webnovel

Penyusup

Kisha masuk ke ruangan bernamakan Presiden Direktur, ia melihat-lihat ruangan yang selama ini menjadi kediaman kedua dari kakaknya itu. Lalu ia duduk di kursi kebesaran milik direktur utama, dan Kisha cukup puas telah merasakan bagaimana nyamannya kursi seorang pemimpin.

Seseorang mengetuk pintu, Kisha menetralkan ekspresinya dan memberi izin pada orang itu untuk masuk ke ruangan ini. Wanita berwajah cantik mendekati Kisha, lalu ia berhenti tepat di seberang meja. Ia menaruh setumpuk berkas di meja, setelahnya ia memperkenalkan dirinya.

"selamat pagi nona, saya Yona sekertaris tuan Kiano sebelumnya." ucap wanita itu pada Kisha.

Kisha meneliti wanita itu melalui fisiknya, ada hal yang mengganjal di hatinya tentang wanita bernama Yona ini. Melihat fisiknya wanita ini memang bagus, tapi ada yang aneh dengannya.

"baiklah Yona, apa tugasku sekarang?" tanya Kisha pada Yona langsung.

"nona harus menandatangani berkas-berkas ini, lalu akan ada rapat di jam makan siang nanti. Setelahnya nona kembali ke kantor untuk menyelesaikan berkas lainnya, setelah selesai akan ada perjamuan makan malam di rumah tuan Charles." jelas Yona dengan detail.

Kisha sedikit terkejut, sebanyak itu kakaknya mengatur jadwalnya di setiap hari. Pantas saja ia kelelahan dan tidak ada waktu untuk mengabarinya, Kisha mengerti sekarang betapa sulitnya tanggung jawab mengurus perusahaan sebesar ini.

"baiklah, kau boleh kembali." titah Kisha pada Yona.

"saya permisi" pamit Yona segera.

Yona sudah keluar, namun Kisha masih penasaran dengannya. Tatapan matanya adalah tatapan yang sudah sangat Kisha kenal, tatapan ambisius dan kesedihan.

Kisha harus berhati-hati, jika ia salah langkah maka umpan yang sengaja ia lemparkan akan segera habis tanpa ia bisa menjebak mangsanya.

Kisha mengambil berkas-berkas yang tadi Yona berikan, lalu membacanya satu persatu. Kisha benar-benar tidak menyangka jika keluarganya sekaya itu, bisnisnya pun berbagai bidang dan lintas negara.

Kini Kisha mengerti kenapa orang-orang itu ingin menghabisi keluarganya, karna harta yang dimiliki keluarganya itu harta karun paling berharga.

Harta yang hanya dimiliki garis keturunan Almora, adalah kekayaan tiada akhir. Orang serakah dan rakus serta tamak tentu saja menginginkannya, mereka itu benar-benar orang-orang yang menjijikkan.

Selesai membaca berkas-berkas itu, Kisha menandatanganinya. Namun tangannya terhenti saat matanya membaca kalimat lain di balik salah satu map berwarna merah.

'surat pengalihan saham Almora sebesar 20% atas nama Yona Londer sebagai pemilik selanjutkan 20% saham tersebut.'

Mata Kisha membulat membaca kalimat itu, lalu ia membaca ulang seluruh kertas di map itu. Ternyata kertas-kertas itu adalah laporan keuangan bulan lalu, lalu di bagian akhir tumpukkan kertas itu adalah surat pemindahan kekuasaan yang di salipkan di antara laporan keuangan itu.

"sialan Yona! Dia berniat membodohiku, ck mana bisa. Kau salah orang untuk bermain-main Yona, sekarang lihatlah bagaimana aku akan mengakhiri dramamu itu!" kecam Kisha penuh amarah.

Kisha menandatangani surat itu, lalu menumpuk surat itu kembali ke dalam map. Dan memanggil Yona untuk mengambil berkas yang sudah di tanda tangani itu, tidak lama kemudian Yona datang dan mengambil berkas-berkas itu. Lalu ia kembali pamit, tapi ada yang berbeda. Seringai di wajah Yona membuat Kisha merasa puas, ia pun ikut menyeringai. Siapa yang akan menang nanti?

Jam menunjukkan pukul 12 siang, waktunya untuk rapat dengan klien. Kisha keluar dari ruangannya, ia menatap Yona yang sedang tersenyum senang.

"wah Yona, kau terlihat bahagia. Ada apa?" tanya Kisha memancing umpan.

Yona terkejut mendengar suara Kisha, namun ia mencoba menenangkan dirinya dan kembali tersenyum.

"hah tidak nona, hanya memenangkan lotre kecil." jawab Yona terpancing.

"ah benarkah? Kau beruntung sekali." balas Kisha berpura-pura tidak tau.

Yona tersenyum senang mendengar perkataan Kisha, disisi lain Kisha dapat melihat tatapan mengejek dan merendahkannya. Tatapan yang bisa membuat Kisha kesal, tatapan meremehkan dirinya.

"ayo! Kita ada rapat, jangan membuang waktu." ucap Kisha kembali dalam dirinya sendiri.

Yona hanya mengikuti saja, ia tidak menyadari perubahan pada nada suara dan wajah Kisha. Benar-benar terjebak kah?

.

.

.

.

.

Kisha menghela nafas lelah, diskusi alot ini membuatnya jadi merasa bosan. Sebenarnya bisa aja Kisha membatalkan diskusi ini, mengingat perusahaan merekalah yang membutuhkan uangnya. Tapi melihat pria paruh baya di depannya ini Kisha merasa sedikit iba, entah kenapa ia melihat wajah pria itu terlihat penuh dengan tekanan.

Peluh di dahinya, suaranya yang sarat akan penuh harap. Pria itu pasti mendapat tekanan berat dari atasan di perusahaannya, dan sekali lagi pemikiran itu membuat Kisha menghela nafas lelah.

Detik berlalu, menit terlewati, waktu terus berjalan tanpa henti. Tapi pria di hadapannya ini masih saja memperdebatkan pembagian hasil yang sesuai untuk keuntungan mereka, apa mereka pikir aku bodoh? Aku tidak akan bisa di permainkan.

"jadi bagaimana nona? 60:40 sangat menguntungkan bukan?" tukas pria itu semangat.

Tentu saja tidak, Kisha tidak bodoh untung menghitung keuntungan yang akan di dapatnya nanti. Rasa iba dalam hatinya mulai memudar, rasa dingin dan tajam itu kembali menguasai hatinya.

"apa itu benar-benar menguntungkan buat perusahaanku?" tanya Kisha mempermainkan.

"te-tentu saja" jawab pria itu ragu.

"tidak, saya memang setuju dengan pembangunan pusat store ini. Saya akan invest sesuai dengan yang anda ajukan, tapi dengan satu syarat." putus Kisha akhirnya.

"apa syarat yang anda inginkan nona?" tanya pria itu pada Kisha.

"aku ingin 60% bagian proyek ini menjadi hak Almora Company, dan 40% itu akan menjadi bagian perusahaan anda. Bagaimana?" tanya Kisha dengan seringainya

"ba-bagaimana bisa begitu nona, bukankah seharusnya pembagian ini menguntungkan kedua belah pihak?" jawab pria itu tidak setuju.

"bukankah itu yang sebelumnya kau inginkan? Pembagian 60:40, aku sudah menurutinya." balas Kisha datar.

"me-memang benar, tapi kalau seperti itu kami.." jawab pria itu ragu.

"terserah, tapi itu keputusanku. Kau bisa tentukan, atau kita batalkan proyek ini." balas Kisha tajam.

Pria itu terdiam, ia terlihat berpikir keras dengan syarat yang Kisha nyatakan. Wajahnya tampak serius, dan berkeringat. Sepertinya ia benar-benar tertekan sekarang, Kisha merasa iba. Tapi sayang, pria itu terlalu licik untuk mendapat rasa ibanya.

"ba-baiklah, saya akan menerimanya. Besok perwakilan kami akan membawa surat pengajuannya pada anda, tentu isinya sesuai dengan apa yang anda inginkan." putus pria itu akhirnya pasrah.

"bagus, saya tunggu di Almora Company. Kalau gitu saya pamit, senang bekerja sama dengan anda." ucap Kisha dengan senyum tipisnya.

"ya, semoga kita bisa menjadi rekan seterusnya." balasnya penuh harap.

Kisha sedikit menyeringai lalu ia melepas jabatan tangan mereka, dan berjalan meninggalkan restoran ini.

"bukankah itu tidak adil nona? Bukankah 60% itu sangat besar?" tanya Yona tiba-tiba pada Kisha.

"dalam bisnis kita mengharapkan untung bukan? Itulah yang aku lakukan." balas Kisha seadanya.

Mobil Kisha melaju cepat di jalanan, ia harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan semua berkas yang belum di urusnya.

Próximo capítulo