerjakan pekerjaan rumah, karena Mita--Mama tirinya tak akan menginzinkannya sekolah jika tidak melakukan itu.

Selain memiliki ibu tiri, Ana juga memiliki saudara tiri. Namanya Diandra, Tetapi Diandra memilih beda sekolah dengan Ana. Mereka sekeluarga pindahan dari bandung.

"Mampus!, Telat nih gue. " Ana membuka gerbang rumahnya dan berlari menuju depan komplek. Dia akan menaiki angkot.

Ana terus berlari dan sampai di halte. Pas sekali angkot berhenti langsung saja Ana masuk.

Di dalam angkot Ana terus melirik Jamnya, ini gawat. Bisa-bisa ia kena hukuman.

Lima belas menit kemudian Ana sampai. Dan gerbang sudah di tutup. Ana mendekati gerbang dengan lemas.

"Masa gue pulang lagi?, bisa di omelin Mama. "

Ana menghela napas, sepertinya hari ini ia tak akan masuk sekolah. Ana berbalik dan berencana untuk pulang, Namun ia di tarik oleh seseorang menuju belakang sekolah.

"Eh eh siapa sih main tarik-tarik aja!. " Ana menarik tangannya lalu mendorong cowok itu.

"Ini gue, "

Itu Langit, Ana terkejut. Ia segera menyentuh lengan cowok itu. "Sori, Kak. Gue gak tau. "

"Lo nendang kaki gue barusan. "

"eh, sakit kak?. "

"karena lo udah nendang kaki gue, pulang sekolah lo ikut gue. "

"Eh, "

Langit menyugar rambutnya kebelakang."telat?. "

"Iya, Kak. " Jawab Ana lesu.

"Mau gue bantu masuk?, "

Mata Ana berbinar. "Seriusan?, "

"ada syaratnya, "

Ana cemberut. "gak iklas banget sih!. "

"yaudah, "

"is iya mau!. "

"Jangan lo guean, harus Aku kamu. Paham?. "

Ana ingin menolak, tapi ia harus masuk sekolah. Nilai begitu berharga bagi Ana.

"Iya, Kak. "

Langit tersenyum, ia menepuk kepala Ana beberapa kali. "Coba, Aku mau denger. "

Aku?

Kok Ana sedikit malu ya?, gugup gitu. Masa sama Gorila Aku Kamuan.

"bilang Aku sayang kamu, coba. "

"ih kok itu?!." Ana protes, wajahnya sudah blusing sekarang.

Langit bersedekap dada. "Cepet. "

"Akusayangkamu. " Ana berkata dengan cepat dan suara pelan.

"Gak denger, ulang. "

"Aku sayang kamu. " Ana menggingit bibir bawahnya, wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Sedangkan Langit tersenyum.

"Kurang kenceng, Ana. "

Ana memejamkan matanya sejenak. "AKU SAYANG KAMU, KAK!. "

langit tertawa, mengacak rambut Ana dan memeluknya. "Gemesin, " Setelah itu ia lepaskan.

Ana hanya bisa melongo. Barusan ia di peluk Langit?, yang gantengnya gak ngotak itu?.

"Aku bantu kamu manjat pager belakang. " Langit berjongkok. "Naik ke pundak aku. "

Ana sontak menggeleng. "gak mau, nanti kak Langit ngintip. "

"Gak perlu ngintip kalo mau langsung aja. " Katanya santai yang di hadiah pukulan di punggungnya.

"Genit!. "

"Becanda, buru naik. "

"Jangan ngintip ya?, Kalo kak Langit ngintip Aku sumpahin gak dapet jodoh!. "

"Kalo aku gak dapet jodoh, kamu juga gak dapet. "

Ana sewot. "ih nggak lah!. "

"buruan gak?, "

"Iya, "

Perlahan Ana menginjakan kakinya di bahu Langit. Ketika sudah berdiri dengan sepenuhnya, Langit berdiri.

"Naik ke pager, terus loncat pelan-pelan. "

Ana menurut, ia perlahan menaiki pager dan meloncat dari sana. Ana tersenyum, ia bisa masuk kesekolah.

Tak lama Langit menyusul, cowok itu juga meloncat.

"Makasih, Kak. "

Langit mengangguk, ia memajukan wajahnya dan berbisik. "Mulus, "

Awalnya Ana tak mengerti, namun selanjutnya ia paham maksud Langit itu pahanya yang mulus. Cowok itu mengintip!. Dengan cepat Ana memukuli Langit.

"Genit dasar genit ih!. "

Langit tertawa, ia memilih berlari dan Ana mengejarnya.

...

Langit berjalan santai menuju kantin, ia akan menyusul keempat sahabatnya karena tadi ia mampir ke toilet.

"Langit!, " Sang empu menoleh. Mendapati Ratu sang primadona yudistira menghampirinya.

"Apaan?, " nada bicara Langit tak suka.

"Nih buat lo, gue bikin sendiri. " Ratu menyerahkan kotak bekal pada Langit yang hanya dilirik tanpa minat.

"Lo ambil lagi deh, gue udah mu ke kantin. "

"yaudah makan di kantin aja. "

Langit berdecak. "Udah berapa kali gue bilang jauhin gue, kalo bukan cewe gue rante lo!. "

Ratu ini cewek yang mengejar Langit sejak satu tahun lalu. Ratu tak sama sekali gentar meski sering Langit menyakitinya.

Raut wajah Ratu menjadi lesu. "Lo segitunya sama gue, Lang. Padahal cowok di luar sana ngejar gue, sedangkan elo ngelirik gue aja nggak. Gue kurang apa?. "

"Gue gak suka elo. "

Jleb. Nusuk ke hati. Ratu menghela napas. "lo mau ya jadi cowo gue?, gue sayang sama lo, Lang. " Ratu meraih tangan Langit dan menggenggamnya.

"Gue gak mau sama lo. " Langit menghempas tangan Ratu.

"Lang, plis. "

"lo budek apa gimana?!. "

"Lo terima gue, kita chekkin?. "

Langit tersenyum mengejek. "Harga diri lo gak ada, mana mau gue sama rendahan. Mungkin lo juga ngelakuin ini sama cowok lain. " Langit pergi begitu saja membuat Ratu melempar kotak bekal dengan emosi.

Cara apa lagi yang harus di lakukan Ratu?.

Sedangkan Langit mempercepat langkahnya saat melihat Ana yang berjalan di depannya.

Langit menarik rambut Ana membuatnya menoleh galak.

"Apasih?!. "

Langit tertawa, lalu merangkul Ana. "Galak, "

"Sana ah!, genit males!. "

"Gak sengaja tadi tuh, keliatan jadi sekalian liat. "

Ana mendelik, lalu memukul Langit anarkis."Genit dasar Aku sumpahin gak dapet jodoh!. "

Langit menahan tangan Ana. "Serem, " Katanya sambil tersenyum.

Ana cemberut ia mengalihkan pandangannya dari si Gorila ini. Dan Langit malah merangkul Ana.

"LIAT SEMUANYA!, PACAR GUE LAGI NGAMBEK. LUCU YA?. " Langit berteriak membuat orang-orang menatap mereka sambil berkata

"CIEEEEEE"

Ana blusing, ia memukul dada Langit kesal.

"Makanya jangan ngambek, gemesin. " Langit merangkul Ana lebih erat dan Ana menyembunyikan wajahnya di dekat ketiak Langit. Untung wangi.

...

Benar saja, pulang sekolah Langit menculik Ana. Membawa cewek itu ke markas Veliente yang tak jauh dari sekolah.

Semua anggota veliente berkumpul di lantai dasar, menatap serius Langit yang berdiri merangkul Ana.

"Jadi gue harap kalian bisa jagain dan awasin cewek gue ini. " Langit baru saja mengenalkan Ana sebagai pacaranya pada gengnya. Dan Ana hanya bisa menunduk malu.

Apa katanya tadi?, di jaga dan di awas anggota veliente?. Hidup Ana benar-benar tak tenang.

"Paham semua?. "

"PAHAM!. "

"Bagus, kalian boleh bubar. "

Langit menatap Ana, menenggol Ana dengan pinggangnya. Ana menoleh sengit.

"Kak Langit maluuu! "

Langit tak menjawab, ia menarik tangan Ana dan menuntunnya duduk di sofa.

Tanpa permisi Langit langsung saja menidurkan kepalanya di paha Ana, membuat cewek itu kaget dan gugup.

"Elusin, " Langit membawa tangan Ana ke rambutnya dan Ana mulai mengelus.

"Gak perlu kayak gitu juga kali, Kak. Malu serius. "

"Gapapa, "

Ana mengalihkan pandangannya pada sekeliling. Lantai dasar ini terdapat alat tempur, seperti samurai, rantai, cerulit dan lain-lain. Ana jadi ngeri liatnya.

"Kenapa namanya Veliente?  "

"Dari bahasa spanyol artinya pemberani. "

Ana mengangguk paham. "Anggotanya berapa?. "

"Delapan puluh, dari kelas sepuluh ada di sini. "

"emang veliente sadis ya katanya?, aku denger-denger dari Ambar gitu. Bener, Kak?. "

"Kamu gak tau?. "

"Aku masih baru. "

"Yaudah gak usah tau, "

"Dih, mau tau!. "

"Kata Ambar bener. "

Ana menelam salivanya kasar. Jadi soal Langit yang pernah membunuh dua orang itu benar?. Mimpi apa Ana bisa berpacaran dengan orang kejam ini.

"Gak usah takut, "

"gimana gak takut coba?. " Ana menghentikan elusannya kesal.

"Elusin lagi, "

Ana menurut. Kemudian ia berdeham.

"Kak Langit suka sama aku?. " Tanyanya ragu.

"Iya, sayang sama cinta juga. Banget banget. "

Mendengar itu Ana diam, perasaannya sendiri masih biasa saja pada Langit.

"Gimana rasanya jadi pacar Langit?. "

Ana cemberut. "Nakutin, ngeselin. "

Langit tertawa, ia mencubit pipi Ana sekilas. "gemesin, aku ramal sebentar lagi kamu jatuh cinta. "

"So tau, "

"Liat aja, " Setelah mengatakan itu Langit mengubah posisinya menjadi miring, menghadap perut Ana.

"Mau tidur dulu, nanti baru pulang. "

Ana hanya diam, ia sebenarnya tidak nyaman dengan posisi Langit.

Próximo capítulo