webnovel

Part 24

Ivi dan Felix sedang berada di perjalanan menuju mall.

"Masak apa ya nanti??" Ivi

"Yang simple aja. Aku males yang ribet-ribet ya zheyeng..." Felix

"Hmm... Yang simple apa?"

"Nasi goreng, telur ceplok. Easy.." Felix menunjukkan deretan giginya.

"Eh jangan donk.. Kasihan ntar mereka kalau makan siang gituan. Yang lain?"

"Yaudah sayur asem tempe goreng."

"Pelit banget sih kamu... Masa mantan kapten hidangin tamu pakai gituan sih."

Felix menahan kekesalannya.

"Iya sayang iyaaaa... Mau masak apa hm?"

"Hmm... Aku mau masak soup ayam, udang goreng, perkedel, sambal kecap. Maknyusss..."

"Yaudah kamu aja yang masak ya.. Kurang banyak menunya..." kesal Felix. Ivi langsung menatap tajam suaminya.

"Kok kamu gitu sih? Kan sudah janji kalau kamu yang bakal masak. Ish!"

"Itu banyak banget. Capek tahu.. Buat perkedel lagi aduhh repotttt... Gamau ah.."

"Issss... Jadi masak apa donk?"

"Yaudah soup bakso sama ayam goreng aja deh. Ntar sambal-sambalnya pakai saos aja. Ribet tahu nyambel-nyambel."

"Hmm yaudah deh.. Terus cemilannya?"

"Yaudah ntar beli snack aja kok ribet."

"Oh gitu yaudah.. Kan pakai duit kamu. Aku sih yes yes aja heheh..."

"Dasar ya cewek.. Kalau giliran bayar aja hmm... Ngeselin.."

"Eh tapi tapiiii... Kamu kan sekarang jobless. Emang punya duit?"

Felix menatap horor Istrinya sejenak.

"Kamu sepelein aku?"

"Enggak"

"Terus?"

"Aku kan nanya. Gak boleh?"

"Sabar... Sabar... Ingat ya zheyeng... aku itu orang kayaaaaa... Jadi gak kerja juga tetap ada duit donk. Emang kamu.."

"Dih sombong. Aku juga tetap ada duit keles walau gak kerja. Aku kan punya usaha.. Woo.."

"Iya deh bu bos.."

"Sudah ayo turun.. Pengen belanja nih. Dah gatal tangan.."

"Bumil dilarang shopping dulu.."

"Enak aja.. Gak gak! Pokoknya aku mau shopping. Kamu kan sudah lama gak ajak aku shopping."

"Baik nyonya..."

Mereka pun jalan bergandengan ke beberapa toko. Setelah selesai membeli semuanya, mereka ke toko tas dan sepatu.

"Sayang.. Bagus gak?" Ivi

"Gak"

"Kalau ini?"

"Gak juga"

"Ini?"

"Gak juga"

"Ish!! Kok gak semua sih?"

"Tas kamu itu sudah banyak banget di rumah ya Allah... Ruang fashion itu sudah hampir penuh sayang... Ngapain sih beli tas lagi?"

"Ini tuh keluaran terbaru.. Harus beli donk. Percuma punya suami kaya donk."

"Dasar bumill... Ada aja maunya.. Yaudah ambil semua deh.. Gausah tanya-tanya. Suka? Ambil aja langsung."

"Siap sayang heheh..."

Setelah membeli 2 tas dan 2 pasang sepatu, Ivi beralih ke toko pria.

"Sayang... Sini deh.." Felix berjalan dengan malas ke arah Ivi.

"Apa?"

"Kamu mau ini gak?" Ivi menunjuk kemeja navy untuk Felix.

"Terserah kamu sayang... Kalau menurut kamu bagus, ya ambil aja. Nanti aku yang bayar."

"Kalau ini biar aku aja yang bayar. Kan tadi kamu sudah belanjain aku banyak."

"Tugas suami sayang.."

"Gapapa.. Sesekali aku yang bayarin."

"Sayang deh..." Felix mengecup puncak kepala Ivi yang dilapis hijab syar'i.

"Sudah sayang.. Malu tahu dilihatin orang."

"Heheh... Kan kita sudah nikah.. Gapapa.."

"Yaudah ayo ke kasir.. Tadi aku juga sudah beli sepatu buat kamu."

"Iya makasih ya sayang..."

"Iya sayang..."

Zayn sedang berjalan-jalan di sebuah mall. Saat sedang asyik berjalan, ia melihat sebuah toko yang menarik perhatiannya.

"Kayaknya keren-keren tuh.. Kesana ah." gumam Zayn.

Saat Felix dan Ivi akan keluar dari toko, mereka tak sengaja bertubrukan dengan seseorang.

"Aduhh... Ish! Untung gak kena perut.." kesal Ivi saat dirinya tak sengaja bertubrukan dengan seseorang.

Yang menubruk pun menatap Ivi dan Felix. Betapa terkejutnya mereka karena.....

"Zayn-lo!" Ivi dan Felix serempak.

"Hai mantan.." ucap Zayn dengan smirknya.

"Gausah mulai Zayn!" kesal Ivi.

Felix langsung merubah posisinya menjadi disebelah kiri Ivi. Karena posisi Zayn itu di depan kiri Ivi.

"Kamu gemukan ya vi?"

"Iya.."

"Sudah gausah banyak tanya lo. Binik gue lagi hamil. Minggir lo!" Hardik Felix yang langsung membawa Ivi pergi.

"Menarik... Hmm ikutin deh." Zayn mengikuti mereka tanpa sepengetahuan mereka.

Calvin sedang istirahat sekarang. Ia merenggangkan tubuhnya di ruang kerjanya. Ya, hari ini dia tidak ada jadwal praktek.

"Capek... Hoam... Makan siang di mana ya? Ke rumah Felix, hari ini mahasiswanya Ivi pada dateng. Cafe aja deh.." Calvin pun langsung mengendarai mobilnya menuju sebuah Cafe.

Felix dan Ivi telah tiba di rumah. Felix mengabaikan pertemuan tak sengaja tadi dengan Zayn.

"Kamu duduk manis aja disitu sambil nanti cicipi masakan aku ya sayang.." ucap Felix pada Ivi.

"Aku bantuin aja gapapa biar cepat selesai. Ntar aku potong-potong sayur nya. Kamu bumbuin ayamnya terus langsung digoreng ya.."

"Gapapa?"

"Iya gapapa sayang.."

Felix kemudian mengurus bagian ayam. Sedang Ivi mengurus bagian soup.

"Sayang, nih sayuran nya sudah selesai. Kamu cuci ya.."

"Siap..."

Aku panasin airnya dulu ya.. Sekalian tumis bumbu supnya.."

"Ok."

Tak lama masakan mereka pun selesai.

"Hmm wanginya enak heheh..."Ivi

"Masakan ala chef Fei...."

"Fei apaan?"

"Felix Ivi heheh..."

"Hahah kamu bisa aja.."

Tanpa mereka sadari, seseorang sedang memperhatikan gerak-gerik mereka.

"Saat ini kalian bisa tertawa, tapi nanti gue yang akan tertawa..." gumam lelaki itu dan langsung meninggalkan rumah mereka.

Calvin telah tiba di sebuah Cafe. Saat baru saja memarkirkan mobilnya, ia melihat seorang pelayan yang tengah dimarahi oleh customernya.

"Kenapa ya? Kok sampai disiram jus gitu pelayannya? Wah main fisik tuh orang. Kok mereka semua malah diam aja sih?! Gak bisa di biarin nih!" Calvin menghampiri meja tersebut.

Calvin menyangkal tangan gadis itu ketika gadis itu melayangkan tangannya ke udara untuk menampar Irene. Lalu ia menghempaskan tangan itu begitu saja. Hal itu tentu membuat semua orang disitu tertegun. Calvin seolah tak melakukan kesalahan.

"Maaf, ada apa ya?" tanya Calvin enteng. Pelayan itu benar-benar kacau sekarang. Ia menangis sesenggukan dengan kondisi hijabnya yang sudah basah akibat siraman jus.

"Dia bekerja tidak beres! Siapa kau beraninya menyangkal tanganku?!" ucap gadis itu.

"Saya?! Tentu saya adalah orang yang lebih baik dari anda. Apa yang ia lakukan sampai anda bertindak seperti ini? Apa anda bukan orang yang berpendidikan?" tanya Calvin formal.

"Hey! Anda menghina saya? Saya adalah mahasiswi kedokteran. Sebentar lagi saya akan menyandang gelar dokter. Dan perlu anda tahu, bahwa saya akan segera mengirim lamaran di sebuah RS ternama."

"Oh ya? Masih calon kan? Belum jadi kan? Saya bisa saja membatalkan mimpi anda itu wahai nona cantik."

"Jangan sombong anda! Siapa anda? Berani sekali anda berkata seperti itu pada saya?! Perlu anda tahu, saya adalah keturunan keluarga Alder. "

"Dan saya tidak menanyakan hal itu nona.."

"Kau! Ini bukan urusanmu !"

"Ini urusan saya nona! Nona telah memancing kesabaran saya. Jadi, jangan salahkan saya jika nanti saya ikut campur dalam urusan anda!"

"Sialan kau!" gadis itu langsung pergi begitu saja. Semua orang di cafe hanya menonton tanpa berani ikut campur, termasuk manajer cafe itu sendiri.

Sementara pelayan itu masih menangis. Calvin menepuk pundaknya.

"Hey, are you okay?" tanya Calvin.

Pelayan itu menatap Calvin.

"Terima kasih tuan.. Jika tidak ada tuan, mungkin semuanya belum selesai." Pelayan itu kembali menunduk.

"Ayo ikutlah denganku.. Bersihkan dirimu dulu dan bicara denganku."

"Tapi tuan.. Saya harus kembali bekerja."

"Berhenti dari pekerjaan ini. Kau lihat? Tak ada yang peduli denganmu di sini. Bahkan bosmu sendiri, membiarkan mu dipermalukan oleh wanita tadi. Apa yang ingin kau pertahankan?"

"Tapi jika saya tidak bekerja, saya tidak bisa hidup tuan. Saya sudah tidak punya siapapun.. Hiks.."

"Maka dari itu, ikutlah denganku nona.." Pelayan itu mengangguk.

"Baik tuan. Saya permisi dulu..."

"Saya tunggu di meja no 10.."

"Iya.."

..

..

..

..

..

Thanks :)

Próximo capítulo