Ketika pengunjung acara amal itu mulai mengerumuni hasil karya para peserta yang dipajang, kedua tangan Lisa mulai berkeringat. Ia gugup, ragu dengan kepercayaan dirinya. Ia ragu akan ada seorang dermawan ataupun kolektor lukisan berduit yang mau membayar berapapun untuk lukisan jeleknya.
Seni memang subjektif, belum tentu menurut Lisa jelek itu jelek untuk orang lain dan sebaliknya, Lisa tahu akan hal itu. Namun, ia sadar diri kalau kemampuan melukisnya bahkan tidak mampu menyaingi lukisan anak sekolah dasar. Bagaimana jika dalam seharian penuh ini tidak ada pengunjung yang mau membeli lukisan hasil coretan tangan Lisa?
Lisa mulai menarik napas panjang - panjang, ia tidak ingin larut dalam keputusasaan, ia mengerjapkan mata lalu membuang jauh - jauh pikiran - pikiran buruk itu dari kepalanya. Ia percaya terhadap keajaiban, sekalipun keajaiban itu seringkali tidak terduga dalam bentuk apa ia berwujud.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com