webnovel

Epilog 13 : Penjelajah yang Tertinggal (1)

—Cerita tersusun dari kata-kata, dalam lintasan ruang mimpi yang fana, seorang penjelajah tertinggal ke dalam kabut mimpi tanpa akhir.

—Dan mereka bahagia selamanya, itu adalah kata-kata yang menyenangkan jika tak ada yang tertinggal.

—Mulai kembali dari awal.

Bulu matanya yang panjang terjatuh karena usapan kasar dari tangannya. Terbangun dari sebuah mimpi yang membuatnya menangis, perasaan rumit yang tak bisa dijelaskan melanda.

Pipinya yang lembut memerah dengan bekas air mata, dan matanya membengkak. Melihat keluar jendela yang tertutup tirai tipis, bulan tampak tenggelam dan akan segera digantikan matahari yang cerah. Itu harusnya menjadi keceriaan, lalu kenapa? Kenapa dia merasa sangat sedih?

Dia mengusap air matanya yang tersisa dengan tangan kecilnya lalu turun ke lantai bawah untuk minum air agar perasaan rumitnya mereda.

—"Siapa menurutmu penulis Ways Of Survival?"

Dia berhenti saat suara itu bergema di benaknya, matanya melebar. Dalam kegelapan, sosok kecilnya meringkuk di sudut dapur. Air matanya kembali mengalir.

—"Itu adalah bayi yang sangat besar dengan imajinasi mengerikan."

—"Jika kau menyelamatkan dunia ini, lalu bagaimana dengan dunia yang lain?"

"B-berhenti! Berhenti! Tolong!"

Anak itu menangis dan gemetar sambil menutupi telinganya. Namun, suara-suara itu tak berhenti.

"Tolong! Berhenti! Aku... Aku...."

Mungkin dia akan kehabisan air mata jika suara itu tak berhenti.

—Apakah ini rasanya mengarungi kekosongan?

—Kau adalah inti dari kisah ini dan semuanya, kau bukan protagonis. Kau adalah pembaca. Jadi, bisakah aku meminjammu?

—Dunia yang kau inginkan? Aku mengerti, aku akan mewujudkannya.

—Bagaimana denganku? Kau tidak perlu khawatir, tujuanku adalah membuat semuanya bahagia.

—Ini bukanlah novel lagi. Kita hidup di dalamnya, mengalami semua hal dan emosi. Mungkin keberadaanku adalah keabnormalan yang seharusnya tidak ada.

—Ini perjanjian hanya kau dan aku, kau akan melupakan semua yang kukatakan ini.

—Ketika waktunya tiba, kau akan mengingat ini dan dunia yang kau inginkan akan segera terwujud.

—Aku senang bisa meminjam dirimu, Kim Dokja.

Krak!!!

Anak itu meremukkan gelas yang dibawanya. Darah menetes ke lantai dapur yang bersih. Suara itu berhenti, tapi dampaknya baru dimulai.

"Kim Dokja?"

Pria dengan rambut acak-acakan dan piyama hitam mendekat dari belakangnya. Tangan besarnya menyentuh bahu anak yang membelakanginya.

Ketika anak itu berbalik, pria itu tersentak kaget, dia menarik tangannya dari bahu anak itu lalu menyambar tangan berdarah.

"Apa? Kau kenapa?"

Suaranya serak karena khawatir, dia diam-diam mengakui bahwa dia menyukai anak itu dengan tulus. Jadi, dia benar-benar terkejut saat melihat yang terakhir tampak mengerikan dengan tangan berdarah.

Pria itu menjadi semakin panik karena anak itu tak menjawab, dia pergi untuk mencari Kotak P3K dengan cepat, sistem <star stream> tak ada, jadi mau tak mau dia mengandalkan benda-benda yang tak pernah dia gunakan.

Anak itu, Kim Dokja, memandang pria di depannya dengan mata kosong. Dia membiarkan yang terakhir untuk mengobati tangannya yang terkena pecahan gelas. Dia tak merasakan sakit, itu aneh, seolah seseorang menggantikan rasa sakitnya.

Segala hal tak pernah berakhir seperti apa yang diinginkan dan Kim Dokja mengharapkannya demikian. Dia tahu tujuan dari perjanjian akan segera datang, entah apakah itu cacat atau sempurna.

Secretive Plotter yang tak pernah bisa tidur nyenyak memiliki kebiasaan berjalan-jalan pada tengah malam, biasanya dia akan melakukan kekacauan di manapun itu untuk memuaskan hasratnya. Namun, dia yang sekarang berubah.

Tujuannya berjalan-jalan adalah memeriksa apakah ada variabel yang akan membahayakan anak itu? Mengingat bahwa anak itu adalah Dewa paling tak berdaya.

Jadi, dia melihat ketika anak itu turun dari kamarnya menuju dapur dan diam-diam memperhatikan.

Lalu, sesuatu mengganggunya.

—Apakah ada dunia seperti itu?

—Kim Dokja.

—Jika aku mati, kau bisa kembali, bukan?

—"Secretive Plotter, apakah kau crawling chaos?"

—Ekspresi bangga itu yang seakan mengetahui segalanya membuatku kagum dan pada saat yang sama waspada. Siapa dia?

—Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba muncul alasan semacam itu untuk mengirimnya ke sana, untuk membunuhku. Yang terjadi selanjutnya adalah diluar perkiraan.

—Semua seolah dibuat untuk menguntungkannya, kenapa?

—Dia memiliki fragmen tembok terakhir yang menyebut dirinya Raja Surgawi Yang Setia.

—Apakah dia bukanlah Kim Dokja sejak awal?

—Jadi, begitu....

Saat kenangannya yang muncul tiba-tiba berakhir, dia bertanya-tanya kenapa kenangan itu muncul pada saat ini?

Dan sekarang, dia tahu alasannya.

"Kim Dokja."

"Uh."

Kim Dokja menatap matanya tanpa takut. Yang terakhir menelan kata-kata yang akan diucapkan dan mengatakan hal lain sebagai gantinya.

"Istirahat, ayo."

Secretive Plotter menggendongnya untuk kembali ke kamar.

***

Pada siang hari, mereka berdua bersikap seperti hari-hari biasanya seolah melupakan kejadian dini hari tadi.

Uriel sedikit curiga pada Secretive Plotter setelah melihat mata Kim Dokja membengkak. Dia mengira yang terakhir dianiaya.

Uriel memelototi Secretive Plotter sambil menjaga Kim Dokja tetap di dekatnya.

(Ramalan cuaca malam ini cerah)

Siaran TV yang dinyalakan Kim Namwoon memberi mereka informasi bagus.

"Bagaimana kalau kita pergi berkemah."

Lee Jihye mengusulkan dan Kim Namwoon langsung setuju sementara Lee Hyunsung tampak tertarik.

"Ya, itu sepertinya menyenangkan. Apa kau mau, Dokja?"

Uriel bertanya dengan lembut pada Kim Dokja yang berdiri di sisinya.

Anak itu hanya mengangguk.

"Baik, kita harus mempersiapkannya sekarang."

Lee Jihye bersemangat.

"Ayo gunakan kartu emas lagi!"

"Ah, benar. Ngomong-ngomong, kita lupa menanyakan tentang orang itu pada Master kemarin."

Lee Hyunsung tampak dipukul di bagian belakang kepalanya setelah pengingat dari Lee Jihye.

"Siapa?"

Secretive Plotter tertarik.

"Master, tahukah kau seseorang yg memiliki penampilan cantik, dia pria berambut perak dengan mata merah dan ehm... Hei, kalian bisa membantuku mendeskripsikannya?!"

Yang lain terkikik.

"Langsung ke intinya, dia bukan bagian dari dunia ini, dia seperti kita, atau mungkin berbeda dari kita."

Penjelasan Uriel cukup masuk akal.

"Master, apa kau tahu siapa dia?"

Secretive Plotter merenung sesaat.

"Mungkin," jawabnya, sekilas dia melihat Kim Dokja yang sedang menatap lantai.

"Siapa? Dia orang yang terlihat berbahaya."

Secretive Plotter mengabaikan rengekan mereka dan pergi keluar.

Pada saat itu, Kim Dokja menggigit bibirnya dengan keras.

***

Btw, lagu Forgotten Of Words sangat cocok dengan ending dan epilog novel aslinya. Aku mengambil sedikit referensi dari lagu itu.

Stories from weaving words,in crosses space like an ephemeral dreams, a traveler stayed, to the deep mist of fairy tale. (Cerita tersusun dari kata-kata, melintasi ruang mimpi yang fana, seorang penjelajah tertinggal, ke dalam kabut dongeng yang pekat)

Próximo capítulo