"Kak, kamu balik sama Abang ke Ibu Kota, ya. Jangan sendirian lagi. Sudah ada adekmu, kamu tinggal di apartemen aja."
Kinan tak punya pilihan selain mengiyakan saja.
"Ya, Yah," jawabnya lesu.
"Oh iya. Kemungkinan Farah diadili di sana apa di tempat ia dilaporkan?"
"Kata Bagas, kemungkinan dikirim ke daerah asal, Yah. Tapi, menunggu pemeriksaan di sini selesai dulu."
Bukan Kinan yang menjawab, tapi, Putra.
"Oke. Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan cepat, Ayah juga mau bertemu dan bicara dengan dia."
"Iya, Yah. Kakak juga akan pulang."
Kinan menimpali.
"Kapan kakak pulang?"
"Nanti, setelah Farah juga pulang."
Adit terdengar tertawa senang.
"Bunda gimana, Yah?" tanya Kinan pelan. Ia masih saja berharap ada keajaiban, tiba-tiba ia mendapat kabar, kalau Maya menanyakannya. Namun, ternyata semua memang tak pernah akan terjadi.
"Bunda, alhamdulillah, kondisinya udah makin baik."
"Alhamdulillah."
Perlahan Kinan menyahut.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com