"Apa tuhan memberimu hidayah nak?" Wiga berdecit sebal, besok hari pertamanya sekolah di sekolah baru. Selain sekolah Wiga yang sekarang adalah satu dari sekian banyak yayasan milik ayahnya. Dengan begitu ayahnya tidak akan mengeluarkan uangnya lagu. "Terserah apa kata ayah," Ayah menganggukan kepalanya singkat.
Yang pertama yang di sayang, mau mereka saling bertengkar hebat seperti apapun. Yang pasti, itu akan menjadi yang diperhatikan setiap gerak-geriknya. Mungkin Sadewa tidak berpikir sejauh itu, tapi ayahnya menyayanginya lebih dari kasih sayang yang diberikan pada Sadewa.
Mungkin untuk sekarang Sadewa menjadi perantara kasih sayang ayah pada Wiga, tapi Wiga benar-benar tidak sadar dan tidak ingin berdamai dengan ayahnya. Sayang sekali. Semua kejadian ini tidak akan terjadi jika ayahnya kalap hanya menginginkan keturunan. Saat Sadewa hadir dan Wiga juga mulai hadir, dia pusing sendiri dan tanpa sadar merusak kebahagiaannya sendiri tanpa disadarinya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com