webnovel

Tunda sebentar

Ethan tersenyum lega mendengar perkataan Luna. Dia melepaskan pelukan istrinya itu dan menatap matanya yang sendu dan bertanya, "Luna, apa kamu serius?"

Luna tak mampu menjawab, dia hanya mengangguk dengan senyum meyakinkan. Melihat pria di hadapannya yang antusias akan ungkapan cintanya, membuat Luna merasa sangat dicintai.

"Aku mencintaimu sejak awal kita bertemu, dan sekarang, kamu membalasnya!" Ethan kembali memeluk wanita hamil itu dengan erat.

"I can't breath," ucap Luna karena Ethan terlalu erat memeluknya.

"Maaf, aku hanya terlalu bahagia," balas Ethan dengan tersenyum sembari melepas pelukannya.

"Aku juga bahagia sekarang." Luna berinjit mencium bibir Ethan.

Mendapat serangan ciuman dari Luna, Ethan segera membalas dengan lembut dan penuh cinta. Luna memejamkan mata kala merasakan ciuman penuh cinta dari pria yang selama ini sudah bersabar untuknya.

"You can touch me! i'm yours!" lirij Luna dengan tatapan meyakinkan setelah Ethan melepas ciumannya.

"Apa kamu yakin?" tanya Ethan.

"of course," jawab Luna dengan mantap.

Ethan tersenyum dan kembali menciumnya hingga beberapa menit. Dia membopong istrinya ala bridal style menuju ranjang, kemudian merebahkannya dengan pelan dan melepas semua yang menempel di tubuh istrinya itu hingga tidak bersisa.

Mata Ethan tak pernah lepas menatap intens pada wajah Luna yang cantik. Dia mencium setiap inci dari tubuh gadis yang tidak sengaja ia hamili karena salah masuk kamar itu.

Luna menelan salivanya, kala menerima sentuhan dan ciuman dari Ethan. ini adalah pertama kalinya dia naked di hadapan suaminya dan bahkan tubuhnya diberi ciuman, tentuw saja dia sangat nervous.

"Apa dia akan terganggu dengan kegiatan ini?" tanya Ethan sembari mencium perut buncit Luna.

Luna mencoba mengatur napasnya yang mulai tidak stabil. ini pertama kalinya dia bercinta dalam keadaan sadar, karena dulu saat Ethan merenggut keperawanannya, dia dalam keadaan mabuk.

"Aku tidak tau, kita bisa tanyakan itu pada dokter," jawab Luna.

Ethan terdiam sejenak untuk berpikir mengenai kehamilan Luna. Dia takut jika melakulan hubungan suami istri tanpa anjuran yang benar, akan mengganggu kandungannya.

Pria itupun menghentikan aktifitasnya lalu menyelimuti tubuh istrinya yang sudah telanjang bulat itu dengan selimut tebal berwarna putih sepadan dengan warna sprei.

"Kita lakukan setelah bertanya pada dokter saja," ucap Ethan sembari berbaring di samping Luna.

Luna mengerucutkan bibirnya. Dia merasa kandas karena sudah merasa sangat menginginkan Ethan menjamah tubuhnya. 'Dia bisa menahan nafsunya, padahal sudah setengah jalan,' batin Luna sembari menatap aneh pada Ethan.

"Aku tidak ingin membuat mereka tidak nyaman di dalam sini. Besok kita tanya ke dokter tentang posisi yang baik saat berhubungan badan," ucap Ethan sembari melingkarkan tangannya ke perut Luna.

Luna menghela napasnya, merubah posisi hingga berhadapan dengan Ethan.

"Kamu bisa menahannya, Padahal sudah setengah jalan." Luna meraba bibir Ethan yang lumayan bengkak karena ciuman tadi.

Ethan tersenyum mendengar perkataan yang baru Luna katakan. "Aku mencoba menahannya."

"Kamu menyebalkan. Tapi ini juga demi kebaikan. Ah, entahlah, aku sangat menginginkanmu." Luna mengerucutkan bibirnya, membenamkan wajahnyal ke dada Ethan, menghirup aroma tubuh Ethan yang sudah menjadi candu baginya.

Ethan terkekeh melihat Luna yang kecewa karena keputusannya menunda bercinta. Dia tidak menyangka istrinya itu menginginkan dirinya juga. 'Cintaku benar-benar tidak bertepuk sebelah tangan. Aku tidak ingin malam pertama kita di sini. Aku akan membuatmu merasa berkesan,' batin Ethan sembari merangkul istrinya yang perlahan tertidur.

"Aku akan siapkan malam yang romantis untuk kita. Setelah pulang dari sini." Ethan menatapi Luna yang terlelap, kemudian menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya. Istrinya itu sudah berada di alam mimpi.

Ethan menciumnya dan merangkulnya. Tidur sembari memeluk Luna adalah rutinitasnya. Namun kali ini berbeda, karena sudah ada cinta dari Luna untuknya. Membuat Ethan tidak merasa takut atau canggung.

___

Keesokan harinya, Luna dan Ethan sudah siap berangkat kembali ke Jakarta. Dina dan Alexa ikut mengantar mereka sampai di bandara.

"Hati-hati untuk kalian terutama Luna, jaga baik-baik kandungan mu, jangan terlalu kelelahan dan banyak pikiran," nasehat Dina sembari mengusap pundak Luna. Dia tampak menyayangi menantunya itu.

"Iya, Ma. Tenang saja, cucu mama akan baik-baik saja, karena papanya perhatian," balas Luna sembari tersenyum meyakinkan.

Ethan merona, senyum mengembang di bibirnya karena Luna memujnya. Padahal, biasanya istrinya itu malah tidak suka jika terlalu diperhatikan.

"Ethan, Jangan lupa tentang kemarin," timpal Alexa.

"Soal jodoh. Oh, tenang saja, itu gampang. Temanku banyak, dan tidak berandalan. Aku akan memperkenalkan mereka kepadamu," balas Ethan dengan santai menatap Alexa.

"Kamu jangan terlalu sering lembur," seru Dina sembari melirik Ethan yang biasanya gila kerja dan doyan lembur.

"Iya, Ma. Mama tenang saja," balas Ethan sembari merangkul Luna dari samping.

Alexa menatap Luna yang sudah akrab dengannya, ia merasa sedih karena akan berpisah. "Luna. Aku merasa ingin ikut denganmu. di rumah aku selalu kesepian," ucap Alexa dengan nada sendu.

"Kalau begitu ikutlah denganku, aku di rumah juga kesepian kalau Ethan sedang kerja," balas Luna dengan ramahnya. Ah, dia memang menyukai Alexa yang humble dan tomboy itu.

Ethan melirik Alexa dengan malas. Jika Alexa ikut, bisa saja membuat rencananya membuat kejutan romantis untuk Luna tidak seru lagi. Ethan hanya ingin berduaan, melakukan bulan madunya yang sempat tertunda.

"Bukankah kamu sibuk mengerjakan skripsi akhir, Alexa?" tanya Ethan dengan menaikkan alisnya.

"Iya," singkat Alexa, ia kembali menatap Luna. "Aku sibuk. Mungkin sekitar beberapa bulan lagi aku bisa ikut ke Jakarta. Mungkin anak kalian sudah lahir," lanjutnya.

"Hem, padahal jika ada kamu, aku akan merasa punya teman dan tidak kesepian," ucap Luna dengan tatapan sendu.

"Mama akan segera carikan pegawai baru untuk Ethan.. Supaya Ethan bisa di rumah saja menemani kamu," timpal Dina dengan senyum meyakinkan pada Luna. Dia tau bagaimana kesepiannya seorang wanita saat suaminya bekerja. Apalagi jika sedang hamil, rasa rindu mudah datang.

Ethan mengangguk setuju."Iya, Ma, biar aku tidak kerepotan dan aku ingin fokus pada istriku," balas Ethan sembari mengeratkan rangkulannya pada Luna.

Dalam hati Ethan bersorak. 'Mama sangat pengertian, dan Alexa tidak jadi mengganggu kami.'

"Sebentar lagi pesawat akan take off, kami harus segera menuju pesawat sekarang," ucap Ethan sembari melihat ke arah arlojinya yang menunjukkan 15 menit lagi dia harus sudah di dalam pesawat.

"Hati-Hati. Kalau sudah sampai, kabari mama," seru Dina sembari memeluk Luna sebentar lalu melepasnya.

"Doakan aku semoga cepat selesai mengerjakan skripsi. Biar aku bisa menemanimu, dan melihat perutmu akan membesar seperti balon," ucap Alexa sembari memeluk Luna sebentar lalu melepasnya.

Luna terkekeh mendengar perkataan Alexa, selera humornya mampu memcahkan suasana haru perpisahan ini. "Iya, aku akan doakan."

"Yasudah, kami berangkat dulu, Ma," pamit Ethas sembari menggandeng tangan Luna dan mengajaknya menuju lapangan landasan pesawat.

Dina menatap lega putra dan menantunya yang mulai terlihat memiliki cinta, sedangkan Alexa terlihat sedih karena akan memulai hari-harinya seperti biasa lagi. Begitulah setiap orang, pertemuan kerabat selalu membawa keceriaan, namun ketika sudah pulang masing-masing, akan terasa sangat sepi dan menyedihkan.

Próximo capítulo