webnovel

18. Trust

"Berusahalah untuk tetap berbuat baik kepada siapapun, walaupun pada akhirnya secercah panah menghancurkannya." -Huang Renjun Alfareza

.

.

"Kak, ahsan ke kamar dulu mau ngerjain tugas," Jisung beranjak dari ruang makan meninggalkan Viona dan Jeno yang masih makan.

"Uhuk uhuk," Jeno tersedak, Viona segera mengambilkan air putih untuknya. Jeno pun menerima air putih dari sang gadis.

"Pelan-pelan jen," ujar Viona.

Jeno menelan salivanya, "Ekhem..."

"Kalo makan tuh jangan cepet-cepet jadi kesedak kan, kenapa sih? Mukanya juga jadi murung gitu," omel Viona, Jeno hanya menatap.

Jeno meletakkan gelas yang sudah kosong, "Siapa?"

"Hah?"

"Itu tadi,"

Viona yang masih bingung dengan arah pembicaraan Jeno, dia pun bertanya, "Yang vidcall?" Jeno mengangguk.

"Ohh...wait lo jadi murung gara-gara gue vidcall sama cowo?" Viona menahan tawanya.

Jeno menggeleng cepat, "Nggak lah ngapain juga, sotoy huuu,"

"Oh ya udah kalo gitu," goda Viona, dia berjalan ke arah wastafel.

Jeno berdecak, "Nggak usah goda dehh, pacar lo?"

Jeno mulai serius, sedangkan Viona sudah kembali ke tempat duduknya lagi dengan sebotol susu rasa coklat yang dia ambil dari kulkas, Viona paling suka susu coklat makanya di kulkas dia sediain banyak.

Glup glup glup. Viona menyedot susu coklatnya.

"Ihh kepo, dah lah mau ngerjain tugas dulu gue," Viona berlalu tidak menghiraukan Jeno yang sudah ngedumel nggak jelas karena pertanyaannya nggak ditanggapi, kan jadi mikir si Jeno.

Jeno mengikuti Viona, mereka duduk di ruang tamu dengan Viona yang sudah membuka laptop menampilkan wallpaper member group kesukaannya yaitu Neo Culture Technology. Jeno menyipitkan matanya agar lebih jelas lagi.

"Dihh kok ada yang mirip gue," celetuk Jeno.

"Hah? Mana?" Tanya Viona, dia menengok ke arah Jeno yang duduk di sofa sedangkan dia duduk di karpet dan laptopnya ada di meja.

Jeno menunjuk salah satu personil dalam group itu, "Tuh kan mirip gue,"

"Yeee pede sia gantengan juga lee jeno dari pada elo," ketus Viona nggak nyantai, Jeno menoyor kepala gadis itu sampai-sampai menunduk ke depan laptopnya untung aja nggak sampe kepentok.

"Ishhh ganggu aja si," sungutnya.

"Ckk lo belum jawab pertanyaan gueeeee," rengek Jeno.

Viona membelalakkan matanya saat melihat Jeno yang agak sedikit manja.

"Apasihhhh..."

"Yang tadiiii pacar lo bukannn!!"

"Dihhh nyolot,"

Jeno menatap datar, "Jawab bego!!"

"Dihhh ngatain,"

Laki-laki itu mengusap kasar wajahnya, Viona tertawa terbahak-bahak karena berhasil menang adu bacot dengan laki-laki keras kepala itu.

Jeno menghembuskan nafas kasar, "San yok main ps." Ujar Jeno setelah melihat Jisung keluar kamar. Dia meninggalkan Viona yang masih tertawa.

"Yeee pundungan," ujar Viona setelah Jeno berjalan mendekati Jisung yang mulai menyiapkan joystick.

"Bukan pundung tapi capek aja ngomong sama kepala batu." Ketus Jeno.

"Masnya sendiri mohon berkaca,"

"Bang main apa?" Tanya Jisung tidak mengindahkan pertengkaran kakaknya dan Jeno.

"FIFA twenty one." Sahut Jeno, Jisung mengangguk dan memencet tombol selection pada joystick.

Viona kembali pada layar laptopnya yang kini telah menampilkan microsoft power point. Dia mendapat tugas untuk membuat presentasi dari materi K3 dan akan di presentasikan individu minggu depan secara acak.

Viona melirik sekilas jam yang tertera di bagian layar bawah laptopnya.

"Jen, lo nanti pulang jam berapa?" Tanya Viona karena jam menunjukkan pukul 20.32 p.m.

"Nggak tau." Sahut Jeno singkat karena dia tengah fokus ingin mencetak goal.

Viona berdecak karena tidak mendapat jawaban pasti, "Jangan malem-malem gue udah ngantuk,"

"Hmm,"

"Di ajak ngomong juga ishh..."

"Sialan!!" Pekik Jeno saat gawangnya kebobolan, Jisung berteriak histeris karena dapat mencetak goal.

Round kedua pun dimulai, Jeno bersikeras agar dapat memenangkan permainan. Akhirnya permainan pun usai dengan hasil yang seri, ya Jeno sampai teriak-teriak karena tidak jadi kalah, Viona sampai geram sendiri karena rumah seperti gor padahal hanya dihuni tiga orang.

Viona menutup laptop karena tugasnya telah selesai, sudah sekitar satu setengah jam dia mengerjakannya. Gadis itu meregangkan tubuhnya karena dirasa pegal-pegal setelah duduk yang lumayan lama.

Viona menghampiri Jeno dan Jisung yang masih melanjutkan permainan, sekarang mereka mengganti dengan permainan NBA 2K21 semacam permainan basket.

"Jen," panggil Viona yang kini sudah duduk disamping kiri Jeno.

Jeno menengok sekilas, "Hm?"

"Pulang kapan? Udah malem gue ngantuk,"

"Bentar lagi, one shoot setelah itu gue pulang," Viona mengangguk kecil.

"Kak temenin ahsan ya." Ujar Jisung tapi matanya tetap fokus pada layar lcd.

"Nggak ah males, lo tidurnya nggak aturan," sahut Viona yang kini sudah senderan di bantalan kaki sofa.

"Lo berdua sering tidur bareng?" Tanya Jeno.

"Ahsan jarang bisa tidur makanya suruh nemenin,"

"Dah ah ngantuk, makasih bang jen besok kesini lagi," Jisung bangkit dari tempat duduknya dan meletakkan joystick diatas PS.

Jeno mengangguk lalu bergerak untuk mematikan playstation. Setelah itu kembali duduk disamping Viona, dia menyenderkan punggungnya di sofa.

Viona mendongak, "Lah kok nggak pulang."

"Bentar," sahut Jeno.

"Guee ngantukkk," rengek Viona. Jeno terkekeh pelan saat sang gadis menarik-narik lengannya.

Jeno pun menegakkan tubuhnya, "Jawab dulu yang tadi,"

"Ckk masih aja yang itu, kenapa sih kepo banget," dengus Viona.

"Abangnya si yangyang," lanjutnya.

"Serius?"

"Hmm."

"Kok manggil bae? Pake aku-kamu juga padahal sama yangyang elo-gue,"

"Namanya bae jinyoung anggara, gue manggilnya bae dari dulu, aku-kamu karena kebiasaan dari dulu terus jarang ketemu beda sama yamamang yang sering ketemu." Jelas Viona.

Jeno tersenyum simpul, "Ya udah."

"Dihh ga jelas, udah sono balik," Viona menarik kembali lengan Jeno agar segera berdiri.

"Iya iya,"

Akhirnya Jeno mau pergi juga. Jeno berjalan keluar rumah, setelah itu mengucap salam dan segera menaiki motor Ninjanya. Padahal tujuan awalnya mereka ingin membicarakan tentang rumor tapi malah lupa gara-gara Jeno pundung sama laki-laki yang vidcall Viona tadi.

Viona menutup pagar setelah itu kembali ke dalam rumah dan segera mengunci pintunya. Doyoung tadi sudah mengabari Viona kalo dia mau nginap di kosan Taeyong.

Gadis itu menuju kamarnya setelah mematikan lampu di seluruh ruangan. Dia membuka pintu kamarnya.

"Lahhh ngapain disitu bocillll," seru Viona yang melihat adiknya sudah berbaring di tempat tidurnya dan menutupi seluruh badannya dengan selimut Viona.

Viona menghela nafas setelah mendengar dengkuran kecil dari Jisung, seperti biasa kalau Jisung nggak bisa tidur dan agak rewel kalau disuruh tidur sendiri, anak itu selalu mengendap-endap ke kamar Viona. Ya mau gimana lagi mau di bangunin juga kan kasian, akhirnya Viona mematikan lampu kamarnya dan menggantinya dengan lampu tumblr sebagai lampu tidur.

Viona mengusap lembut kepala adiknya, dia tersenyum saat adiknya menggeliat kecil karena sentuhan tangan Viona, lucu banget asli apalagi mulutnya sedikit menganga. Gadis itu menaruh guling disisi kiri Jisung dan ditengah-tengah mereka, dia juga mengecup pelan pucuk kepala Jisung itu salah satu kebiasaannya dari dulu ketika tidur bersama Jisung. Sebagai tanda kalo Viona itu beneran sayang sama adiknya, nggak cuma itu Viona juga bertanggung jawab atas Jisung itu udah tertanam dalam niatannya dari dulu mengingat bunda dan ayahnya yang jarang sekali dirumah.

Inget hanya bisa dilakukan di wp saja :')

Doyoung juga sering memperlakukan adik-adiknya begitu, jangan salah meskipun tampangnya cuek tapi dia tuh lembut dan perhatian sama adiknya. Walaupun jarang ada quality time bersama tapi sebisa mungkin Doyoung menyempatkan waktu untuk sekedar pergi jalan-jalan di hari libur maupun minggu.

Apalagi sekarang Sooyoung mulai di sibukkan kembali dengan pekerjaannya, sering ke luar kota kadang juga pergi bersama Changwook, ya apalah daya Jisung yang masih butuh perhatian lebih sering manja ke Viona. Sebenarnya Doyoung juga sering sih manjain adik bontotnya itu tapi Jisung lebih nyaman dan ngobrol leluasa sama kakak perempuannya.

Viona memiringkan tubuhnya ke samping kanan dan menenggelamkan kepalanya dibawah selimut, dia juga tidak lupa untuk membaca doá sebelum tidur dan ayat kursi seperti biasanya.

♥♥♥♥♥

Jisung menggeliat kecil ketika cahaya matahari masuk ke retinanya, anak itu mengerjap-ngerjapkan dan mengucek-ucek pelan ke dua matanya. Dia melihat sekeliling untuk menemukan kakaknya, setelah itu turun dari ranjang lalu merapikan selimut dan sprei.

"Kakkkk!!" Seru Jisung.

"Apa dekkk??" Teriak Viona dari dalam kamar mandi.

"Ya udah," Jisung merebahkan kembali tubuhnya ke ranjang, mumpung masih jam enam kurang.

Tadi Jisung juga udah subuhan sama Viona terus dia tidur lagi karena masih ngantuk sedangkan Viona turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan adiknya setelah itu pergi mandi.

Tidak beberapa lama Viona pun keluar dari kamar mandi, gadis itu memakai daster selutut. Dia mengeringkan rambutnya yang basah karena barusan keramas dengan menggunakan handuk.

"Mandi gih." Suruh Viona.

"Ngantukkkk," rengek Jisung, dia malah menarik kembali selimut yang sudah dia tata rapi tadi.

Viona pun mendekati adiknya dan menyibakkan rambut yang menutupi wajah menggemaskan Jisung.

"Mandi gak luuuu..." Viona mencubit pipi gembul Jisung, anak itu meringis lalu segera bangun.

Akhirnya Jisung turun dari ranjang dan berjalan gontai ke kamar mandi yang ada di kamar Viona sambil membawa handuk lain.

Viona hari ini kosong di jam pertama dan bakalan masuk di jam kedua pukul 10 makanya dia santai-santai aja, dia keluar kamar meninggalkan Jisung yang masih sibuk bersih-bersih di kamar mandi.

Gadis itu kini sudah berada di ruang keluarga, dia menyalakan tv dan mencari channel korea karena pagi ini ada jadwal grup kesukaannya itu perform di salah satu stasiun televisi korea. Dia mengambil hair drayer dari lemari kecil yang terletak disamping meja televisi.

Viona menengok ke arah pintu ketika mendengar pintu ruang tamu diketuk. Dia pun bergegas membukakan pintu karena masih dikunci.

"Tumben jam segini udah pulang bang?" Tanya Viona, biasanya tuh Doyoung kalo pulang ke rumah sore soalnya laki-laki itu langsung berangkat ke kampus bersama Taeyong, kemarin dia juga membawa beberapa baju agar lebih mudah tidak bolak-balik.

Tapi entah pagi ini Doyoung pulang terlebih dahulu, mungkin matkul paginya juga kosong.

"Jawab salam dulu baru ngedumel," sahut Doyoung lalu segera berlalu dari hadapan Viona.

"Iya waálaikumsalam abang,"

Doyoung merebahkan tubuhnya di sofa, "Ahsan mana?"

"Tuh," Viona menunjuk dengan dagunya saat Jisung berjalan menuju dapur. Doyoung mendongak untuk melihat.

Viona mendekati Doyoung tapi dia memilih untuk duduk dikarpet sambil fokusnya tetap ke arah tv yang menampilkan boy group Stray Kids.

"Kok pulang dulu biasanya juga langsung ke kampus?" Tanya gadis itu karena dia belum mendapat jawaban dari abangnya.

"Capek ah, mau izin." Viona membelalakkan matanya tidak percaya setelah mendengar penuturan abangnya itu, pasalnya selama kuliah dari semester satu sampai lima ini nggak pernah sekalipun Doyoung absen kelas. Apalagi semester lima kan mata kuliahannya makin ribet.

Mungkin karena tugas abangnya itu makin berat jadi dia memutuskan untuk rehat seharian. Memang akhir-akhir ini Doyoung jadwalnya tidak beraturan bahkan berat badannya turun karena jarang makan, Viona sendiri merasa kasian karena pipi tirus Doyoung yang menimbulkan tulang dagunya kelihatan jelas.

Viona beranjak, dia berniat mengambilkan makanan untuk Doyoung.

"Bang arsa baru pulang ya kak?" Tanya Jisung lalu menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya.

"Heéh," jawab Viona singkat, lalu beralih membuka kulkas dan mengambil satu botol susu coklat kesukaannya setelah itu kembali ke ruang tv dengan tangan kanan memegang sepiring nasi dengan lauk ayam goreng yang dia buat tadi dan tangan kirinya memegang susu.

"Makan dulu gih bang," suruh Viona, Doyoung menengok setelah itu bangun dan turun untuk duduk disamping Viona.

Doyoung menggusak rambut adiknya lembut, "Makasih ya dek." Viona hanya mengangguk dan meneruskan kegiatan menontonnya yang sempat terpotong karena mengurusi abangnya itu.

"Kak minta uang," ujar Jisung yang kini sudah berjongkok didepan Viona.

Changwook memang menyerahkan uang jajan Jisung kepada Viona, jadi kalau Jisung ada iuran maupun uang untuk kegiatan di sekolah, dia meminta ke kakaknya.

"Ganti baju dulu sana, kakak ambilin di kamar,"

Viona mengambil uang lima puluh ribuan dari dalam dompet army-nya, setelah itu menemui Jisung yang masih berada di kamar. Jisung sedang membenahkan dasi, Viona pun mendekat dan membantu menyisir rambut anak itu. Viona agak berjinjit sedikit karena Jisung lebih tinggi darinya.

"Turunin dikit kepalanya," Jisung menurut dan sedikit menunduk. Viona dengan telaten menyisir rambut adiknya yang kini sudah sedikit gondrong, ya pertumbuhan rambut Jisung sangatlah cepat bahkan poninya sudah menutupi mata.

Viona menyibakkan sedikit poni Jisung, "Nanti ke barber dek,"

"Temenin," ujar Jisung.

"Ckk sama chenle kan bisa, jangan manja-manja lah masa suruh nemenin kakak terus," sungut Viona.

"Emang kak ana mau kemana?" Tanya anak itu yang sekarang sedang memasukkan beberapa buku paket untuk les sore nanti.

Viona duduk di kursi belajar Jisung, "Mau nongkrong sama temen-temen."

Jisung mendengus, "Terus pulang malem gitu?"

Viona menengok ke arah Jisung, "Ya udah boleh ikut," celetuk Viona akhirnya karena melihat Jisung mulai murung karena bakalan ditinggal dirumah sendiri, sudah pasti kalo Doyoung bakalan lanjutin progress BEM-nya itu nanti malam bersama teman-temannya dan rumah bakalan sepi karena sang bunda belum juga pulang hari ini.

Jisung langsung berseri-seri, "You are the best family i have, and i can only trust you."

Viona tersentak, "Kok ngomongnya gitu."

"Hehe makasih kak, ahsan berangkat dulu assalamualaikum..." Seru Jisung meninggalkan Viona yang masih termangu di kamarnya.

"Apa ahsan bener-bener ngerasa kurang kasih sayang ya, huft..." Gumam Viona, dia beralih ke sebuah bingkai foto dirinya dan Jisung saat masih kecil, Jisung meletakkannya persis di meja belajarnya.

"I'm always here by your side san." Viona meletakkan kembali bingkai foto tersebut setelah itu keluar kamar, dia melihat Doyoung yang masih di ruang televisi namun sekarang sudah terlelap diatas sofa.

Tok tok tok. Viona melirik sebentar ke arah pintu lalu berjalan ke arahnya.

"Astaga ngapain kesini?" Viona terkejut dengan kedatangan Jeno yang tiba-tiba, laki-laki itu memakai jas hijau praktikumnya yang sedikit kebesaran.

Jeno meringis, "Mampir hehe..."

"Kok belum siap-siap berangkat? Si jaem tadi aja udah di warung bu retno sama nada," lanjutnya.

"Sama nada?" Jeno mengangguk.

Viona mengernyit, "Emang udah official jen?"

"E-eh masuk dulu gih." Ujarnya kemudian menepi untuk memberi jalan Jeno.

Mereka duduk di ruang tamu sedangkan Doyoung masih saja tidur di ruang tv, mungkin laki-laki itu sangat kecapekan dengan kegiatan organisasinya itu, sampai-sampai tidak terganggu dengan kebisingan dua mahasiswa yang asik mengobrol.

"Setau gue sih belum, tapi mereka sering jalan bareng soalnya jaemin kalo mau keluar jalan selalu ngomong ke gue." Jelas Jeno, dia melepaskan jas dan melipat asal karena malas.

Viona berdecak lalu mengambil jas dari tangan Jeno, "Yang rapi napa nglipetnya, kalo masih di pake lagi kan ga enak kelihatan kusut dasar cowo."

Jeno menyunggingkan senyumannya berasa diperhatiin aja dia tuh. Soalnya Viona itu tipe yang nggak bisa liat kalo orang lain tuh nggak rapi makanya biasanya kalo Jisung udah berantakin kamar dia sebel banget, ujung-ujungnya dia yang harus turun buat beresin kamar dan mengomeli Jisung kemudian.

"Lo ada matkul lagi jam berapa?" Tanya Viona sambil mengembalikan jas yang sudah dia lipat rapi.

"Emm setelah ini ada lagi sih, setengah sebelasan." Jawab Jeno.

"Kalo lo?"

"Jam sepuluh," sahut Viona.

"Oke bareng gue aja," Jeno menaik turunkan alisnya.

"Gak," sahut Viona singkat.

"Ihhh kenapaaa??"

"Rumor lo belum selesai dan gue nggak mau nambah rumor lo makin panjang, gue berangkat sendiri okey." Viona mau beranjak dari sofa tapi dengan segera Jeno meraih tangannya.

"Pokoknya bareng gue vi!!" Tegas Jeno.

Viona menarik tangannya, "Ga usah batu, gue mau bawa motor sendiri jen." Gadis itu meninggalkan Jeno, terdengar helaan nafas yang cukup berat dari Jeno.

Pada akhirnya Viona dan Jeno berangkat bareng namun dengan motor yang berbeda, Jeno menunggu gadis itu sampai selesai bersiap. Sekarang Viona sedang mengeluarkan motornya dari bagasi, dia sudah pamit ke Doyoung kalo mau berangkat ngampus, Doyoung tadi terbangun karena Viona yang membangunkannya.

Jeno segera membuntuti motor Viona setelah gadis itu keluar pagar.

Mereka sampai di parkiran kampus, Jeno biasanya memarkirkan motornya ditempat parkir mahasiswa FKG tempatnya berbeda dengan parkiran fakultas lain karena fakultas Jeno berada ditempat yang berbeda. Dan baru kali ini Jeno memarkirkan motornya di parkiran graha.

"Kok parkir disini? Bukannya jauh dari kelas?" Tanya Viona yang melihat Jeno parkir disamping motornya.

"Gak papa," jawab Jeno singkat.

"Ckk alasan biar bisa barengan ya lo, masih aja pala batu." Dengus Viona.

Jeno hanya mengacungkan jempol didepan wajah sang gadis. Viona turun dari motornya, tiba-tiba datanglah Haechan dan Jaemin yang sudah pasti bersama pasangan masing-masing. Gak deng, Jaemin sama Nada belum jadi pasangan.

Mereka memarkirkan motor tepat mengapit motor Viona dan Jeno. Viona menyipitkan matanya dengan tajam ke arah Nada, Nada memutar bola matanya agar tidak berkontak dengan Viona.

"Apaan sih segitunya," Jaemin menoyor pelan kepala Viona.

"Ishhh." Desis gadis itu.

"Be aku ke kelas dulu ya," ujar Somi sambil meletakkan helm di motor Haechan, laki-laki itu mengangguk setelah menyelipkan rambut yang menutupi mata gadisnya.

"Guys duluan ya..." Seru Somi lalu berjalan menjauh setelah mendapat anggukan dari yang lain.

"Jen lo kok bisa sama vio?" Tanya Nada.

"Lo sendiri kenapa bisa sama hendra?" Bukan Jeno yang menyahut melainkan Viona yang masih menatap tajam pada Nada.

Jaemin mendengus, "Ini kenapa emak-emak kepo mulu si,"

"Si hendra udah jadian sama gembul." Celetuk Haechan.

Viona membelalakkan mata. "Eng-enggak siaaaaa, sembarangan congor lo paullll!!" Pekik Nada.

"Ga usah buat fitnah ya lo huhhh," lanjutnya kesal.

"Dah lah terserah," Viona membalikkan badannya dan berlalu begitu saja, muak mendengarkan celotehan temannya yang ngomongnya aja nggak pada nyelow alias memekakkan telinga.

Nada udah panik aja takut Viona kemakan omongan Haechan, dia pun berlari mengikuti Viona yang sudah berbelok ke koridor kelas.

Nada mencegat di depan Viona, "Berhenti gak lu."

"Apasihhh...."

Nada menunduk dan hanya memainkan jari-jarinya, "Ckk biasa aja jangan kek bocah!! Gue nggak mempersalahin lo deket sama siapapun cuma mau ngingetin selesain masalah lo sama kak vernon dulu, jangan lari gitu aja." Ujar Viona.

Nada mendongak matanya sembab, "Nangis lagi?" Tanya Viona.

"Huftt gue nggak tau gimana ngomongnya, gue udah capek sama drama keluarga vernon dan tiba-tiba aja jaemin masuk dan tau semuanya--" Nada belum sempat menyelesaikan ucapannya.

"Jangan pernah jadiin jaemin pelampiasan, gue nggak suka." Ujar Viona tatapannya datar jadi Nada agak merinding, Nada tau betul kalo Viona itu orang yang nggak bisa liat sahabat-sahabatnya saling melukai maupun dilukai jadi Viona tegas buat ngingetin.

Nada menggeleng cepat, "Nggak gue sama sekali enggak jadiin jaemin pelampiasan."

Viona mengangguk, gadis itu juga tau betul kalo Nada nggak bakalan berperilaku jahat. Viona hanya memastikan kan nggak tau juga si Nada masih suka sama Vernon terus tiba-tiba ninggalin Jaemin kan kasian atuh.

Obrolan mereka terhenti saat Haechan, Jaemin, dan Jeno mulai mendekat.

Jaemin menatap sekilas ke arah Viona, dan Viona hanya menatap datar setelah itu berlalu memasuki kelas.

"Kebiasaan si emak." Dengus Jaemin, Nada yang mendengar itu hanya meringis.

Sedangkan Jeno dan Haechan yang nggak tau detail permasalahannya hanya diam saja. Jeno pamit untuk pergi ke kelasnya.

"Jadi nongkrong?" Tanya Haechan, mereka kini sedang berkumpul melingkari kursi Viona.

Mereka tuh sering gitu sama Viona, apalagi kalo gadis itu ngambek pasti teman-temannya langsung ngehibur gimanapun caranya biar nggak uring-uringan lagi, gini nih yang bikin Viona nggak bisa lama-lama kalo marah pasti ada aja yang godain ataupun kalem-kalemin dia.

Viona hanya mengangguk fokusnya tetap pada ponsel, dia lagi mabar sama Hyunjin, Jaemin. Gara-gara si Hyunjin kemarin nyuruh Viona download apk games alhasil gadis itu kebujuk dan malah kesenangan.

"Kill bego, jaem begoo!!" Pekik Viona yang lain hanya menatap datar.

"Lu ya sekalinya mabar udah ngomong kasar aja." Ujar Felix namun dengan nada suara yang tidak suka.

Viona meringis malu, "Hehe maaf, si jaem sih."

"Kok gua? Tuh si memble nggak gercep," sungut Jaemin nggak terima.

Gadis itu masih aja mengomel saat Jaemin lagi-lagi kena kill namun kali ini hanya gerutuan, dia tau Felix nggak bakalan suka. Felix itu sering banget ngomel-ngomel kalo Viona, Nada maupun Yeri udah ngomong kasar menurutnya nggak baik aja cewe ngomong kasar apalagi sekarang mereka kan berada di kelas.

"Tempat biasanya kan?" Tanya Felix.

"Ho'oh wagu, gue bawa somi yak." Ujar Haechan.

"Bucennnn!!!" Teriak Yeri nggak nyelow sampe-sampe Nada yang disampingnya hampir terjatuh dari kursinya karena mau menghindar.

Nada menoyor kepala Yeri, "Gubluk telinga gue sakit, sendirinya nggak ngaca woyy kalo udah sama bang kun bucin tingkat alay lu mah."

"Sembarangan kalo ngomong, suka bener." Sahut Suhyun sambil mengangkat jempolnya.

Yeri tergelak, "Wahh sialan kalean." Setelah itu Yeri sama Nada langsung diem karena si tuan muda Gabriel udah ngeliatin dengan tatapan tajam, bisaan mah anak BEM :)

Viona yang masih asik main karena bentar lagi bakalan menang, iya Viona pertama kali mabar udah bisa hancurin semua turret jalur sisi kanan sedangkan Hyunjin dan Jaemin yang nyerang musuhnya. Tiba-tiba Viona dikejutkan dengan notif pesan dari Renjun yang mengajaknya jalan bareng setelah kompetisi taekwondo hari sabtu nanti, karena terlalu kaget akhirnya hero milik Viona yaitu Layla kena kill.

"Aihhh padahal bentar lagi altar hancur." Dengus Viona.

"Nah kan sekarang siapa yang bego." Ketus Jaemin, Viona pun menoyor kepala laki-laki itu dan setelah itu terdapat tulisan victory karena Hyunjin udah bisa ngehancurin altar musuh.

Haechan celingak-celinguk mencari PJMK Matematika Dasar yaitu Chaeyeon. Setelah berhasil menemukan gadis itu Haechan berisyarat dengan menunjuk jam tangannya.

"Belum dibales chat gue," ujar Chaeyeon.

Haechan langsung bangkit, "Fix ini mah liburrr, dah yok pulang."

"Entar dulu lah nunggu 30 menit kalo nggak ada kabar pada pulanglah." Ujar Chaeyeon agak keras dan hanya dibalas dengan helaan nafas Haechan. Laki-laki itu pun duduk kembali ke kursinya yang masih berhadap-hadapan dengan kursi Viona.

Jaemin menengok ke arah Viona karena gadis itu masih termangu menatap ponselnya.

"Woyy ngapa dah lu," Jaemin menepok jidat Viona, gadis itu tersentak. Hampir aja mau mengumpat tapi nggak jadi soalnya Felix merhatiin.

Akhirnya Viona hanya bisa mencubit lengan Jaemin, "Biasa aja dongg hendraaa..."

"Kenapa lu dari tadi bengong liat hp?" Tanya Felix.

"Hah? Enggak, nggak papa kok lix." Sahut Viona lalu menyimpan ponselnya kedalam tas, dia belum bisa menjawab ajakan Renjun.

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Tulisan_Pyycreators' thoughts
Próximo capítulo