webnovel

Perjanjian

"Beasiswa, gimana kalau bayarannya bukan uang, tapi beasiswa sekolah, bukannya kamu bilang beasiswa kamu mungkin akan dicabut oleh pihak kampus karena video ini?" ucap Jovan.

Langkah Cinta terhenti, melihat itu Jovan tersenyum penuh kemenangan. Bingo! Dia menemukan kelemahan gadis ini. Sebelumnya Jovan dapat melihat kalau gadis ini merasa terhina mendengar tawaran dari Bu Clara yang akan membayar dirinya bila bersedia menjadi pacar Jovan. Tapi, Jovan juga masih ingat tatapan putus asa dari sorot mata Cinta saat Cinta mengatakan soalnya kemungkinan beasiswanya akan diputus. Jovan tahu sekali, gadis ini hanya ingin berkuliah, itu saja. Hilangnya beasiswa sama saja dengan kehilangan segalanya. Rasanya tebakan Jovan itu ada benarnya, batin Jovan. Buktinya sekarang Cinta terlihat bingung dan ragu, tidak seperti sebelumnya. Jovan yakin biaya kuliah di kampus mewah itu pasti sangat besar, akan sulit bagi Cinta untuk meneruskan kuliah itu tanpa beasiswa.

"Gimana?" tanya Jovan ulang. Cinta berbalik.

"Maksudnya?" tanya Cinta. Dia hanya ingin meyakinkan apa maksud Jovan.

"Beasiswa. Bukan uang. Sebagai ganti bayarannya, akan diganti dengan beasiswa sampai kamu lulus. Agensi ini ada program beasiswa, rasanya Bu Clara akan setuju, ya kan Bu?" tanya Jovan, sambil memberikan kode pada Clara agar wanita itu mengerti maksud Jovan.

"Oh, ya, oke. Itu bisa diatur" balas Clara setelah melihat kode di wajah Jovan. Dia mengerti ini hanya iming-iming agar Cinta mengiyakan, lagipula beasiswa kuliah, rasanya tidak terlalu mahal, pikir Clara.

"Jadi gimana?" tanya Jovan lagi.

Cinta berpikir dengan keras. Bahkan dia memaksa otaknya untuk berpikir lebih keras daripada saat dirinya menghadapi ujian semesteran. Banyak argumen-argumen monolog bermunculan dalam otaknya juga dalam hatinya, mereka saling beradu pendapat masing-masing.

"Ayolah Cin, lu denger sendiri kan kata Bu Sandra sebelumya, nasib beasiswa lu udah diujung tanduk." ucap hatinya.

"Yakin Cin? Apa lu udah pikirin masak-masak apa konsekuensinya jadi pacar bintang terkenal macam Jovan Alexander? Ini bukan sekedar cowok paling populer di kampus, ini Jovan Alexander. Lagian belum pasti juga beasiswa itu dicabut" tanya otaknya.

"Jangan bego Cinta, Bu Sandra pasti tahu gimana nasib lu kedepannya. Apa elu udah yakin bisa sampaikan ini ke keluarga lu di kampung. Bayangin gimana perasaan nyokap lu pas tahu anaknya stop kuliah karena beasiswanya dicabut" tanya hati lagi, kembali membuat Cinta ragu.

"Oke, kalau lu yakin jadi pacarnya Jovan, apa kabar dengan kehidupan pribadi lu? Elu enggak bakal bisa kerja jadi pelayan toko atau jadi kasir minimarket lagi Cinta. Mungkin kuliah lu aman, tapi kebutuhan sehari-hari elu apa kabar?" balas Otak.

"Jangan pikirin itu Cin. Minta Jovan buat jamin kehidupan lu selama jadi pacarnya" jawab si hati.

"Haha, itu sama aja jual diri Cinta. Jangan sampai elu terjebak semua ini" balas di otak.

"Minta dia sediakan pekerjaan yang layak buat lu Cin. Please jangan mikir kelamaan, kesempatan ini enggak datang dua kali. Lupakan saran konyol si otak" balas si hati dengan sengit.

Semua argumen dan pertanyaan yang muncul dikepalanya itu membuat Cinta bertambah bingung. Tapi dia yakin akan satu hal, Cinta punya kewajiban untuk menyelesaikan kuliahnya. Menjadi seorang arsitek adalah mimpinya sejak masih anak-anak. Cinta mengambil beberapa kali napas panjang sebelum memulai kalimatnya.

"Mengenai beasiswa itu, apa bisa mengcover skripsi saya?" tanya Cinta. Penelitian untuk skripsi yang Cinta tahu cukup banyak memakan biaya, ini salah satu pertimbangan Cinta.

"Oh, tentu, bukan begitu Bu Clara?" balas Jovan cepat. Dia sudah bisa melihat kalau Cinta mulai tergoda. Bu Clara terpaksa mengangguk mengiyakan.

"Lalu, untuk biaya hidup saya bagaimana? Saya berkerja di satu minimarket, satu restauran dan satu coffee shop setiap hari untuk membiayai kebutuhan pribadi saya sehari-hari. Kalau nanti saya sudah jadi pacar Jovan, sudah pasti saya tidak bisa bekerja disana lagi" ucap Cinta, dia harus berterus terang masalah ini. Mencari pekerjaan bukan hal yang gampang, walaupun kebutuhan kuliahnya sudah terjamin.

"Rasanya Bu Clara bisa mengusahakan pekerjaan yang cocok di agensi ini" jawab Jovan, kembali melirik dan memberi kode pada Bu Clara agar mengiyakan. Clara hanya bisa mengangguk, dia sama sekali tidak punya pilihan.

"Jadi?" Jovan kembali mengulang pertanyaannya. Dia juga meminta Cinta untuk kembali duduk.

"Apa bisa kita buat perjanjian tertulis memakai materai?" tanya Cinta. Dia juga tidak mau tertipu. Cinta yakin agensi sebesar ini sudah pasti mudah berkelit, dia harus punya jaminan untuk semua ini.

"Boleh, sekarang juga akan kami buat poin-poin perjanjiannya, apa saja syarat kamu?" tanya Bu Clara.

"Saya ingin beasiswa penuh untuk satu tahun, mencakup biaya penelitian dan pembuatan skripsi, juga biaya wisuda, semuanya bisa tercover. Saya ingin pekerjaan untuk menghidupi kebutuhan saya selama berkuliah, saya janji akan bekerja dengan giat. Lalu, keluarga saya, saya mohon untuk merahasiakan kehidupan dan identitas saya dan keluarga saya, mereka pasti tidak nyaman kalau harus menerima banyak pertanyaan" ucap Cinta, menyebutkan syaratnya.

"Oke. Tapi, sebagai gantinya, kamu harus menutup rapat-rapat informasi mengenai cerita pacaran settingan ini" balas Bu Clara. Cinta langsung mengiyakan.

"Pada siapapun juga, termasuk keluarga kamu" lanjut Bu Clara lagi. Cinta mengangguk dengan pasti. Apa sulitnya, keluarganya mudah untuk percaya dan dia bahkan tidak punya teman sekarang. Filda saja sudah berubah sikapnya sekarang, batin Cinta sedih bila mengingat satu-satunya temannya itu.

"Satu lagi, tidak ada postingan apapun di sosial media mengenai Jovan dan kamu tanpa seizin saya," ucap Bu Clara. Cinta tersenyum mendengar syarat itu, terlalu mudah, dia bahkan tidak mengerti apapun tentang sosial media.

"Baik Bu" jawab Cinta.

"Karen, minta Nia untuk segera membuat draft perjanjiannya, saya tunggu sekarang" perintah Bu Clara. Karen langsung berdiri dan menjalankan perintah bosnya. Jovan hanya melirik sebentar, wanita itu beda tipis dengan robot, sedikit bicara, atau boleh dibilang hampir tidak bersuara, tapi banyak bekerja.

"Sambil menunggu draft perjanjian itu, kita bicarakan skenario kejadian kalian malam itu" ucap Bu Clara.

Cinta nyaris tidak mempercayai apa yang sedang dia kerjakan. Cinta hanya berharap semua akan baik-baik saja. Cinta hanya tidak sadar akan masalah lain yang mungkin menimpa kehidupannya.

___________

Haloo

up terakhir nih dari semua cerita aku..

Btw buat yang mau baca cerita aku yang lain, bisa langsung cari

- Let's get married

- My strange Marriage

- Amanda mencari Cinta

- kehidupan kedua Adelia

- One Sided love (kisah cinta Raina)

Yang terakhir di platform lain ya

aku mohon dukungan untuk review-nya dan SS nya juga boleh ya kakak2

terimakasih dan happy reading sayang-sayangku

Jangan lupa untuk follow Ig aku di rizka_author yaa

rizka_hamicreators' thoughts
Próximo capítulo