Setelah kejadian barusan, Putra dan Aisyah jadi saling membeku. Terlebih saat Putra menuturkan tentang pertanggung jawaban.
Aisyah juga belum memiliki keberanian untuk bertanya maksudnya.
Beberapa saat, mobil itu dilajukan kembali. Rencana ke pasar malam batal. Sebab, saat mereka sampai, lokasi sudah berangsur tutup.
Sehingga, Putra kembali memutar kendaraan, berkeliling kota.
Sekalian, ia ingin membuktikan ucapan Aisyah, yang mengatakan kalau Ibu Kota ini adalah kota metropolitan yang hidup selama dua puluh empat jam.
"Udah jam satu malam. Apa kita nggak sebaiknya pulang aja?" usul Aisyah.
Kali ini hal semacam itu ia ucapkan hanya sekedar basa basi saja. Sejak kejadian tadi, ia jadi ingin berlama-lama dengan Putra. Pun sebaliknya, meski hanya dengan berputar-putar menghabiskan bahan bakar seperti ini.
"Aisyah. Kalau gue nyatakan lagi perasaan gue ke loe, apa udah bisa loe jawab langsung?"
Pertanyaan ini membuat degup di dada Aisyah jadi semakin berdetak kencang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com