Demir menelpon Tomi dengan semangat 45. Semangatnya mengalahkan para pasukan yang sedang berlaga di medan perang. Untung saja Tomi mengangkat telepon dalam satu kali panggilan.
"Gue minta nomor Luna," ucap Demir tanpa basa-basi.
"Eitssss. Kenapa lo minta nomor bini gue?"
"Sejak kapan anak orang lo nikahin? Ngaku bini segala?" Demir malah mengomentari Tomi yang mengakui jika Luna bininya.
"Segera. Lo tunggu aja undangan pernikahan kedua gue." Tomi menyunggingkan senyum. Berhubung mereka sedang bertelponan Demir tak bisa melihat ekspresinya.
"Gue enggak peduli ah." Demir gusar dan mencak-mencak. "Mana nomor Luna?"
"Buat apa lo minta? Boleh dong gue tanya?"
"Istri gue pergi sama cewek lo. Gue hubungi Dee tapi nomornya ga aktif."
"Jangan bilang lo berantem sama Dee. Dia enggak angkat telepon lo." Tomi menebak.
"Kok lo dan Jacky bisa tahu?" Demir keheranan.
"Gue udah punya pengalaman berumah tangga," jawab Tomi bangga.
"Ya udah cepat kirim nomor Luna."
"Ok."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com