Zero diam-diam mengunjungi rumah sakit. Ia melihat Kinan dari kejauhan. Menatap dari pintu kaca itu. Kekasih hatinya, yang semakin terlihat tidak berdaya. Pria itu berdiri mematung di dekat pintu, melihat lamat-lamat ke wajah Kinan. Tak ada lagi keceriaan. Semuanya tampak sendu. Bahkan, Kinan lebih banyak menatap ke kejauhan.
Pandangannya juga cenderung tidak lagi fokus. Apakah ini efek dari operasi?
Ingin sekali ia masuk, memeluk gadis itu untuk yang terakhir kali. Namun, ia ingat janjinya, bahwa ketika itu, saat sesi pemotretan, adalah masa pertemuan mereka yang terakhir. Kinan juga tampak seolah sudah tidak lagi sudi bertemu dengannya.
Tak ada air mata, yang menetes di pipi sang jelita. Ia seolah kehabisan stok air mata. Tubuhnya kian ringkih, kurus. Matanya terlihat semakin besar, dengan tulang pipi yang kian tampak. Rambutnya juga tak lagi seindah dan berkilau seperti dulu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com