webnovel

Coba Ingat Siapa Dia

Selamat membaca

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Sore harinya ….

Apartemen Queeneira

Queeneira kembali ke apartemenya dengan wajah lesu, sepanjang bekerja tadi ia hanya diam dan merenung, mengikuti pekataan Gavriel yang menginginkannya berpikir tentang kesalahannya apa.

Di kantor pun tadi ia tidak fokus saat krunya sedang membahas rencana untuk besok, yang rencananya akan ke lokasi untuk memotret property milik perusahaan Ferdy, perusahaan milik Gavriel yang belum di ketahui banyak orang.

Membuka pintu dengan segera, Queeneira di sambut Andine dan Selyn yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Keduanya melihat Queeneira dengan senyum lebar, berbeda dengan Queeniera yang menampilkan ekpresi lesu.

Ceklek!

"Mba! Baru pulang?" tanya Selyn memandang khawatir ke arah Queeneira, yang merubah raut wajah lesunya menjadi biasa.

"El sendiri dari tadi?" kata Queeniera balik bertanya, alih-alih menjawab pertanyaan Selyn yang mengangguk kecil.

"Iya, Mba. Sama Mba Andine di sini nunggu Mba pulang," jawab Selyn tidak mempermasalhkan saat mbanya seperti tidak fokus.

"Mba baru pulang? Apa sangat sibuk akhir-akhir ini?" lanjut Selyn kembali bertanya.

"Hum … Ada beberapa yang harus di kerjakan," sahut Queeneira sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil air kemasan dan meminumnya sekali teguk.

"Mba Andine bilang sedang banyak kerja sama," timpal Selyn, dengan Andine yang memberikan cengiran saat Queeneira berjalan ke arah tempat mereka duduk, dengan mata mendelik galak.

"Itu tahu, El. Si Mak rempong ini cerita apa lagi?" sewot Queeneira, berbicara dengan Selyn namun kedua matanya mendelik ke arah temannya sekaligus asistennya yang menciut di samping Selyn.

"Ha-ha … Hanya tentang kerja sama dan model saja kok, Mba," kata Selyn dengan kekehannya, menjawab tidak sepenuhnya salah saat sebenarnya Andine menyinggung masalah kakaknya yang diminta menjadi model juga.

"Yakin hanya itu? Tidak ada yang lain?" cecar Queeneira tidak begitu saja percaya.

"Hell … Andine dan mulut baunya, siapa yang akan percaya jika dia tidak akan cerita macam-macam," batin Queeneira curiga.

"Tidak ada, hanya itu," balas Selyn meyakinkan.

Disaat Queeneira berusaha untuk percaya dengan perkataan Selyn, Andine si mak rempong tersangka kompor meleduk justru diam-diam menghela napas lega. Akhirnya Queeneira tidak curiga dan melotot marah lagi kepadanya.

"Hieeh, Queeneira ini semenjak oppa pulang berubah jadi ganas. Salah-salah aku digigit lagi," batin Andine horror.

Merasa jika ia butuh mandi, Queeneira pun berdiri dari duduknya dan berniat untuk membersihkan diri sebelum ia melanjutkan aktivitasnya.

"Mba mau mandi dulu, kamu sama Andine dulu yah atau tunggu Mba di dalam kamar," tawar Queeneira kepada Selyn yang menggelengkan kepalanya pelan.

"Di sini saja, Mba mandi saja. El masih mau cerita sama Mba Andine," tolak Selyn menatap mbanya dengan cengiran seperti biasa.

"Ok deh … Nah Andine, tolong temenin El yang benar yah, awas saja sampai El ikut-ikutan gesrek seperti kamu," jawab Queeneira, kemudian menghadap ke arah temannya dan menatap Andine dengan senyum manis, maksudnya senyum penuh dengan janji semanis kembang kates.

"Siap kapten, tenang saja!" seru Andine dengan pose berlebih.

"Humb, jangan siap-siap, tapi buktikan," tandas Queeneira menuai anggukan kepala dari Andine, dengan Selyn yang justru tergelak kecil.

"Mba Andine nggak gesrek kok, Mba."

"Tuh, El aja bilang git-

"Cuma rada gelo aja," sela Selyn membuat Andine yang tadinya menampilkan wajah senang ada yang bela, berubah menjadi cemberut ketika mendengar kalimat lanjutan dari adik oppa kesayangannya, Selyn.

"Tuh, El aja tahu kalau kamu gelo. Masih saja ngeyel," ledek Queeniera mengikuti perkataan Andine, membuat Andine sebal dengan wajah berlipat.

"Reseh, Queene. Sana mandi," sewot Andine sambil melempar bantal sofa ke arah Queeneira yang segera menghindar.

"Blee … Kasian sekali tidak ada yang bela," ledek Queeneira sebelum membuka pintu kamar, menghindari Andine yang kembali melempar bantal sofa, kali ini membentur pintu yang di tutup oleh Queeneira.

Setelah memastikan jika Queeneira sudah masuk ke dalam kamar, Selyn dan Andinepun saling melihat kemudian melanjutkan obrolan mereka yang tertunda.

"Jadi?" tanya Selyn ambigu, namun Andine tahu jika adik dari oppa cinta bertepuk sebelah tangannya ini sedang membahas lanjutan cerita yang belum selesai.

"Jadi, tadi siang dia pergi ke kantor oppa dan …."

Skip

Queeneira sudah selesai dengan acara mandinya, kemudian saat ia keluar dari kamar mandi harus berjenggit kaget melihat Selyn yang sedang tiduran santai di ranjangnya.

"El," panggil Queeneira, berjalan dengan tangan sibuk menggosok lembut rambut panjangnya.

Selyn menoleh dan duduk masih di atas ranjang milik Queeneira, kemudian melihat dengan senyum kecil saat melihat Queeneira santai duduk hanya dengan handuk di meja riasnya.

"Mba. Kalau Mas yang duduk di sini, Mba malu nggak?" tanya Selyn ngawur, menggoda Queeneira yang segera melihat ke arahnya melalui cermin dengan ekpsresi kaget yang kentara.

"Ha-ha-ha … Kan El bilang kalau, kenapa kaget begitu," lanjut Selyn tertawa tanpa dosa,seakan yang ditanyakan adalah hal lumrah.

"El, mulai tertular Andine ya? Kenapa jadi eror begitu," sewot Queeneira, menghadap ke arah Selyn yang menatapnya dengan senyum aneh.

"Isk … Isk …Isk, kita kan sudah dewasa, Mba. Jadi wajar dong, membahas hal yang dewasa juga," kata Selyn dengan wajah tanpa dosa, setelah berdecak dengan kepala menggeleng prihatin.

"Belum saatnya, punya kekasih juga tidak pernah. Lagian emang kamu sudah dewasa, belum tahu," elak Queeneira kemudian meledek Selyn yang menampilkan wajah berlipat.

"El sudah dewasa kok. Buktinya El punya rasa ketertarikan dengan lawan jenis," bantah Selyn menjelaskan dengan polos, tentang ia yang pernah suka dengan kakak tingkat atas di kampusnya.

Queeneira terkekeh kemudian melanjutkan acara mengeringkan rambutnya, menggunakan hair dryer.

Bunyi hair dryer adalah satu-satunya yang terdengar, sedangkan keduanya terdiam dengan kegiatan masing-masing. Queeneira yang sibuk dengan rambut hampir kering dan Selyn yang kembali tiduran dengan handphone di tangan.

Merasa rambutnya sudah cukup kering, Queeneira pun berjalan ke arah lamari, mengambil dan mengganti bajunya di kamar mandi, setelahnya kembali berjalan ke arah ranjang dan tiduran di samping Selyn, yang saat ini sedang sibuk mengotak-atik handphonenya.

Brukh!

"Lagi apa?" tanya Queeneira iseng, padahal ia tahu dan melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan adiknya Gavriel.

"Kirim foto Mba pake handuk ke Mamas," jawab Selyn ikutan iseng, menuai pekikan heboh dari Queeneira yang takut jika Selyn akan benar-benar akan mengirimnya ke Gavriel.

"El! Jangan bercanda, hapus-hapus," seru Queeneira sambil menguncang bahu Selyn yang tergelak santai di sampingnya.

"Ha-ha … Takut ya Mba, ngapain takut Mba, kan Mamas yang liat," sahut Selyn semakin menggoda, membuat Queeneira melotot dan merebut segera handphone Selyn kemudian mencari foto yang di maksud.

"Tidak ada, tertipu deh," kata Selyn sambil tertawa saat Queeneira sibuk mencari foto yang di maksud.

Queeneira seketika terdiam, kemudian tersadar dan kembali melotot ke arah Selyn yang masih tergelak di sampingnya.

"Astaga! Mba percaya aja," lanjut Selyn masih dengan kekehannya.

"Kamu ini iseng sekali sih, dasar," dengkus Queeneira, sambil mengembalikan handphone kepada Selyn yang menerimanya segera.

"Habis Mba sih, kelihatannya enggan sekali melihat atau mendengar apapun yang berhubungan dengan Mas," sahut Selyn santai tidak bermaksud untuk menyindir, namun Queeneira yang mendengarnya terdiam.

Deg!

Keterdiaman Queeneira membuat Selyn ikut terdiam juga, hingga akhirnya Selyn pun duduk dan menghadap ke arah Queeneira yang masih tidur tengkurap di sampingnya.

"Mba, hari ini Mba pergi ke kantor Mas, yah?" tanya Selyn hati-hati.

Hening

Selyn tidak segera menerima balasan atas pertanyaannya, melainkan hanya keheningan saat Queeneira semakin melesakkan wajahnya ke dalam bantal.

Tidak lama terdengar suara helaan napas, dengan ranjang bergerak karena Queeneira yang membalikkan tubuhnya dan ikut duduk berhadapan dengan wajah berlipat, membuat Selyn yang melihatnya menduga jika pertemuan keduanya tidak berjalan lancar.

"Mb-

"El, emangnya apa yang salah kalau Mba datang ke sana untuk mengajak kerja sama dia. Mba kan juga tidak cuma-cuma nawarin kerja sama, meskipun bukan dengan pendapatan atau bayaran yang fantastis. Tapi apa kamu tahu apa yang dia bilang, katanya Mba salah dalam menyampaikan kerja sama. Emang cara Mba yang mana yang salah? Bukannya semua akan beres dan mudah jika pembayaran di jelaskan secara terbuka, bukan kah itu memang cara yang tepat agar kerja sama terjalin?" sela Queeneira menjelaskan dengan nada menggebu-gebu, kepada Selyn yang akhirnya mengerti jika kali ini masalahnya adalah kerja sama.

"Memang sih perusahaan Mba masih kecil dan tidak besar seperti perusahaan dia. Perusahaan Mba juga belum bisa dibilang sukses, tapi kan apa salahnya ingin bekerja sama dengan dia. Mba juga nggak akan mau jika ini bukan demi perusahaan dan klaien, Mba-

"Mba, dengerin El," sela Selyn cepat saat Queeneira dengan nada terburu dan kesal melanjutkan ucapannya.

Selyn bukan ingin membela sang kakak dengan apa yang akan di sampaikan olehnya. Tapi, ia sebagai adik dari seorang Gavriel tentu tahu, jika maksud kakaknya bukan benar-benar ingin menolak atau tidak membantu mba kesayangannya yang membutuhkan bantuan.

Ia yakin jika ada sesuatu yang diinginkan sang kakak dan itu bukan masalah pendapatan atau materi seperti yang disebutkan oleh mbanya tadi. Melainkan, sesuatu yang ia sendiri bisa dengan mudah menebaknya.

"…."

"Mba bukannya El mau belain Mas yah."

"…"

"Tapi Mba sadar nggak sih, yang diajak kerjasama sekarang ini siapa?" lanjut dan tanya Selyn saat Queeneira hanya terdiam, membuat Queeneira yang mendengar pertanyaan dari Selyn pun bertanya bingung.

"Apa maksudnya, El?"

"Mba, …."

Besambung.

Próximo capítulo