Seperti halnya Kinan, Putra pun juga tak bisa memejamkan mata hingga malam kian larut. Sebelumnya, ia sempat mengelabui Maya dengan berpura-pura tidur, agar Bundanya itu tak ikut bergadang menjaganya. Dengan demikian, Maya juga bisa tenang beristirahat. Lampu utama ruangan itu dimatikan, berganti dengan lampu tidur, yang lebih temaram.
Maya tertidur di atas sofa. Ia tampak benar-benar lelah. Tersungkur dalam tangisan, hingga do'anya terjawab saat Putra membuka mata.
Lalu kini, mata yang diharapkan terbuka itu, tak lagi bisa dipejamkan. Pikiran menerawang entah kemana. Banyak bayangan berkelebat dalam ingatan. Membuat kepala pemuda itu berdenyut nyeri.
Putra meringis tak bersuara. Apa yang sudah terjadi pada dirinya? Hingga menjadi seperti ini. Beberapa bagian wajahnya terasa pedih, seolah digigit semut merah. Terparah kepala yang terbalut perban ini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com