Saat pagi, Ethan terbangun saat mendengar alarm nya berbunyi untuk yang ke lima kalinya, dia menatap langit-langit kamarnya dengan tangan masih memeluk daster favorit Luna. Ya! Semalam pria bertubuh kekar itu sukar tidur, hingga memeluk daster milik istrinya sebagai pengobat rindu.
Ethan terdiam dengan ingatan tentang bagaimana Luna dulu mengacuhkannya, tidak menganggapnya sebagai suami, lalu selalu menyalahkannya. Bayangan itu seakan berkelana di benaknya.
"Ini terasa seperti dulu, bahkan lebih. Lima bulan menjalani rumah tangga dengan diacuhkan terus menerus, aku bisa sabar. Seharusnya saat inipun aku juga harus sabar."
Ethan meyakinkan dirinya sendiri untuk terus telaten menghadapi sikap Luna yang semakin tidak membuatnya nyaman. Ah, jangankan nyaman, dia bahkan merasa tidak dianggap lagi, mengingat semalam datang menyusul malah dimarahi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com