webnovel

BERHATI-HATILAH

Hailee meringis ketika mendengar pertanyaan Ian. Ya, seharusnya dia tidak berada di kota A, kalau segalanya berjalan dengan lancar, maka seharusnya Hailee telah berada di Negara bagian utara.

Tapi, sayangnya tidak semua rencana yang dirancang secara matang dapat berakhir sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Jadi begini…" Hailee mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi setelah dia pergi dari rumah Ian dan berencana untuk menaiki pesawat yang Ian telah pesan untuknya ke Negara bagian utara.

Hanya saja, sayangnya Hailee tidak pernah berhasil mencapai bandara karena orang- orang Roland Dimatrio mengetahui dimana keberadaannya dan menemukannya saat Hailee berada di kota A.

"Tidak mungkin…" gumam Ian dengan nada tidak percaya. "Yang mengetahui keberadaanmu hanya aku dan beberapa orang yang kupercaya. Mereka adalah orang- orang yang membantuku untuk membuat identitas baru untukmu dan melakukan booking untuk pesawat yang akan kau tumpangi."

Hailee dan Ian terdiam setelah dia mengatakan hal tersebut, sibuk dengan pikirannya masing- masing. Kalau memang apa yang Ian katakan adalah benar, maka hanya ada dua kemungkinannya;

Pertama, itu adalah suatu kebetulan, yang mana mereka berdua pun ragu kalau ini hanyalah sebuah kebetulan. Semua itu terlalu aneh untuk dikatakan sebagai sebuah kebetulan.

Kedua, kemungkinan lainnya adalah; orang- orang yang Ian pikir dia percayai, ternyata tidak terlalu dapat dipercaya seperti yang ia duga.

Kalau memang itu benar, maka Ian akan mencari tahu siapa yang telah membocorkan informasi ini. Orang tersebut harus merasakan sedikit pelajaran karenanya!

Mengesampingkan masalah tersebut untuk Ian pecahkan, Hailee menanyakan hal mendesak lainnya. "Tapi, yang menjadi perhatianku adalah; siapa orang yang memobilisasi Alex dan anak buahnya? Bukankah Roland Dimatrio tengah terbaring di rumah sakit? Tidak sadarkan diri?" Hailee menjadi bingung dengan hal ini.

"Aku akan mencari tahu mengenai hal itu," ucap Ian segera. "Siapa yang kau curigai?"

Hailee telah memikirkan orang- orang yang dia duga telah memberi perintah, tapi tidak ada satu pun yang dia curigai dapat melakukan ini.

Aileen memang adalah orang yang mendalangi pertemuan Hailee dan Roland Dimatrio, tapi atas dasar apa dia bisa memberi perintah pada Alex? Sang bodyguard tidak akan mengambil perintah dari orang lain kecuali seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan Roland Dimatrio.

Namun, siapa? Keluarga Dimatrio? Mana mungkin mereka bisa mengetahui keberadaan Hailee dan mengaitkan petaka yang menimpa Roland pada dirinya.

Sangat mustahil kalau Roland Dimatrio memberitahukan anggota keluarganya kalau dia akan memiliki affair dengan gadis yang dia dapatkan dari penawaran tertinggi.

Sebelum malam itu, Hailee bahkan tidak pernah bertemu langsung dengan anggota keluarga Dimatrio. Karena biar bagaimanapun juga, mereka tidak berada di satu kota dimana Hailee dibesarkan.

"Aku tidak tahu,��� jawab Hailee dengan jujur. Dia merasa sangat bingung.

Di ujung sambungan telepon, Hailee dapat mendengar suara Ian yang bergumam. "Aku mengerti, aku akan mencoba mencari tahu detail informasi mengenai Roland Dimatrio."

"Terimakasih Ian," ucap Hailee dengan penuh syukur. Sahabatnya ini adalah satu- satunya orang yang dia dapat percayai saat ini, entah apa jadinya kalau Hailee tidak memiliki Ian.

Hailee memang belum memutuskan langkah apa yang harus dia ambil, tapi dengan mengetahui informasi lebih banyak mengenai Roland dan situasi di kota R, dapat membantu Hailee untuk menentukan pilihannya.

Apakah dia harus melarikan diri, atau menghadapi masalah yang seolah tidak berkesudahan ini, belum lagi di tambah dengan masalah keluarga Tordoff.

"Dimana kau tinggal di kota A?" tanya Ian segera.

Ugh! Ini adalah pertanyaan yang membutuhkan sekitar tiga puluh menit untuk menjelaskan keadaan Hailee sekarang.

Ini akan menjadi penjelasan yang panjang.

Hailee mulai menceritakan semua kebohongan yang telah dia katakan pada keluarga Tordoff dengan berpura- pura menjadi tunangan dari Ramon Tordoff.

"Kau sudah gila Lee!" Ian berteriak histeris dan Hailee cepat- cepat meminta dia untuk tenang.

Kalau di awal saja sudah membuat Ian sehisteris ini, bagaimana kalau dia mengetahui kelanjutan ceritanya dan apa yang akan terjadi nanti?

Tapi, mau bagaimana lagi? Hailee harus mengatakannya pada Ian agar sahabatnya ini dapat memahami situasinya dan membantunya untuk mencari jalan keluar yang sepertinya sangat jauh dari jangkauan Hailee.

"Tenang dulu. Dengarkan aku," Hailee mendesis dengan suara rendah karena Ian terus menerus memotong kata- katanya. "Aku juga tidak mau berbohong seperti ini, kau tahu sendiri, keluarga Tordoff itu seperti apa?"

"Lalu kenapa kau melakukannya?" tuntut Ian dengan nada kesal.

"Kalau aku tidak melakukannya, aku tidak akan berada di sini dan sudah berakhir entah dimana!" gerutu Hailee dengan kesal.

Setelah mengatakan itu, Ian terdiam. Hailee tahu, pria ini pasti tengah berpikir.

"Oke, lanjutkan," ucap Ian beberapa saat kemudian.

Lalu Hailee mulai menceritakan semuanya hingga ke bagian dimana dia harus menikah dengan Ramon dan acara pernikahan itu akan berlangsung kurang dari dua minggu lagi.

Pada awalnya, Hailee pikir Ian akan kembali membuat keributan seperti tadi, tapi ternyata tidak. Dia mendengarkan dalam diam, sampai Hailee berpikir mungkin sahabatnya ini ketiduran.

"Ian?" panggil Hailee. "Kau masih mendengarku?"

"Hm," gumam Ian. "Iya, aku dengar."

"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Hailee dengan suara yang memelas. "Aku tidak tahu harus berbuat apa."

Ian kembali terdiam, tapi begitu dia bicara, dia mengatakan hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Hailee sebelumnya. "Lee, tidakkah kau pikir kalau Ramon Tordoff sedikit aneh?"

"Aneh bagaimana?" tanya Hailee bingung. Dia tidak mendapati ada yang aneh dengan Ramon.

"Kenapa dia ingin buru- buru melangsungkan pernikahan kalian?" tanya Ian.

"Karena dia pikir, dirinya dan tunangannya sudah berada di dalam hubungan ini selama dua tahun, maka sudah sangat pantas untuk hubungan ini dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius," Hailee menjelaskan.

"Tapi, tidakkah kau berpikir kalau itu sedikit aneh?" Ian melanjutkan kecurigaannya. Memang terkadang orang ketiga bisa melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang lebih jelas dari orang- orang yang terlibat di dalamnya. "Apa dia pernah bertanya bagaimana kalian bertemu atau pertanyaan- pertanyaan lainnya yang menyangkut tentang keluargamu?"

Hailee berpikir sesaat dan mengangguk. "Ya, dia pernah bertanya."

"Lalu apa jawabanmu?" tanya Ian lagi.

"Tentu saja aku sebisa mungkin menghindari menjawab pertanyaannya," ucap Hailee. "Tapi, aku mengatakan kalau kedua orang tuaku sudah meninggal dan aku tidak mempunyai kerabat yang harus ku undang saat pernikahan nanti."

"Lalu dia percaya begitu saja dan tidak menanyakan apapun lagi?" Dari suaranya, Hailee dapat membayangkan Ian mengerutkan dahinya. "Hailee aku mengenal orang- orang seperti Ramon Tordoff, mereka tidak akan percaya kata- katamu begitu saja tanpa melakukan penyidikan lebih lanjut."

Próximo capítulo