webnovel

PESAN PAPAH

"WAH, TERNYATA KALIAN DISINI! ALFA" Suara Gipson terdengar dengan jelas. Alfa menengok ke atas dan memperhatikan Gipson telah menodongkan pistol ke arah Alfa.

DOOR Peluru itu melesat dengan cepat bersamaan dengan cahaya putih yang menyilaukan

***

"HAH HAH HAH" Deruan napas Alfa terdengar sangat kacau.

"S*al hanya mimpi ternyata" ucap Alfa dengan memegangi keningnya. Dilihatnya Tata yang tertidur dibangku sebelah ranjang Sheila. Seketika itu Alfa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Gila udah pagi aja" ucapnya ketika melihat jarum pendek menunjuk ke angka 3 yang terpampang di jam tangan milik Alfa. Alfa berjalan menghampiri Tata dan membopongnya menuju sofa tempat tidur Alfa sebelumnya. Alfa melepas jaketnya dan menutupi tubuh Tata dengan jaket tersebut

"Gue udah gak ada waktu lagi, sebelum Om Gipson menyerang Sheila" ucap Alfa lirih "kunci pemberian papah!" Alfa teringat kunci gelang yang diberikan papah waktu itu.

Alfa bergegas meninggalkan rumah sakit dan pergi menuju rumah. Tak lupa sebuah pesan singkat Ia kirimkan kepada Tata

'Alfa(ma*t) : Ta, gue titip Sheila ya untuk tiga hari kedepan. Jangan bongkar rencana gue ke Sheila, cari alasan yang logis. Thanks' sekiranya begitulah pesan yang dikirimkan Alfa kepada Tata.

Diperjalanan Alfa melihat segerombolan preman tengah memukuli seorang pria. Alfa kemudian turun dari mobil dan menghampiri segerombolan tersebut. Tak banyak kata yang keluar dari mulut Alfa. Dirinya hanya berjalan dengan santai membelah gerombolan tersebut dan mendekati seseorang yang terkapar di ujung gerombolan itu.

"Wah wah wah, berani-beraninya lo ganggu mainan gue, hah?" ucap salah satu preman dari gerombolan. Alfa tak menghiraukan mereka, hanya sekilas melirik dan tetap menolong seseorang yang terkapar itu untuk berdiri.

"Bang*at" Merasa diabaikan. Preman itu mendekati Alfa dan melontarkan pukulanya. Pukulan itu ditangkis dengan segera dan menyerang balik perut si preman.

Tak butuh waktu lama untuk anak buah mereka maju serempak. Terdapat sekitar 10 orang preman. Satu persatu dari mereka maju untuk membuat Alfa babak belur. Tapi Alfa tidak segampang itu untuk dilumpuhkan.

Namun, tak disadari oleh Alfa jika seseorang dari mereka membawa sebuah pisau dan dilayangkan ke jantung Alfa. 'Gila, sasaranya mematikan' batin Alfa. Beruntung Alfa dapat menghindar dan pisau itu menggores lengan kirinya.

'Kekiri terus sasaran ke arah kepala' batin Alfa seraya menafsirkan pikiranya untuk melihat 10 detik di masa depan. 'Buset, orang itu' Alfa tersadar preman itu akan melukai orang yang terkapar tadi. 'Gue gak ada waktu' ditarik orang yang terkapar tadi untuk masuk ke dalam mobil Alfa. Beberapa pukulan dilontarkan Alfa hingga mereka terkapar untuk beberapa detik sebelum mengejar Alfa.

Didalam mobil sudah berapa kali kata terima kasih keluar dari mulut orang yang tengah berada di sebelah Alfa. Mendengar cerita si korban. Preman itu memukulinya karena korban tak sengaja meminjam uang kepada rentenir itu.

Setelah cukup jauh dan dirasa aman dari preman, Alfa menurunkan korban itu dan memberinya beberapa uang untuk membantu korban. Alfa Pun bergegas pergi menuju rumah, tujuan utamanya.

"Bos, Alfa pergi menuju ke rumahnya" ucap korban tadi kepada bosnya.

"Apakah pisau tadi mengenainya?" tanya bos di sebrang telepon.

"Iya Bos. Tergores di bagian lengan kirinya" jawab korban yang telah diselamatkan Alfa

"Ck, cuma tergores? Hahahahaha kerja bagus. Pisau itu telah dilumuri oleh racun yang membuatnya lumpuh sementara. Lanjutkan sesuai rencana!"

"Baik Bos"

***

"Ini dia kuncinya" Ucap Alfa kepada dirinya sendiri. Rumahnya kini sepi, pembantunya tengah pergi ke rumah sakit untuk menemani Sheila.

Alfa pergi ke sebuah ruangan kecil yang berada dibawah tanah rumah Alfa. Di Belakang lemari yang dapat berputar, di tembok belakang lemari terdapat sebuah sandi yang dimengerti oleh Alva, Alex, dan Gabriella.

Demi menjaga keamanan, lokasi yang Alfa tuju sedikit membutuhkan waktu. Alfa menekan sebuah kotak kecil dan terlihatnya sebuah remot pengendali.

"Buka garasi!" perintah Alfa. Siapa sangka sebuah tembok atau dinding tanah ternyata sebuah garasi dengan berisi mobil dan motor berteknologi tinggi. Alfa kemudian menaiki motor tersebut dan meninggalkan tempat semula. "Tutup garasi!"

Dengan kecepatan penuh, kecepatan cahaya. Alfa dengan cepat sampai ditujuan. Sebuah ruangan biasa dengan pintu bersensor sidik jari dan retina mata.

"Welcome, Alfa Alexander" ucap suara yang sudah terprogramkan disertai pintu yang terbuka.

"Sudah lama gue gak main kesini. Masih bersih aja" Ucap Alfa kepada dirinya sendiri.

Ruangan itu adalah ruangan kerja Alexander semasa beliau hidup. Berbagai alat laboratorium bahkan sebuah tempat yang digunakan Alex saat menyuntikan suntikan 'itu' kepada Alfa masih terlihat terawat.

Alfa memandang tempat itu dengan senyum kecutnya. Tak bisa memikirkan apa yang ayahnya pikirkan saat melakukan itu kepada anaknya sendiri.

Alfa memejamkan matanya cukup lama untuk menemukan sebuah kejanggalan di laboratorium itu.

"Ketemu" ucapnya setelah melihat sebuah pintu yang menjadi satu dengan tembok. kemungkinan besar jika manusia biasa melihat itu hanya sebuah tembok biasa tanpa pintu rahasia disana. Terdapat sebuah lubang kecil, sangat kecil. Sekecil lubang pada jarum jahit.

"Sial, lubanya aja kecil banget. gimana kuncinya bisa buka ini" kesal Alfa.

Tak disangka keberuntungan tengah berpihak kepada Alfa. Jarinya dengan tanpa sengaja memegang sebuah sensorik di kunci yang dipegang Alfa. Sebuah jarum keluar dari kunci itu. Tak butuh waktu lama untuk Alfa segera membuka pintu itu.

'Krieeeeeek' pintu itu terbuka dan menunjukan ruangan asing. Terlihat sebuah kotak yang sangat besar dan dipintu itu terdapat sebuah tulisan.

"Alfa, anakku tersayang. Sebelumnya maafkan Papah karena sudah melakukan hal yang tidak kamu sukai. Papah yakin, cepat atau lambat teman papah akan menemukanmu dan mengincar kekuatanmu. Maka dari itu, Papah telah membuatkan 'teman' untukmu dalam melawan semua musuh/sahabat/teman Papah yang akan membuatmu dan menginginkanmu untuk menjadi miliknya dan objek penelitian. Papah sebut "temanmu" itu DUPLICATE X-045. Papah sayang sama kamu Alfa. Jagalah Mamah dan juga Adikmu Sheila. Maafkan Papah dan Salam untuk Mamah dan Sheila saat setelah kamu membaca pesan ini" Tulis Alex di sebuah kertas putih.

"Pah, Alfa juga kangen sama Papah. Terima kasih Pah, Alfa mengerti Papah melakukan ini untuk kebaikan Alfa. Semoga" Ucap Alfa lirih pada kata terakhir.

'Sial, kenapa tubuh gue semakin lemes' batin Alfa. Dihiraukanya kesehatan Alfa yang semakin lemas. wajah Alfa memucat. Dibukalah kotak besar tadi.

Tak sempat Alfa melihat secara pasti apa isi kotak tersebut. Namun, Alfa merasakan Alfa tengah menyentuh isi kotak tersebut yang terasa seperti seseorang. Alfa kemudian memejamkan matanya karena efek racun itu menjalar ke tubuh Alfa.

***

Dilain sisi, terdapat beberapa orang yang berlalu lalang di rumah Alfa untuk mencari keberadaan Alfa.

"Bos, Alfa tidak ada dirumahnya bos" Ucap orang tadi yang telah diselamatkan Alfa. Dirinya mencari Alfa dirumah Alfa dengan beberapa preman palsu itu.

"Bego kalian! katanya Alfa kerumah! cari sampai dapat! kalau tidak kalian yang akan mendapatkan ganjaranya! cepat!"

"Ba-baik bos"

Próximo capítulo