webnovel

Teman Baik

"Earth, jika kau merasa tidak nyaman, aku akan meminta Kak Cloud untuk tidak berada di lokasi syuting," tutur Sky tiba-tiba. Ternyata sejak tadi ia mendengar pembicaraan Earth dan Moon.

"T—tidak! Bukan begitu, Sky. A—aku … tidak masalah jika Cluod berada di lokasi syuting. Hanya saja …."

"Hanya saja?"

"Saat adegan ciuman kita … tolong pastikan Cloud tidak ikut merekamnya."

***

"Apa maksudmu, dengan mengatakan kalau kau mencintaku?!"

"Bukankah kau juga memiliki perasaan yang sama terhadapku?! Mengapa sekarang kau malah mempertanyakan tentang perasaanku?!"

"CUT!"

"Earth! Kau keren!" seru Moon, ketika First sudah meminta Earth dan Sky menyudahi aktingnya. Moon segera berlari menghampiri Earth dan memberikan air minum, serta kecupan di bibir kekasihnya.

"Aduh, duh … lagi dan lagi mataku harus tercemar karena pemandangan itu," gerutu First, ketika melihat Earth dan Moon yang lagi-lagi bermesraan di hadapan mereka tanpa segan.

"Di sana ada pria yang menganggur, apa kau tidak berminat?" tanya Earth menggoda First. Pria yang dimaksud adalah Cloud.

"Kakakku menyukai wanita, Earth," sahut Sky.

"Apa kau yakin? Aku pikir dia sama sepertimu," balas Earth.

Raut wajah Sky tiba-tiba saja berubah. Sepertinya ia tidak senang karena Earth menunjukkan kalau Sky adalah seorang gay. Sky tidak menjawab dan memilih untuk mendiami Earth.

Moon yang merasa dan melihat dengan jelas perubahan sikap Sky, merasa tidak enak dan menarik tangan Earth, untuk sedikit menjauh dari kerumunan orang itu.

"Kau membuatnya tersinggung. Minta maaf segera," pinta Moon pada Earth dengan berbisik.

Earth melirik pada Sky dan merasa tidak nyaman jika harus meminta maaf. Ia merasa kalau apa yang dikatakannya tidak salah dan Sky yang terlalu mudah tersinggung.

"Earth … jangan egois—"

"Aku akan berbicara padanya. Kau tidak perlu cemas akan hal itu. Aku dan Sky akan baik-baik saja," balas Earth, meyakinkan Moon kalau ia tidak akan egois lagi.

Moon yang senang mendengarnya, mengumbar senyum dan juga memberikan dekapan untuk kekasihnya. Ia berharap emosi Earth bisa lebih dikontrol dengan baik lagi, agar tidak ada lagi pertengkaran antara Earth dengan siapapun itu yang menggoda Earth dan membuatnya tersinggung, seperti Cloud.

***

Earth duduk di sebuah kursi panjang yang terletak di bawah pohon yang rindang. Ia membawa dua minuman kaleng dan memberikan pada seseorang yang kini tengah duduk di sebelahnya. Pria itu ada Sky, yang sedang menghafal skrip yang sebenarnya sudah fasih ia lafalkan saat syuting. Namun ia ingin memberikan hasil yang maksimal pada film tersebut.

"Minumlah," ucap Earth, masih mengulurkan tangannya, memberikan minuman tersebut.

Sky melirik pada minuman kaleng tersebut dan kemudian menoleh pada Earth yang kini tengah melihatnya. Dengan senang hati Sky menerimanya dan mengumbar senyum sebagai balasannya.

"Terima kasih," ucap Sky.

"Sama-sama … apa yang sedang kau lakukan, Sky?"

"Menghafal skrip. Aku ingin memberikan hasil yang maksimal, Earth."

"Hmmm, untuk tadi … aku …."

"Kau tidak perlu merasa tidak enak. Aku baik-baik saja, Earth," ujar Sky, sepertinya ia sudah tidak mempermasalahkan ucapan Earth yang menyinggung hatinya tadi.

"Sky, maafkan aku," lanjut Earth.

Sky tersenyum dan kemudian ia membuka kaleng minuman tersebut.

"Kau memberikan mimuman ini untuk menyuapku agar memaafkanmu?" tanya Sky dengan kekehan.

"T—tidak. Aku … memang ingin memberikanmu minuman itu. Aku ingin berbincang denganmu. Sudah lama tidak seperti ini, bukan?" jelas Earth.

Sky menatap Earth, yang kini menunduk seperti menahan sesuatu. Sky tersenyum, sepertinya ia paham kalau Earth merasa bersalah dan malu untuk bicara dengannya.

"Apa kabar, Sky?" tanya Earth, seperti baru pertama kali bertemu dengan Sky.

"Kau bertanya kabarku? Bukankah kita bertemu setiap hari?"

"Hmmm, aku bertanya tentang bagaimana dirimu saat tahu kalau kita berada di kampus dan bahkan di kelas yang sama."

Sky diam, ia hanya memberikan senyum tipis kepada Earth.

"Lebih baik kita tidak mengungkit masa lalu, Earth. Aku senang kau sudah bahagia bersama Moon. Kau sangat mencintainya, bukan?"

Raut Earth berubah menjadi masam. Ingin hati mengetahui perasaan Sky saat ini, namun sayang Sky tidak ingin membicarakan masa lalu yang pernah ada di antara mereka.

"Aku sangat mencintai Moon. Bahkan ayah sangat senang dan bangga saat tahu kalau aku berpacaran dengan Moon," balas Earth, dengan nada mengucilkan.

Kini Sky yang berbalas diam. Tangannya mengepal kuat, ia enggan menoleh ke arah Earth.

"Sky," panggil Earth lagi.

Sky hanya diam, tidak menoleh ataupun menjawabnya.

"Aku senang bisa bertemu lagi denganmu. Aku harap, kita bisa menjadi teman yang baik, ya …."

***

Mata Moon tak lepas dari pandangannya menyaksikan adegan Earth dan Sky. Dimana saat ini adalah adegan puncak, Earth dan Sky akan berciuman. Tugas Moon sudah selesai. Dalam film, ia sudah merelakan kekasihnya untuk mencari jati dirinya bersama Sky, sahabatnya sendiri.

"Kumohon … jangan pergi!" ucap Earth menahan Sky yang hendak pergi dengan air mata yang sejak tadi tak pernah berhenti menetes. "Moon sudah dengan tulus merelakanku, lalu kau memilih pergi begitu saja? Apa kau sadar, saat ini bukan hanya Moon saja yang hatinya terluka, aku juga terluka jika kau pergi meninggalkanku!"

"Aku mencintaimu! Tapi kita tak berhak bersatu! Kau pria dan aku pria!"

"Lalu apa salahnya jika kita sesama pria?! Bukankah kau memang tak pernah mencinta wanita? Lalu bagaimana dengan aku, yang saat ini telah jatuh hati kepadamu?"

Sky terduduk dan menangis. Sementara Earth masih berdiri di depan Sky, juga menangis, tak kuasa jika harus kehilangan seseorang yang begitu ia cintai.

"Aku memang mencintai Moon, saat itu," ucap Earth.

"LALU MENGAPA SEKARANG KAU MENGATAKAN, KALAU KAU MENCINTAIKU?!" Sky berteriak, guna melepaskan emosinya.

"Aku tidak tahu … tapi aku benar mencintaimu …."

"Apa kau seorang gay?" tanya Sky dengan kepala menengadah, menatap Earth yang sedang menunduk, juga menatapnya.

"Aku bukanlah seorang gay," jawab Earth, tegas.

"Lalu … mengapa kau memilih aku untuk kau cintai dan meninggalak Moon yang sudah jelas menjadi kekasihmu?"

"Aku mencintaimu, bukan karena kamu adalah seorang pria," ujar Earth.

"Lantas?"

"Aku mencintaimu, karena kamu adalah kamu."

Moon menitikkan air mata. Akting yang diperankan oleh Earth dan Sky benar-benar membuatnya tersentuh. Ia memang tak paham bagaimana para pria gay saling mencintai dan apa alasan mereka untuk saling mencintai. Namun alasan yang disebutkan oleh Earth, sangat masuk akal.

Cinta datang dan tumbuh bukan karena sebuah keterpaksaan. Ia hadir bagai air yang mengalir dan mampu merubah segalanya. Cinta yang sesungguhnya sama sekali tak mengenal perbedaan, baik fisik, usia, maupun gender sekalipun. Karena kita sebagai manusia, berhak mencintai dengan bebas.

Próximo capítulo