Satu jam kemudian. Aisyah pun datang. Entah bagaimana cara polwan itu bisa sampai secepat ini. Padahal, di berita-berita lokal, telah disebutkan bahwa, banjir yang melanda Ibu Kota, telah menyebabkan kemacetan parah di sejumlah titik.
Tapi, hal seperti ini, tidak menjadi pertanyaan pokok untuk Putra. Bahkan satu pertanyaan pun tak keluar dari bibirnya yang terasa kelu.
Aisyah berhasil menemukannya, yang masih duduk di tempat tadi. Di tengah keramaian dan hiruk pikuk keluarga korban pesawat yang hilang.
Aisyah memberikan satu botol air mineral dan sebungkus roti Ohayo, yang ada di bandara.
Putra meraih keduanya. Ia lantas membuka tutup botol air mineral dan segera meminumnya.
Rasaya begitu dahaga sekali, namun, kaki pun seolah tertahan di tempat itu. Melangkah saja terasa berat, harapan akan dapat melihat kemunculan Ayah, Bunda dan Haz dengan tentengan masing-masing serta wajah yang lelah, seolah membuat Putra masih merasa hidup.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com